Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun kenyataannya, terk
loading...

Sosok Pembunuh Berantai Amelia Dyer Yang Tega Membunuh 400 Bayi dan Apakah Dia Ada Hubungannya Dengan (Jack/Jill) The Ripper?

"I have made a full statement. I have told them the truth and nothing but the whole truth as i hope to be forgiven. God Almighty is my judge and i dare not go into His Presence with a lie. I do hope and pray, God will forgive me."

Amelia Dyer 

Pada tahun 1902, seorang pria yang sedang  menggali tanah perkebunannya terkejut, karena ia menemukan banyak kerangka di dalam kebunnya.  Dia pun segera memberi tahu pihak berwenang setempat.  Ternyata, apa yang ditemukan pria itu adalah sisa-sisa kerangka lima bayi yang telah dibunuh.  Setiap anak dicekik dengan sejenis tali karet berwarna putih dan dibungkus dengan kain, ditaburi dengan jeruk nipis untuk mengurangi bau busuk, kemudian dikubur.  Ketika para penyelidik mencoba mengidentifikasi kerangka kerangka itu, mereka menyadari bahwa pria tersebut saat itu tinggal di bekas kediaman seorang pembunuh bayi yang terkenal kejam.  Amelia Elizabeth Dyer, yang telah membunuh hingga 400 bayi selama beberapa dekade. Amelia Dyer yang dikenal dengan sebutan baby farmer adalah pembunuh berantai paling terkenal di Inggris.

Amelia Dyer adalah seorang baby farmer

Pada tahun 1800-an di era Inggris Victoria, praktek baby farming, banyak diminati. Dimana para wanita yang memiliki anak diluar pernikahan biasanya membayar bidan atau seseorang untuk merawat bayi mereka dengan imbalan uang. Ataupun para wanita kaya yang menitipkan anak mereka di baby farmer atau ibu susu, untuk memberikan asi kepada bayi dan merawatnya sampai usia tertentu, lalu mereka mengambilnya lagi. Ada pula yang menggunakan jasa baby farmer, karena sang ibu muda belum siap secara finansial untuk mengurus bayi mereka. Ada yang mengambil bayinya kembali dan ada juga yang meninggalkannya begitu saja. Bayi bayi itu akan ditempatkan disebuah rumah dan dirawat dengan penuh kasih.  

Tapi dalam kasus Amelia Dyer pastilah sangat berbeda. Ia akan secara brutal membunuh mereka dan menggunakan kematian bayi bayi itu untuk keuntungan finansialnya.

Siapakah Amelia Dyer

Amelia Dyer dilahirkan dengan nama Amelia Elizabeth Hobley pada tahun 1836 (tanggal kelahirannya tidak diketahui pasti). Ia adalah anak bungsu dari lima bersaudara (dengan tiga saudara lelaki, Thomas, James dan William, dan seorang saudara perempuan, Ann) di desa kecil Pyle Marsh, di sebelah timur Bristol. Ayahnya seorang ahli pembuat sepatu bernama Samuel Hobley dan ibunya Sarah Hobley. Amelia kecil, belajar membaca dan menulis dan mengembangkan kecintaan terhadap sastra dan puisi.  Namun, masa kecilnya dirusak oleh penyakit mental ibunya, setelah sembuh dari tifus, tiba tiba saja ledakan emosinya menjadi tidak terkendali dan Amelia terus merawatnya sampai dia meninggal pada tahun 1848. Para sejarawan kemudian berpendapat bahwa hal inilah yang kelak akan berefek pada kesehatan mental Amelia dimasa depan. 

Amelia memiliki seorang kakak perempuan, Sarah Ann yang meninggal pada tahun 1841, saat masih berusia 6 tahun dan seorang adik perempuan juga bernama Sarah Ann yang meninggal pada tahun 1845, saat berusia beberapa bulan.  

Setelah kematian ibunya, Amelia tinggal bersama seorang bibi di Bristol untuk sementara waktu, sebelum menjalani magang dengan seorang pembuat korset.  Ayahnya meninggal pada tahun 1859. Kakak laki-laki tertuanya, Thomas, mewarisi bisnis sepatu keluarga.  Entah bagaimana Amelia bisa kehilangan kontak dengan sebagian besar keluarganya. Ia kemudian menikahi George Thomas yang berusia 59 tahun sementara Amelia saat itu berusia sekitar 24 tahun dan mereka berdua kemudian berbohong tentang usia mereka pada akta nikah untuk mengurangi kesenjangan usia.  George mengurangi 11 tahun dari usianya dan Amelia menambahkan 6 tahun ke usianya. Ia memiliki seorang anak perempuan bernama Ellen Thomas saat menikahi suaminya. 

Menjadi perawat

Setelah menikahi George Thomas, Amelia dilatih untuk menjadi seorang perawat.  Ia belajar dari seorang bidan bernama Ellen Dane. Amelia mulai belajar tentang cara yang lebih mudah untuk mencari nafkah dengan menggunakan rumahnya sendiri sebagai tempat tinggal bagi para wanita muda yang hamil diluar pernikahan atau hamil yang tidak di inginkan. Dia akan menerima bayi bayi ini untuk di asuh dengan imbalan dari para ibu bayi bayi itu.

Inilah yang disebut 'baby farming'. Tempat dimana Ibu-ibu yang belum menikah di era Victoria Inggris sering berjuang untuk mendapatkan penghasilan, karena Undang-Undang Amandemen Hukum 1834 yang buruk telah menghilangkan  kewajiban finansial dari sang ayah bagi anak-anak diluar pernikahan, sementara membesarkan anak-anak seorang diri sebagai ibu tunggal sangat distigmatisasi dalam masyarakat. Itulah sebabnya banyak praktek baby farming bermunculan di era itu dimana seseorang/perawat bertindak sebagai agen adopsi atau pembinaan, dengan imbalan bayaran dari ibu para bayi.  Banyak bisnis didirikan untuk menampung para wanita muda ini dan merawat mereka sampai mereka melahirkan.  Para ibu kemudian meninggalkan bayi mereka yang tidak diinginkan untuk dirawat sebagai "anak-anak perawat".

Tapi, pengasuh yang tidak bermoral memilih untuk membiarkan para bayi kelaparan untuk menghemat uang dan bahkan mempercepat kematian.  Bayi yang cengeng atau rewel dapat dibius dengan alkohol atau opiat yang mudah didapat.  Banyak bayi meninggal akibat praktik yang meragukan ini.

Membunuh demi uang

Pada tahun 1869, suami Amelia, George Thomas meninggal dan Amelia membutuhkan penghasilan. 
Dan ilmunya sebagai perawat yang didapat dari Ellen Dane tersebut yang mengajarinya tentang baby farming, akan sangat berguna baginya. Tapi sayang, Amelia akan mengambil satu langkah lebih jauh.

Dia pun mulai memasang iklan di surat kabar lokal, mengaku sebagai wanita menikah yang terhormat, yang menyediakan rumah yang aman dan penuh kasih bagi anak-anak.  Dia kemudian akan meminta pembayaran satu kali dalam jumlah besar atas imbalan jasanya.

Namun, daripada menghabiskan uang itu untuk memberi makan dan merawat anak-anak, Dyer menyadari ada cara yang lebih mudah untuk mengantongi uang - yaitu dengan menyingkirkan anak-anak.

Awalnya Amelia menggunakan tehnik overdosis opioid pada bayi, yang dimaksudkan untuk menenangkan bayi menangis.  Dia kemudian akan memanggil petugas koroner untuk mengkonfirmasi kematian bayi tersebut, dan ia akan pura pura terkejut bahwa bayi itu meninggal begitu cepat, dan berpura-pura sedih atas kematian mereka.

Dan pada  tahun 1872 Amelia menikahi William Dyer seorang pekerja pabrik bir dari Bristol. Ia melahirkan dua anak lagi, Mary Ann (dikenal sebagai Polly) dan William Dyer. Tapi kemudian Amelia meninggalkan suaminya.

Kejahatan Amelia Dyer sempat terbongkar, namun lolos dari kasus pembunuhan

Pada tahun 1879, seorang dokter menjadi curiga tentang jumlah kematian yang dia laporkan atas bayi bayi yang dirawatnya. Dokter tersebut mulai bertanya-tanya apakah mereka benar-benar  meninggal karena faktor tidak sengaja. Dokter itu pun melaporkan Amelia ke pihak berwenang, tetapi alih-alih menerima tuduhan pembunuhan, Amelia hanya dijatuhi hukuman enam bulan di kamp kerja paksa dengan kesalahan: mengabaikan bayi bayi dibawah pengasuhannya.

Tapi itu tidak masalah bagi Amelia.  Setelah dibebaskan, ia membuat  lebih banyak iklan untuk rumah yang aman bagi para bayi dan terus mengumpulkan pembayaran dari jasanya ini.  Jika seorang bayi yang dia bunuh memiliki orang tua yang ingin mengambil bayinya lagi, dia  akan memberi mereka bayi yang lain.

Tapi lama lama Amelia Dyer berpikir, jika ia terus terusan melapor kepada petugas keamanan atas tewasnya bayi bayi itu dan meminta surat kematian dari mereka, hal tersebut akan membahayakan dirinya. Ia menyadari kesalahannya tersebut. Ia pun mulai melakukan langkah lainnya, yaitu dengan membuang mayat-mayat itu sendiri.  Dia akan membungkus bayi bayi itu dengan kain dan kemudian menguburnya, atau membuangnya di sungai, atau menyembunyikannya di seluruh kota.  Amelia juga membunuh mereka dengan berbagai cara, karena ia tidak memiliki pola tertentu untuk tehniknya itu.

Korban terus bertambah

Amelia Dyer juga dengan jeli terus mengawasi pihak berwenang.  Jika dia merasa mereka mulai mencurigainya atau akan menangkapnya, dia akan berpura-pura depresi, dan mengaku jika ia memiliki niatan untuk bunuh diri. 
Ia sempat beberapa kali masuk ke rumah sakit gangguan mental untuk perawatan. Suatu kali, dia bahkan mencoba untuk  bunuh diri dengan meminum dua botol laudanum (yang overdosis) tapi ia selamat.

Amelia juga sering pindah dari satu kota ke kota lainnya, dan memakai identitas baru untuk setiap aksinya, demi menghindari polisi dari mengikuti jejaknya, serta orang tua yang ingin menuntut anak anak mereka kembali.

Diperkirakan bahwa selama hampir 30 tahun sepak terjangnya di dunia baby farming, Amelia Dyer telah membunuh lebih dari 400 anak dan mengantongi pundi pundi uang dari bayi bayi itu. Para peneliti percaya jumlah itu bisa dua kali lipat, seandainya dia tidak tertangkap.

Terbongkarnya kejahatan Amelia Dyer

Pada bulan Maret 1896, seorang tukang perahu sedang memancing di Sungai Thames dan saat itu ia mendapatkan sebuah tas dari sungai.  Ketika dibuka, ia terkejut saat ia menemukan tubuh mungil seorang bayi perempuan di dalam tas tersebut terbungkus kertas.  Seorang polisi dengan teliti memperhatikan ada sebuah nama yang hampir pudar, ditulis di sudut kertas - Ny. Thomas - beserta  alamatnya.

Alamatnya ditujukan ke alamat tempat tinggal Amelia Dyer, dan meskipun polisi bisa menemukan Amelia berkat mayat bayi,  tetapi mereka belum bisa menuduhnya atas kejahatan tanpa bukti langsung.  Jadi, merekapun membuat jebakan.

Pihak kepolisian menggunakan seorang wanita muda sebagai umpan, lalu mereka pura pura memasang iklan tentang seorang wanita yang sedang mencari sebuah rumah perawatan yang bagus untuk bayinya.  Tentu saja, dengan cepat Amelia Dyer menjawab iklan tersebut, dan mengatur pertemuan dengan wanita itu, yang akhirnya menuntunnya kepada jebakan polisi.

Setelah menggeledah rumahnya, polisi menemukan aroma mayat manusia yang sudah busuk, sejenis meteran kain yang digunakan untuk melilit leher bayi, telegram tentang pengaturan adopsi, iklan, dan surat surat dari para ibu yang menanyakan tentang anak-anak mereka.

Mereka juga menemukan barang barang yang sudah dikemas, seolah-olah Amelia akan pindah  lagi dari situ.

Polisi pun mengeruk Sungai Thames untuk mencari lebih banyak mayat lagi. Menyadari bahwa dia tidak bertanggung jawab atas semua mayat bayi yang ditemukan, Amelia hanya  mengaku bersalah atas bayi-bayi yang dicekik dengan tali karet putih sebagai cirinya.

Penangkapan

Dyer ditangkap pada tanggal 4 April 1896 dan mengaku melakukan pembunuhan tetapi sebelumnya dia meyakinkan polisi bahwa anak perempuan dan menantunya jangan ikut ditangkap karena mereka tidak terlibat dalam kejahatannya.
Surat dari Amelia Dyer untuk Polly dan Arthur

Pada pemeriksaan awal Mei, tidak ada bukti yang ditemukan bahwa Mary Ann (Polly) atau Arthur Palmer telah bertindak sebagai kaki tangan ibunya.  Amelia Dyer mengajukan surat permohonan yang berbunyi;

"Tuan, tolong beri aku kesempatan menyampaikan ini kepada hakim pada hari Sabtu, tanggal 18. Aku telah membuat pernyataan ini, karena aku mungkin tidak memiliki kesempatan maka aku harus membebaskan beban pikiranku, aku tahu dan aku juga merasa bahwa hari-hariku tinggal menghitung waktu di bumi ini tetapi aku merasa itu adalah hal yang mengerikan jika kita melibatkan orang-orang yang tidak bersalah ke dalam masalah. Aku tahu bahwa aku harus bertanggung jawab di hadapan Pencipta-ku di Surga atas kejahatan mengerikan yang telah aku lakukan, tetapi karena Tuhan Yang Maha Kuasa adalah hakimku di Surga. Bahwa anakku Mary Ann Palmer atau suaminya Alfred Ernest Palmer, dengan sungguh-sungguh aku menyatakan, tidak satu pun dari mereka yang ada hubungannya dengan (kejahatanku), mereka tidak pernah tahu bahwa aku telah melakukan hal yang jahat sampai semuanya terlambat. Aku berbicara jujur dan benar sebagaimana aku berharap untuk diampuni, aku sendiri harus berdiri di hadapan sang Pencipta di Surga untuk menjawab semuanya yang telah dilakukan oleh kedua tanganku. 
Amelia Dyer.
16 April 1896,

Pada 22 Mei 1896, Amelia muncul di Old Bailey dan mengaku bersalah atas satu pembunuhan dan mengklaim kegilaan sebagai pembelaan atas kejahatannya.  Namun, juri memutuskan bahwa ia telah memalsukan kegilaannya sebagai cara untuk menghindari hukuman. Sebelum menjalani eksekusi, Amelia mendengar bahwa putrinya telah dibebaskan dari segala tuntutan.
Amelia Dyer menjalani eksekusinya dengan cara digantung, dan dilakukan oleh James Billington di Penjara Newgate pada hari Rabu, 10 Juni 1896 pada jam 9 pagi. Ucapan terakhirnya sebelum di eksekusi adalah, “I have nothing to say.”

Kasus Dyer menarik perhatian nasional karena tingginya jumlah kematian.  Yang akhirnya memicu revolusi dalam undang-undang adopsi dan mendorong pemerintah untuk merevisi tentang baby farming agar tidak ada lagi kasus serupa.

Meskipun diperkirakan bahwa jumlah total korbannya antara 300 - 400 bayi, tapi hanya tiga korban saja yang diidentifikasi dan dikaitkan secara positif dengan Amelia Dyer.
 
Pertanyaan selanjutnya adalah, apakah anak Amelia Dyer benar benar tidak terlibat dalam kejahatan ibunya?

Saat Amelia Dyer di eksekusi, putrinya sudah dibebaskan dari tuntutan.  Tapi, apakah dia tidak bersalah seperti yang diklaim ibunya?  Tapi yang jelas, dua tahun setelah kematian ibunya, sebuah paket ditemukan di kereta api dari Bristol menuju London.  Bingkisan itu berisi bayi yang baru lahir, dalam kondisi masih hidup.  Bayi itu akhirnya ditelusuri kembali ke ibunya, Jane Hill.  Wanita muda yang putus asa itu telah menyerahkan bayinya kepada Tuan dan Nyonya Stewart bersama dengan jumlah uang sebesar £ 12. Akhirnya polisi segera mengetahui identitas asli Stewart. Dan dia adalah Polly, anak Amelia Dyer dan menantunya, Arthur.

Ada spekulasi bahwa Amelia Dyer adalah Jack The Ripper atau Jill the Ripper 

Pada tahun 1888, wilayah Whitechapel London diteror oleh pembunuh berantai yang dijuluki 'Jack the Ripper'.  Identitas pembunuh berantai yang terhitung sadis ini  tidak pernah terungkap. tetapi ini tidak menghentikan Ripperologist untuk terus menebak dan menyebut ratusan nama yang sekiranya dicurigai. Sebagian besar nama-nama yang dicurigai ini adalah laki-laki. Tapi akhirnya, semakin banyak orang yang  menduga bahwa The Ripper sebenarnya adalah pembunuh berantai perempuan, atau 'Jill the Ripper'.  Anehnya, ini bukan teori baru tetapi teori yang diajukan oleh seorang detektif terkemuka di tengah-tengah penyelidikan Ripper itu sendiri.

 "Apakah kamu pikir bahwa pelakunya bukan Jack the Ripper tetapi Jill the Ripper?"

 - Detektif Abberline 1888

Bukti dugaan jika The Ripper adalah seorang pembunuh wanita (Jill The Ripper)

Kasus pembunuhan korban terakhir Ripper yang diketahui adalah Mary Jane Kelly, yang akhirnya memunculkan pemikiran tentang pelakunya adalah seorang pembunuh wanita.  Seorang saksi yang dapat dipercaya dan teman dekat korban, Caroline Maxwell, bersumpah bahwa dia melihat temannya berjalan dengan cepat di jalan Whitechapel beberapa jam setelah dia dibunuh dan dimutilasi di tempat tinggalnya.  Bagaimana mungkin?  Satu jawaban yang pasti, Detektif Abberline menyimpulkan bahwa yang dilihat Maxwell adalah sosok si pembunuh (Jill The Ripper), bukan Kelly, temannya, melainkan seorang wanita lain yang mengenakan pakaian Kelly.

Bukti dari tempat kematian Kelly memiliki beberapa cara untuk mendukung teori ini.  Sebuah pakaian wanita, termasuk topi, ditemukan terbakar di perapian Kelly.  Teman-temannya bersumpah bahwa pakaian itu bukan milik Kelly, terlebih lagi dia tidak pernah memiliki topi.  Apakah si pembunuh telah menukar bajunya dengan baju korban untuk melarikan diri?

Bidan/perawat di era Victoria

Dalam bukunya di tahun 1939, 'Jack the Ripper: A New Theory', William Stewart berupaya membangun profil seorang pembunuh wanita.  Dia menyimpulkan bahwa pembunuh yang paling mungkin sebagai Jill the Ripper adalah bidan atau orang yang paham tentang dunia bedah. Seorang bidan era Victoria akan tahu bagaimana membuat seorang wanita pingsan dalam hitungan detik menggunakan titik-titik tekanan di leher.  Dia juga bisa berjalan di jalanan Whitechapel dengan tangan atau pakaian penuh darah tanpa menimbulkan kecurigaan orang yang melihatnya, karena bisa saja ia habis membantu orang melahirkan atau apapun itu.  Motif apa yang dimiliki seorang bidan untuk melakukan pembunuhan yang begitu mengerikan seperti yang telah dilakukan The Ripper? Stewart berteori bisa saja ia memiliki dendam terhadap wanita dan ingin membalasnya.

Bukti dugaan lebih lanjut jika Jill the Ripper adalah seorang bidan; Pengetahuan dasar tentang anatomi diperlukan untuk memutilasi korban.  Dalam tiga kasus The ripper, rahim korban dilepas. Fakta bahwa tidak ada korban The Ripper yang dilecehkan secara seksual. Goresan dilakukan pada tubuh korban oleh seseorang dengan kuku panjang. Tiga kancing boot wanita ditemukan di dekat seorang korban yang mengenakan sepatu bot bertali (bukan berkancing). Tumpukan pakaian rapi terlipat di kaki korban Annie Chapman, yang seperti ini biasanya hanya wanita yang mampu melakukannya.

Amelia Dyer tentu merupakan kandidat kuat untuk menjadi 'Jill the Ripper'.  Dia tinggal di daerah Whitechapel di berbagai titik dalam hidupnya.  Seorang perawat dan bidan yang terlatih, ia memiliki keterampilan dan pengetahuan untuk menghilangkan organ-organ korban yang dimutilasi.  Selama beberapa waktu ia pernah menjadi narapidana di berbagai rumah sakit jiwa dan secara psikologis jiwanya tidak stabil.  Dia sangat membenci masa lalunya sebagai anak karna harus menghadapi ibunya yang gila meskipun ia berhasil menekan kebenciannya saat ibunya masih hidup.  Apakah kebenciannya kemudian dilampiaskan saat ia dewasa, dan mendesaknya untuk membalas dendam pada wanita lain?  Entahlah..

Yang paling memberatkan adalah kepribadian psikopat Amelia Dyer.  Seorang wanita tanpa hati nurani, tanpa belas kasihan atau tanpa penyesalan demi uang kertas sebesar £ 10.  Tentu saja dia pasti mampu untuk melakukan hal yang sama terhadap para wanita seperti yang dilakukan The Ripper.
Mary Pearcey

Tapi tentu saja ini adalah sebuah teori yang masih mengambang. Meskipun Stewart telah menjelaskan tentang banyak bukti dugaan untuk mendukung teorinya terhadap Amelia Dyer, tapi akhirnya, dia sendiri lebih memilih Mary Pearcey sebagai tersangka utama Jill The Ripper.  


Baca kisah lengkap tentang Jack The Ripper disini

 





 
 

 

 
 

 
 

 
 







 .

 

 

Comments

  1. Serem sekali ya pembunuhannya, cuma gara gara uang Amelia Dyer tega membunuh ratusan bayi tak bersalah. Untunglah akhirnya dia tertangkap dan dihukum mati.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book