Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun kenyataannya, terk
loading...

Mary Ann Brough , Sang Ibu Susu Edward VII, Adalah Seorang Pembunuh Yang Membantai 6 Orang Anak - Anaknya


"…. I saw her throat was cut, and her hands and face were covered with blood and her hair hung about her face. She was making a whistling noise, apparently from the wound…. the blood was spurting from her throat.”  

Henry Woolgar - witness

Deskripsi mengerikan diatas adalah pernyataan Henry Woolgar saat ia bersaksi di salah satu pengadilan pembunuhan paling sensasional di Inggris jaman Victoria.  Kasus Mary Ann Brough merupakan tragedi bagi sebagian orang, skandal bagi yang lain, dan kasus psikologis yang penting dan menarik bagi para petugas medis dibidang kesehatan mental yang saat itu disebut dengan 'alienists'.

Pada tahun 1854,  Mary Ann melakukan kejahatan mengerikan.  Di tengah malam, dia menggorok leher keenam anaknya sebelum akhirnya bunuh diri menggunakan pisau cukur.  Skandal itu dengan cepat meluas, ketika publik menyadari bahwa Mary Ann adalah ibu susu yang di minta Ratu Victoria, untuk menyusui anaknya, Bertie, Prince of Wales yang kelak menjadi Edward VII of Britain.
Edward VII of Britain

Ratu Victoria sendiri memiliki 9 orang anak, meskipun dirumorkan jika ia tidak terlalu menyukai anak-anak. Saat itu Ratu Victoria mempekerjakan seorang perawat untuk merawat dan menyusui anak-anaknya. Dan ketika salah satu dari ibu susu anaknya membunuh enam anak yang tidak bersalah, Victoria dihantui oleh kejahatan tersebut. Bagaimana tidak, bagaimanapun juga, air susu Mary Ann telah menghidupi calon raja Inggris masa depan, yang menurut dokter bahwa kualitas moral sang ibu susu akan ditransmisikan dalam ASI kepada anak yang disusuinya.

Mary Ann Brough menjadi salah satu pembunuh berantai wanita paling terkenal di era Victoria.  Tapi dia lolos dari jerat hukum karena dianggap tidak waras.  Tapi, apakah dia benar-benar gila ketika dia secara sadis membantai setiap anaknya, satu per satu?

Henry Woolgar, sosok yang menemukan Mary Ann di rumahnya

Hari Sabtu, 10 Juni 1854 pukul 5.45 pagi hari,  Henry Woolgar, seorang buruh dari Esher di Surrey, sedang dalam perjalanan ke tempat kerjanya ketika dia melewati sebuah pondok dan melihat sesuatu yang aneh tergantung di jendela atas.

Ketika ia semakin dekat, ia mencoba untuk melihat benda apakah itu, dan dia terkejut dengan apa yang dilihatnya. Sebuah bantal tergantung yang dipenuhi darah.  Segera dia membunyikan bel pintu.  Tidak ada yang menjawab.  Tetangga-tetangga lain mulai berkumpul.  Kemudian, seorang wanita mengintip ke dalam rumah itu, mencoba untuk mencari tahu. Akhirnya Woolgar mengambil tangga, dan ia pun naik dan menyelinap masuk ke dalam rumah tersebut.
Early photo of Esher cottages on a Carte de Visite, 19th C

Awalnya dia tidak bisa melihat siapapun.  Kemudian sebuah penampakan mengerikan muncul di ujung tangga.  Itu adalah Mary Ann Brough.  Rambutnya tergerai dan tubuhnya berlumuran darah.  Ketika Mary Ann membalikan tubuhnya ke arah Woolgar, ia melihat bahwa tenggorokannya telah tersayat.

Woolgar buru-buru menuruni tangga dan berlari untuk menjemput seorang dokter.  Pada saat dia kembali dengan polisi setempat, tetangga lain telah masuk dan ia melihat pemandangan yang mengerikan yang tak terbayangkan.

Mary Ann berbaring di tempat tidur.  Di lantai di dekatnya ada putranya William, tenggorokannya pun dalam kondisi digorok.  Di kamar-kamar lain ia menemukan lima anak lagi, semuanya dengan leher mereka yang disayat, tergeletak sudah mati.  Rumah itu 'dibanjiri dengan darah'.

Siapapun pasti bertanya-tanya siapakah yang tega membantai enam orang anak - Georgy (Georgiana) yang berusia 11 tahun, William, berusia 8 tahun, Carry, 7 tahun, si kembar Harriet dan Henry, 4 tahun dan bayi George yang berumur 1 tahun -  dan berusaha untuk membunuh ibu mereka, Mary Ann, yang saat itu terluka parah.

Para saksi mata menyaksikan pemandangan horor tersebut sambil membayangkan situasi mengerikan yang dialami Mary Ann dan anak anaknya.

Semua rasa penasaran mereka akhirnya menemukan jawabannya,  setelah seorang dokter secara ajaib berhasil menjahit kembali luka di tenggorokan Mary Ann, sehingga memungkinkannya untuk berbicara.

Secara mengejutkan, Mary Ann mengaku telah membunuh anak-anaknya satu demi satu dengan pisau cukur, sebelum ia sendiri melakukan bunuh diri.
Little Bertie, Prince of Wales

Kasus Pembunuhan Esher tentunya menggegerkan Inggris jaman  Victoria dan menjadi berita utama di seluruh dunia.  Mary Ann bukan hanya pembunuh berantai, tetapi yang lebih mengejutkan, ia pernah dipercayakan merawat bayi yang paling penting di Inggris: Bertie, Pangeran Wales, putra pertama Ratu Victoria dan pewaris takhta yang kelak akan menjadi raja Inggris yang dikenal sebagai Edward VII.  Mary Ann adalah perawat dan ibu susu Raja Edward.

Ratu Victoria memperkerjakan Mary Ann untuk menyusui putra mahkota Inggris, Bertie, Prince of Wales

Karier Mary Ann sebagai ibu susu Kerajaan dimulai ketika Victoria memanggilnya datang ke istananya pada pada tanggal 9 November 1841. Saat itu Sang Ratu dalam proses persalinan dan bersikukuh bahwa bayi itu harus segera diserahkan kepada seorang ibu susu karena Ratu tidak berniat untuk menyusui bayinya. Di jaman itu, banyak sekali para bangsawan yang menggunakan jasa ibu susu, baik itu karena ibu kandung si bayi meninggal dunia, sakit ataupun memang tidak berniat untuk menyusui. Karena saat itu belum ada susi formula.
Victoria muda

Pengumuman untuk mencari seorang ibu susu untuk kerajaan sudah diiklankan dan menarik sejumlah besar pelamar, selain itu, upah yang ditawarkan sangat menggiurkan.  Selama delapan bulan bekerja, Mary Ann menerima £ 1.000 - setara dengan sekitar £ 50.000 (2017) atau sekitar 900 jutaan jika di rupiahkan.

Kemungkinan Mary Ann mendapatkan pekerjaan itu karena suaminya, George, bekerja sebagai petugas di Claremont House, salah satu properti Kerajaan favorit Victoria, di dekat Esher.  Ayahnya juga pernah bekerja disana.

Jadi sang Ratu mempercayakan pengasuhan calon putra mahkotanya kepada Mary Ann, karena dia adalah istri seorang abdi kerajaan yang dipercaya.  

Ibu susu adalah wanita yang akan menyusui dan merawat bayi para bangsawan.  Wanita kerajaan, seperti Ratu Victoria, memilih ibu susu untuk menyusui anak-anak mereka.  Tetapi dengan catatan: bahwa pemilihan ibu susu yang salah dapat dengan mudah 'merusak' sang bayi.

Pada awal abad keenam belas, para pria memperingatkan wanita untuk berhati-hati dalam mempercayai perawat bayi mereka.  Pada tahun 1577, penulis Italia Omnibonus Ferrarious memperingatkan bahwa bayi akan mengadopsi "sifat orang yang menyusuinya."  Singkatnya, seorang ibu susu yang 'berdosa' dapat mempengaruhi seorang anak. Banyak dokter memperingatkan bahwa kualitas moral dapat ditularkan melalui ASI kepada seorang anak.

Sementara itu, Mary Ann sudah memiliki anak perempuan bernama, Mary, 8 tahun sebelum ia bekerja untuk istana.  Setelah itu dia kehilangan sejumlah bayinya.

Dia mengalami banyak kehilangan bayinya ... tetapi mungkin saja anak-anak Mary Ann meninggal karena tidak diberi ASI, karena ia dibayar untuk memberikannya kepada bayi-bayi para wanita kaya.
Victoria dan Bertie, prince of Wales

Sang Ratu, pada awalnya, senang oleh Mary Ann, percaya bahwa dia adalah wanita desa yang sederhana dan baik.  Dan dia melakukan pekerjaannya dengan baik: Bertie tumbuh berkembang menjadi bayi yang gemuk dan sehat, meskipun Victoria, yang menderita depresi (baby blues) pasca kelahiran, menganggapnya jelek dan 'terlalu menakutkan'.

"Dia (Victoria) tidak bisa mengurus bayinya," kata Profesor Jane Ridley, penulis biografi Bertie.

"Ia (sang bayi) dianggap 'datang' terlalu cepat, mengganggu hubungan pernikahannya dengan Albert."

Karena gagal menjalin ikatan batin dengan Bertie, Victoria mengabaikannya.  Pada bulan-bulan pertamanya, Mary Ann mungkin menghabiskan lebih banyak waktu dengan Bertie daripada ibunya.  Namun karena alasan yang tidak pernah dinyatakan, Mary Ann dipecat setelah delapan bulan bekerja.

Surat kabar Tasmania, The Courier mengklaim bahwa:
"... dia dipecat karena tidak mematuhi perintah, pertama, ia menerima kunjungan dari suaminya, dan berikutnya karena tertangkap basah sedang minum minuman keras."

Namun, dalam biografinya, Queen Victoria, Born to Succeed, Elizabeth Longford menjelaskan,
"... Mary Ann Brough ...  menjadi sosok yang murung dan 'bodoh' ..."
  
Apa pun alasannya, sang Ratu memecatnya pada akhir 1841 atau awal 1842, dan meskipun kesuburan Mary Ann menakjubkan, Victoria tidak pernah menggunakan jasanya lagi.

Dan pastinya hal tersebut tidaklah penting, karena Victoria segera melupakan Mary Ann hingga lebih dari satu dekade kemudian, ketika suatu pagi dia membuka surat kabar dan membaca sebuah berita mengejutkan.

"Tragedi paling mengerikan & menakutkan yang terjadi di Esher," tulisnya dalam buku hariannya pada 13 Juni.

"Ms Brough, selama 8 bulan, adalah ibu susu Bertie, telah membunuh 6 anaknya!  Berita itu cukup menghantui.  Dia adalah wanita yang paling bejat, pemarah dan bodoh, seperti dulu, ketika di rumah kami!"

Dengan demikian, ketika terungkap posisi Mary Ann Brough sebelumnya sebagai seorang ibu susu kerajaan menambah besarnya skandal dan menciptakan kekhawatiran di istana.

Paska dipecat Ratu Victoria

Setelah Mary Ann diberhentikan, ia menetap di sebuah pondok di Esher Barat bersama George, hanya 14 mil di luar London. Tahun-tahun setelah pemecatannya dari keluarga kerajaan tampaknya menjadi tahun yang tenang bagi Mary Ann dan suaminya George. Disana, mereka mulai mengenal dan dikenal oleh banyak penduduk desa lainnya.  Mary Ann pun melahirkan anak-anak dan membangun keluarga mereka.

Anak perempuan keduanya, Georgiana, lahir pada tahun 1843 dan lima anak lagi menyusul secara cepat.  Para tetangganya mengatakan bahwa  Mary Ann adalah ibu yang baik dan penuh kasih sayang dan perhatian terhadap anak anaknya. 

Tetapi setelah kelahiran anak ketujuhnya, George, pada bulan September 1852, Mary Ann menderita stroke.  Menurut ahli bedah, dokter Izod, yang memberikan kesaksian di pengadilan, dia menjadi lumpuh di sebelah kirinya, ucapannya tidak jelas dan wajahnya terdistorsi.

Marry Ann sedikit pulih tetapi dokter Izod, yang mengobatinya secara teratur, mengatakan jika Marry Ann mengalami  'symptoms of a disordered brain'. Dia mengeluh sakit kepala yang ganas dan sering mimisan. Dia memberinya obat, tetapi gejalanya tidak juga hilang.

Lalu apa yang memicu tragedi itu?

Suatu hari George, suami Mary Ann mulai mencurigai istrinya telah berselingkuh.  Menurut seorang detektif amatir yang disewa untuk mengikutinya, Mary Ann terlihat naik kereta ke London untuk kencan dengan pria lain yang sudah menikah.

Itu bukti yang cukup bagi George Brough untuk menceraikan istrinya pada hari Selasa, 6 Juni 1854, dan mengirim kabar bahwa dia akan mengajukan hak asuh anak-anak mereka.  Bagi Mary, itu merupakan pukulan telak.  Suaminya rencananya akan membawa surat perjanjian hukum pada hari Sabtu ini (tepat di hari Mary Ann membantai anak anaknya) untuk ditandatangani istrinya.

Tingkat kepanikan dan stres Mary Ann kian meningkat ketika anak-anaknya terkena campak, yang merupakan penyakit fatal.  Selama beberapa malam ia hanya tidur sebentar saja demi merawat mereka.

Pada hari Rabu dia meminta obat pada dokter Izod untuk meringankan sakit kepalanya, tetapi sang dokter menolak memberikannya, karena keluhannya bukan hal baru, dan ia mengatakan agar Mary Ann bisa sedikit tenang.

Pada hari Jumat, 9 Juni, mungkin Mary Ann merasa semua beban yang ada di otaknya kian menumpuk ditambah lagi dengan rasa sakit yang membakar di kepalanya, dia kembali untuk memohon pada dokternya, tetapi dokter Izod tidak ada di rumahnya.  Dengan putus asa, dia kembali ke rumah menemui anak-anaknya yang sakit dan gelisah, dan ia pun tertidur di kursinya.

Pada jam 9 malam, Georgy, yang masih belum pulih dari campak, mulai memanggilnya untuk naik ke tempat tidur.  Kemudian anak-anaknya yang lain mulai menangis.  Mereka terus memanggil dan menangis sampai tengah malam.

Sampai akhirnya anak anak itupun kembali tenang, tetapi Mary Ann tetap tidak bisa tidur.  Ia sudah merasa kelelahan, putus asa memikirkan anak-anaknya yang akan dibawa pergi suaminya, diapun tersentak.

Saat kelak di pengadilan, Mary Ann memberi tahu Superintendent Biddlecombe, yang mengambil pernyataannya di tempat kejadian: ‘Ada sesuatu seperti awan di mataku.  Ku pikir, aku akan turun kebawah untuk mengambil pisau, dan memotong tenggorokanku sendiri. "

Tetapi dalam kegelapan dia tidak bisa menemukan jalan menuju ke dapur.  Sebaliknya, ia meraba-raba di kamar suaminya, dimana ia menemukan pisau cukur milik suaminya.  Kemudian, didorong oleh depresi yang memuncak , dia menggorok leher anak-anaknya, satu demi satu.

Pembantaian 


'Aku menuju  Georgy terlebih dahulu dan menggorok lehernya.  Aku tidak menatapnya.  Lalu aku menuju Carry dan menggoroknya, lalu ke Henry.  Dan dia berkata, "Jangan, ibu."

"Aku bilang, aku harus (melakukannya), dan akupun menggoroknya.  Lalu aku menuju Bill.  Dia tertidur lelap.  Aku membaliknya.  Dia tidak pernah bangun.  Lalu aku melakukan hal yang sama padanya. "

Mary Ann tersandung saat menuju  kamar tidur berikutnya.  ‘Harriet dan George sudah bangun.  Harriet berontak setelah aku menggoroknya. Aku kemudian berbaring dan melakukan hal yang sama pada diri sendiri.  Aku tidak bisa memberi tahumu apa yang terjadi selama beberapa waktu setelah itu (menggorok lehernya sendiri), sampai aku merasa begitu lemah, dan menemukan diriku terbaring di lantai.  Awan hitam besar sudah hilang saat itu. "

Beberapa saat kemudian, Mary Ann bangun dan ia melihat anak-anaknya berlumuran darah, dan ia pun menyadari apa yang telah dia lakukan.

Tapi Mary Ann tidak dapat menangis karena tenggorokannya sudah terputus sebagian, lalu dia menggantungkan bantal yang berlumuran darah di jendela untuk menarik perhatian orang yang lewat. Saat itulah Henry Woolgar lewat di depan rumah Mary Ann dan melihat bantal penuh darah yang sengaja di gantung disana.

Persidangan

Persidangan Mary Ann diadakan pada Agustus 1854. Kasus ini bertumpu pada pertanyaan seputar kewarasannya: apakah ia membunuh anak-anaknya karena kegilaan, atau apakah kejahatannya sudah direncanakan dan disengaja?  Apakah dia dalam kondisi marah atau depresi?

Dr Forbes Winslow yang terkemuka saat itu mendiagnosisnya dengan 'kegilaan sementara' yang disebabkan oleh penyakit otak dan diperburuk oleh stres saat merawat anak-anaknya yang sakit.  Dia berpendapat, inilah yang menyebabkan seorang ibu yang waras dan normal biasanya membunuh.

Namun jaksa penuntut umun tidak setuju, dengan alasan bahwa sebenarnya kejahatan itu sudah direncanakan.  Terbukti dengan ditemukannya surat wasiat yang ditulis hanya beberapa jam sebelum pembunuhan, dimana Mary Ann mewariskan perhiasan dan barang-barang berharga lainnya kepada putri sulungnya, Mary, termasuk teko perak dan dua bros, satu dari Ratu Victoria dan satu dari Ratu Kerajaan Belgia, agar barang barang itu tidak jatuh ke tangan suaminya.

Ketika berada dalam tahanan, dia bahkan memberi tahu Mary bahwa "alasannya melakukan kejahatan adalah karena dia takut, dia akan dipisahkan dari anak-anaknya dengan surat perjanjian yang akan ditandatangani pada hari Sabtu itu".  Motifnya tampak jelas: kecemburuan dan balas dendam.

Selain itu, bukti perzinahannya menunjukkan bahwa dia tidak bermoral dan bejat.  Hakim setuju dengan sudut pandang ini, ia pun mengatakan kepada juri bahwa mereka harus menentukan bahwa Mary Ann bersalah.

Tetapi, terombang-ambing oleh bukti dari dokter Forbes Winslow dan yang lainnya yang mendukung 'alasan kegilaan', bahwa Mary Ann telah dikuasai kegilaan yang disebabkan oleh 'pikirannya yang bermasalah', maka juri pun setuju, jika  Mary Ann tidak bersalah karena faktor kegilaan.

Untuk beberapa waktu kemudian rumah horor Mary Ann menjadi objek wisata yang mengerikan, yang menghubungkan pesona era Victoria dengan pembunuhan yang terkoneksi dengan istana.

Mary Ann dikirim ke Bedlam hospital

Mary Ann menghabiskan sisa hari-harinya di rumah sakit jiwa Bethlehem di London - yang dikenal dengan nama Bedlam - dimana ia dikatakan sebagai narapidana yang paling tenang dan tanpa pemberontakan.  Dia menderita serangkaian kejang juga stroke yang mengakibatkan kelumpuhan, dan dia akhirnya meninggal pada tahun 1861.

Seorang dokter Bedlam mengatakan bahwa penyakit otaknya menyebabkan dia menjadi tidak sadar, menderita kelumpuhan, dan kegilaan.  Dan dia tidak ragu bahwa faktor itulah yang bertanggung jawab atas tragedi yang terjadi tujuh tahun sebelumnya.

Mary Ann sempat mengatakan, seandainya saja Izod menemuinya Jumat itu dan memberinya obat yang menghilangkan sakit kepala dan 'awan'  mengerikan di otaknya, mungkin dia tidak akan pernah melakukan pembunuhan.

20 tahun kemudian, tragedi Esher dibangkitkan kembali

Mary Ann Brough menjadi sangat terkenal sehingga museum lilin, Birmingham Wax Works.  menciptakan kembali adegan mengerikan  terjadinya pembantaian tersebut  Dalam adegan itu, versi lilin Mary Ann berdiri di depan keenam anaknya yang mati dalam baju tidur yang berlumuran berdarah. Mary Ann mengenakan tanda di lehernya yang bertuliskan "wanita ini adalah perawat Yang Mulia Prince of Wales."

Sebuah puisi berjudul "I Am Mrs. Brough of Esher" mengklaim bahwa Mary Ann telah menipu juri. 
Salah satu bunyi puisi itu adalah "Meskipun aku takut, aku telah mengalahkan Hakim dan juga Juri."

Fakta bahwa Ratu Victoria mempercayai anaknya, sang pewaris takhta, kepada Mary Ann menjadi sebuah skandal.

Lanjutan dari puisi itu adalah,
“Aku pernah berada di lingkungan Kerajaan, dan merawat Pangeran Wales dengan sangat hebat, aku dihormati oleh Ratu, kata Ms.  Brough of Esher."

Orang-orang Victoria memperdebatkan apakah Mary Ann Brough adalah seorang pembunuh berdarah dingin atau hanya seorang wanita yang memiliki masalah mental - dan perdebatan itu pun terus berlanjut hingga hari ini.




Baca juga artikel tentang Foto Foto Pasien Rumah Sakit Jiwa Bedlam Royal Hospital, Pada Abad ke-19, tempat Mary Ann Brough di rawat.
 




Comments

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book