Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun kenyataannya, terk
loading...

Jasad William The Conqueror Yang Meledak Saat Pemakamannya


Pemakaman sejatinya adalah suatu peristiwa yang dirancang untuk mengantarkan orang tersayang ke tempat peristirahatannya yang terakhir. Dan semua orang pasti berharap pada saat upacara pemakaman semuanya bisa berjalan dengan lancar tanpa sedikitpun rintangan apalagi sebuah  bencana.


Namun, tidak bagi mereka yang melakukan pemakaman terhadap jasad William the Conqueror, mereka (saat itu)  mungkin bingung dan tidak bisa memberikan penjelasan mengapa -  jenazah raja yang akan dikebumikan tiba tiba meledak ke seluruh orang yang hadir di saat pemakamannya.

Mengapa bisa begitu?

William Sang Penakluk adalah anak dari Robert I, Duke of Normandy, dan wanita simpanannya Herleva. Kedua orang tua William tidak menikah saat ia dilahirkan.
Untuk sebagian besar masa kecilnya, William tinggal bersama ibunya sampai kematian ayahnya pada usia delapan tahun, ketika ia saat itu mengambil gelar ayahnya.

Ketika William menjadi Adipati Normandia, wilayah itu kacau balau.  Penduduk yang merasa tidak bahagia memimpin pemberontakan, dan sebagai gantinya, William membakar desa-desa, membantai ribuan dan membuat para korban yang selamat jatuh kedalam kemiskinan.

Dan sebagai seorang raja ia memiliki keinginan-keinginan tertentu, William ingin menikmati semua makanan terbaik setiap harinya yang akhirnya terus berkembang menjadi banyak permintaan yang tidak terkendali.

Sayangnya, ada bahaya bagi kerakusannya.  Pada tahun 1087 - saat sedang berperang melawan putranya sendiri - William terluka parah.  Kuda yang dia tunggangi memberontak secara tak terduga.  Tubuh sang raja yang semakin berat membuat pelana kuda yang akan ia naiki terdorong ke perut William yang buncit, dan menusuk ususnya.

Selama enam minggu, para ahli medis pada saat itu tidak dapat melakukan operasi untuk menyelamatkan usus sang raja.  Akhirnya, William the Conqueror pun meninggal dunia.

Namun, perjalanan panjang William the Conqueror menuju pemakamannya tidaklah semudah itu.
Hal ini dikarenakan William kurang dicintai oleh rakyatnya, orang-orang yang telah melayani dia dalam kehidupannya telah mengabaikannya saat  kematiannya.  Pada saat pemakamannya,  para orang terdekatnya yang awalnya mendampingi William di ranjang kematiannya,  segera melarikan diri tidak lama setelah kematiannya, meninggalkannya sendirian.

Setelah beberapa lama, dimana tubuh William sang Penakluk berbaring setengah telanjang di sebuah fasilitas medis di Rouen, Prancis, seorang akhirnya mengambil tugas itu.  Namun, pembalseman tubuh telah ditunda begitu lama, karena jaringan tubuh William sudah mulai membusuk.  Namun seseorang yang mengurus jasad William tampaknya tidak keberatan, dan tetap membalsemnya.

Meskipun masalah jasad William sudah ditangani,  namun masih ada tantangan lainnya.
Matilda of Flanders
Gereja tempat jasad William seharusnya dimakamkan berada di Caen, 70 mil dari Rouen, tempat William ingin dimakamkan di Abbaye-aux-Hommes, dimana istrinya Matilda of Flanders juga dimakamkan disana.
Namun perjalanan menuju sana sebagian besar hanya dapat ditempuh dengan perahu menyusuri Seine, yang tentu saja merupakan jenis transportasi yang lambat,

Pada saat utusan itu tiba di Caen, bakteri yang tumbuh di usus William yang terluka mulai meresap ke dalam rongga tubuhnya dan mengisinya dengan gas busuk.  Yang membuat segalanya menjadi lebih buruk, pada saat kedatangan jasad tersebut, kebakaran terjadi di kota.  Setelah itu, seorang pria tiba tiba saja muncul dan menentang pemakaman tersebut dengan mengklaim  bahwa gereja telah dibangun secara tidak sah di tanah miliknya.

Pada saat pemakaman itu benar-benar bisa dilakukan, dan itu terjadi setelah berminggu-minggu sejak kematian William.  Panas sisa dari api (kebakaran) yang dikombinasikan dengan lamanya penguburan telah menyebabkan usus William membengkak hingga proporsi yang bahkan lebih besar daripada ketika masih hidup.

Ketika para penggali kubur itu menurunkan jasad William ke dalam lubang di tanah, mereka menyadari bahwa mereka tidak memperhitungkan ukuran tubuh William yang besar - lubang itu terlalu kecil untuk bisa menampung jasad William, dan ketika mereka mencoba untuk memaksanya, tubuh itupun meledak.  Kerumunan orang yang melayat pun segera tertutupi oleh jeroan yang rusak dan tentu saja dengan aroma daging yang membusuk.



Namun sisi positifnya adalah, akhirnya jasad William Sang Penakluk  berhasil 'masuk' ke dalam kuburnya.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book