Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun...
loading...

Sada Abe, Pesona Cinta Seorang Geisha

"I loved him so much, I wanted him all to myself. But since we were not husband and wife, as long as he lived he could be embraced by other women. I knew that if I killed him no other woman could ever touch him again, so I killed him ..."

Sada Abe, seorang geisha dan wanita malam yang sangat mencintai kekasihnya, Kichizō Ishida sehingga setelah membunuhnya pun, dia menyimpan "alat" yang paling berharga milik Ishida sebagai kenang-kenangan.

Sada memotong kemaluan dan buah zakar kekasihnya dan membawanya kemanapun hingga hari penangkapannya

Siapakah Sada Abe

Sada Abe lahir pada  28 Mei 1905. Ia adalah anak ketujuh dari delapan bersaudara dari pasangan Shigeyoshi dan Katsu Abe, keluarga kelas menengah atas pembuat tikar tatami di lingkungan Kanda Tokyo. Hanya empat anak Shigeyoshi Abe yang bertahan hingga dewasa, dan dari mereka, Sada adalah yang termuda. Ayah Abe, berasal dari Chiba. Ayahnya berusia 52 pada saat kelahiran Sada, Shigeyoshi Abe digambarkan oleh polisi sebagai orang yang jujur ​ yang tidak memiliki sifat buruk atau bermasalah dengan hukum,  meskipun agak egois dan boros.  Ibu Sada, Katsu Abe, juga tidak memiliki masalah moral ataupun hukum.

Kakak lelaki Sada, Shintarō, setelah  pernikahannya ia melarikan diri dengan uang orang tuanya. Saudara perempuan Sada, Teruko, memiliki beberapa kekasih.  Ayahnya mengirimnya untuk bekerja di rumah pelacuran, sebagai sebuah hukuman yang tidak lazim untuk menghukum sebuah pergaulan bebas perempuan di Jepang, meskipun ia segera menariknya kembali.  Masa lalu Teruko tidak dianggap sebagai penghalang untuk menikah bagi orang-orang pada saat itu, dan ia segera menikah.

Sada Abe lahir pada tahun 1905.  Ibunya sangat menyayangi Sada, si anak bungsu dan membiarkannya melakukan apa yang diinginkannya. Ibunya mendukung Sada untuk belajar menyanyi dan bermain shamisen, kedua hal tersebut yang pada saat itu, lebih erat terkait dengan geisha dan pelacur daripada sebuah seni klasik.
Geisha dianggap sebagai selebriti yang glamor saat itu dan Sada sendiri mengejar ambisinya ini dengan bolos sekolah untuk belajar musik dan memakai make-up yang stylish. Karena masalah kakak kakaknya,  membuat Sada sering keluar rumah sendirian.  Dia kemudian bergabung dengan sekelompok remaja pada usia 14. Dan pada suatu waktu ia tengah pergi bersama teman temannya ini, ia diperkosa oleh salah satu dari mereka.

Orangtua Sada awalnya membela dan mendukungnya, tetapi ia menjadi remaja yang bandel, tidak bertanggung jawab dan tidak terkendali, orang tuanya menjual Sada ke rumah geisha di Yokohama pada tahun 1922, berharap menemukan tempat di masyarakat dengan arah tertentu. Toku Abe, kakak tertua Sada, mengatakan bahwa Sada sendiri yang ingin menjadi geisha. Tapi Sada mengaku bahwa ayahnyalah yang menjadikannya seorang geisha sebagai hukuman untuk pergaulan bebasnya.

Menjadi Geisha

Pertemuan Sada dengan dunia geisha terbukti sangat mengecewakan, menjadi bintang sejati di antara geisha diperlukan pelatihan sejak dini dan berlatih bertahun tahun untuk belajar seni dan musik.  Sada tidak pernah berhasil melewati peringkat terendahnya, yang salah satu tugas utamanya adalah melayani seks untuk klien.  Dia bekerja selama lima tahun untuk hal ini, dan akhirnya tertular sifilis. Karena hal ini, dia  diminta untuk menjalani pemeriksaan fisik secara teratur, seperti halnya seorang pelacur berlisensi secara hukum, Sada pun memutuskan untuk mencari tempat lain dengan bayaran yang lebih baik.

Sada mulai bekerja sebagai pelacur di daerah bordil Tobita yang terkenal di Osaka, tetapi segera mendapatkan reputasi sebagai pembuat masalah.  Dia mencuri uang dari klien, dan berusaha meninggalkan rumah bordil beberapa kali, tetapi bisa ditemukan karena lisensi hukum prostusi tempatnya bekerja sangat terorganisir. Setelah dua tahun, akhirnya ia berhasil melarikan diri dari sistem prostitusi berlisensi, dan mulai bekerja sebagai pelayan.  Namun, tidak puas dengan upahnya, dia segera bekerja sebagai pelacur lagi, meskipun sekarang bukan rumah bordir yang berlisensi di Osaka pada tahun 1932. Ibu Sada meninggal pada Januari 1933, dan Sada pergi ke Tokyo untuk mengunjungi ayahnya,  dan makam ibunya. Ketika ayahnya sakit parah pada Januari 1934, Sada merawatnya selama sepuluh hari sampai kematiannya.

Pada Oktober 1934, Sada ditangkap dalam sebuah penggerebekan polisi di rumah bordil tanpa lisensi tempat dia bekerja.  Kinnosuke Kasahara, seorang teman baik dari pemilik rumah bordil, membebaskannya.  Dia tertarik pada Sada dan dengan persetujuan Sada, menjadikannya simpanannya.  Kasahara membangun rumah untuk Sada pada 20 Desember 1934, dan juga memberinya uang. Kasahara pernah bersaksi pada polisi tentang Sada,
"Dia (Sada) benar-benar perempuan kuat, benar-benar luar biasa. Walaupun aku udah capek, dia masih kuat. Dia belum puas kecuali kita melakukannya dua, tiga, atau empat kali dalam semalam. Dia selalu ingin aku memegang bagian pribadinya sepanjang malam ... Awalnya sih asyik asyik aja, tetapi setelah beberapa minggu aku jadi sedikit capek. "
Ketika Sada meminta  Kasahara meninggalkan istrinya untuk menikahinya, dia menolak.  Dia kemudian meminta Kasahara untuk mengizinkannya membawa lelaki lain, yang juga dia tolak.  Setelah itu, hubungan mereka berakhir dan untuk menghindarinya Sada pergi ke Nagoya. Kasahara mengakhiri kesaksiannya  terhadap Sada dengan komentar marah,
"Dia adalah seorang pelacur. Dari apa yang sudah dia lakukan memperjelas, kalau dia adalah wanita yang harus dihindari para pria."

Sementara, Sada juga pernah menyampaikan kenangannya tentang Kasahara, "Dia tidak mencintaiku dan memperlakukan aku seperti binatang. Dia adalah sampah yang kemudian memohon padaku ketika aku mengatakan bahwa hubungan kami harus putus."

Tahun 1935, sekali lagi Sada berniat untuk meninggalkan industri seks, ia mulai bekerja sebagai pelayan di sebuah restoran.  Dia segera terlibat hubungan asmara dengan seorang pelanggan di restoran itu, Gorō Ōmiya, seorang profesor dan bankir yang bercita-cita menjadi anggota  parlemen Jepang. Mengetahui bahwa restoran itu tidak akan mentolerir seorang pelayan melakukan hubungan seksual dengan klien, Sada kembali ke Tokyo pada bulan Juni.  Ōmiya bertemu Sada di Tokyo, dan membayar penginapan untuk Sada dari November hingga Januari 1936. Pada bulan Januari, Ōmiya menyarankan agar Abe dapat menjadi mandiri secara finansial dengan membuka usaha dan merekomendasikan agar ia mulai bekerja magang di bisnis restoran.

Pertemuan dengan Kichizō Ishida

Kembali di Tokyo, Sada mulai bekerja sebagai pekerja magang di restoran Yoshidaya pada tanggal 1 Februari 1936. Pemilik perusahaan ini bernama Kichizō Ishida yang berusia 42 th.
Tidak lama setelah Sada mulai bekerja di Yoshidaya, Ishida mulai tertarik kepada Sada.  Ōmiya tidak pernah memuaskan Sada secara seksual, dan Sada pun takluk pada Ishida.  Pada pertengahan April, Ishida dan Sada pun memulai hubungan seksual mereka di restoran itu dengan iringan lagu romantis yang dinyanyikan oleh salah satu geisha restoran.  Pada tanggal 23 April 1936, Sada dan Ishida bertemu lagi untuk pertemuan seksual yang sudah direncanakan sebelumnya di sebuah hotel di Shibuya.  Awalnya hanya merencanakan untuk "berselingkuh" singkat, tapi pasangan itu malah tetap di tempat tidur selama empat hari.  Pada malam 27 April 1936, mereka pindah ke hotel lain di lingkungan yang jauh dari Futako Tamagawa dimana mereka terus minum dan berhubungan seks, kadang-kadang dengan iringan nyanyian geisha bahkan keduanya menolak untuk berhenti (bercinta) ketika pelayan memasuki ruangan untuk membawakan sake.

Mereka selanjutnya pindah ke Ogu, dan Ishida belum kembali ke restorannya sampai pagi hari 8 Mei 1936, setelah absen sekitar dua minggu. Tentang Ishida, Sada kemudian berkata,
"Sulit untuk mengatakan dengan tepat semua hal baik tentang Ishida. Tidak mungkin untuk mengatakan hal buruk tentang penampilannya, sikapnya, keterampilannya sebagai kekasih, cara dia mengekspresikan perasaannya. Aku  belum pernah bertemu pria seksi seperti itu."

Setelah pertemuan dua minggu mereka berakhir, Sada menjadi gelisah dan mulai sering minum.  Dia mengatakan bahwa bersama Ishida dia menjadi mengenal cinta sejati untuk pertama kalinya dalam hidupnya. Tapi keinginan Ishida untuk kembali bersama istrinya membuatnya sangat cemburu.  Lebih dari satu minggu sebelum Ishida meninggal, Sada mulai memikirkan pembunuhannya.  Pada 9 Mei 1936, ia menghadiri sebuah drama di mana seorang geisha menyerang kekasihnya dengan pisau besar, setelah itu ia memutuskan untuk mengancam Ishida dengan pisau pada pertemuan berikutnya.  Pada 11 Mei 1936, Sada menggadaikan sebagian pakaiannya dan menggunakan uang itu untuk membeli pisau dapur.  Dia kemudian mengatur pertemuan dengan Ishida malam itu, dan mengisahkan perihal pertemuannya degan Ishida.
"Aku mengeluarkan pisau dapur dari tasku dan mengancamnya seperti yang ku lihat dalam drama, aku mengatakan, 'Kichi (nama panggilan Ishida), kamu pakai kimono itu hanya untuk menyenangkan salah satu pelanggan favoritmu.  Kamu bajingan, aku akan membunuhmu untuk itu. ' Tapi dia (Ishida) waktu itu hanya kaget dan sedikit menjauh, tetapi dia keliatannya senang dengan apa yang aku lakukan... "

Ishida dan Sada kembali ke Ogu. Selama bercinta, Sada meletakkan pisau ke pangkal penis Ishida, dan mengatakan kalau Sada cuma memastikan agar Ishida tidak akan pernah bermain-main dengan wanita lain.  Ishida tertawa mendengar ini.  Dua malam sudah mereka tenggelam dalam permainan seks. Dan Sada pun mulai mencekik Ishida, tapi justru Ishida menyuruhnya untuk melanjutkan, dengan mengatakan bahwa hal tersebut meningkatkan libidonya.  Pada malam 16 Mei 1936, Sada menggunakan obi sash untuk mencekik pernapasan Ishida saat orgasme, dan mereka berdua menikmatinya.  Mereka mengulangi ini selama dua jam lagi. Begitu Sada melepas cekikannya, wajah Ishida menjadi pucat, dan wajahnya tidak kembali normal.  Ishida mengambil 30 tablet obat penenang bernama Calmotin untuk mencoba meredakan rasa sakitnya.  Menurut Sada, ketika Ishida akan tidur, Ishida berkata kepadanya,
"Kamu akan meletakkan tali itu di leherku dan menariknya lagi saat aku sedang tidur, kan?... Jika kamu mulai mencekikku, jangan  berhenti, karena itu sangat menyakitkan sesudahnya."
Sada bertanya-tanya apakah Ishida ingin dia membunuhnya? Tetapi Sada juga berpikir mungkin ia cuma bercanda.

Sekitar pukul 02:00 pagi tanggal 18 Mei 1936, ketika Ishida tertidur, Sada melilitkan kain dua kali di lehernya dan mencekiknya hingga mati.  Dia kelak mengatakan kepada polisi,
"Setelah aku membunuh Ishida aku merasa benar-benar tenang, seolah-olah beban berat telah diangkat dari pundakku, dan aku merasakan kejelasan."

Setelah berbaring dengan tubuh Ishida selama beberapa jam, dia kemudian memotong alat kelamin Ishida dengan pisau dapur, membungkusnya dengan sampul majalah, dan menyimpannya sampai nanti ia ditangkap.
Dengan menggunakan darah ia menulis 'Sada, Ishida no Kichi Futari-kiri' 
di paha kiri Ishida, dan di sprei.
Dia kemudian mengukir ("Sada", karakter untuk namanya) ke lengan kiri Ishida.  Setelah mengenakan pakaian dalam Ishida, dia meninggalkan penginapan sekitar jam 8 pagi dan memberi tahu staf untuk tidak mengganggu Ishida.

Setelah meninggalkan penginapan, Sada bertemu dengan mantan kekasihnya, Gorō Ōmiya.  Dia berulang kali meminta maaf kepadanya, tetapi Ōmiya, yang tidak mengetahui pembunuhan itu, berasumsi bahwa dia mungkin meminta maaf karena telah pergi bersama kekasih lain. Setelah mayat Ishida ditemukan, pencarian pun langsung tertuju pada Sada, yang menghilang.  Pada 19 Mei 1936, koran-koran mengangkat berita itu.  Karier Ōmiya hancur, dan kehidupan Abe berada di bawah pengawasan publik yang intens sejak saat itu dan seterusnya.

Kematian Ishida  menyebabkan sensasi nasional.  Kehebohan masyarakat atas pencarian Sada dikenal dengan istilah "Abe Sada panic". Polisi menerima laporan kemunculan Sada dari berbagai kota, dan terdapat satu penampakan palsu (hoax) yang menyebabkan orang orang menyerbu Ginza, mengakibatkan kemacetan lalu lintas yang besar.

Pada 19 Mei 1936, Sada pergi berbelanja dan menonton film.  Dengan nama samaran, dia tinggal di sebuah penginapan di Shinagawa pada 20 Mei, dimana dia minum tiga botol bir.  Dia menghabiskan hari itu menulis surat perpisahan kepada Ōmiya, seorang teman, dan juga Ishida.
Sada merencanakan bunuh diri satu minggu setelah pembunuhan, dan ia pun mencoba melakukan necrophilia.
"Aku merasa terikat pada benda itu (kemaluan Ishida). Aku membuka kertas yang membungkusnya dan menatapnya dan memasukkannya ke dalam mulutku dan bahkan mencoba memasukkannya 'ke dalam tubuhku' ... Tetapi tidak berhasil meskipun aku terus mencoba dan mencoba. Aku memutuskan untuk melarikan diri ke Osaka dan tetap membawa benda itu. Lalu aku akan melompat dari tebing di Gunung Ikoma sambil  membawanya."

Pada jam 4:00 sore, seorang polisi yang curiga dengan nama palsu yang didaftarkan Sada, datang ke kamarnya.
Saat itu Sada langsung bicara,
"Jangan terlalu formal",
"Kamu mencari Sada Abe, kan? Yah, itu aku. Aku Sada Abe."
Ketika polisi tidak yakin, Sada menunjukkan alat kelamin Ishida sebagai bukti.

Sada ditangkap dan diinterogasi selama delapan sesi. Ketika ditanya mengapa dia memotong alat kelamin Ishida, Sada menjawab, "Karena aku tidak bisa membawa kepala atau tubuhnya bersamaku. Aku ingin mengambil bagian dari dirinya yang bisa membawaku kembali ke kenangan yang paling dalam."
Petugas yang menginterogasi terkejut oleh sikap Sada ketika ditanya mengapa dia membunuh Ishida. Wajah Sada menjadi bersemangat dan matanya berbinar dengan cara yang aneh. Sada pun menjawab pertanyaan polisi,
"Aku sangat mencintainya, aku sangat menginginkan dia untuk diriku sendiri. Tapi karena kita bukan suami dan istri, selama dia hidup, dia bisa dipeluk oleh wanita lain. Aku tahu kalau aku membunuhnya, tidak ada wanita lain yang bisa menyentuhnya lagi, jadi aku membunuhnya ... "

Ketika rincian kejahatan itu dipublikasikan, desas-desus mulai beredar bahwa penis Ishida berukuran luar biasa. Namun, petugas polisi yang menginterogasi Sada setelah penangkapannya membantahnya, dengan mengatakan,
"Tidak, cuma rata-rata. [Abe] mengatakan kepadaku, , 'Ukuran tidak membuat seorang menjadi perkasa di tempat tidur. Teknik dan hasratnya untuk menyenangkan aku, itulah yang aku sukai  dari Ishida."

Hari pertama persidangan Sada adalah 25 November 1936.
Pada 21 Desember 1936, Abe dinyatakan bersalah atas pembunuhan tingkat dua dan mutilasi mayat.  Meskipun jaksa menuntut sepuluh tahun tapi Sada  menginginkan hukuman mati. Tapi akhirnya Sada di vonis enam tahun penjara. Dia di kurung di penjara wanita Tochigi, di mana dia menjadi tahanan No. 11.  Hukuman Sada diringankan pada 10 November 1940, ketika Kaisar Jimmu naik takhta.  Dia dibebaskan, tepat lima tahun setelah pembunuhan, pada 17 Mei 1941.

Paska kebebasannya

Setelah kebebasannya, ia tetap menjadi perhatian atas kasusnya. Meski saat itu ia memakai nama samaran.
Ia gagal dalam pernikahannya setelah keluarga dan teman teman suaminya mengetahui identitas Sada yang sebenarnya.
Sadapun memberikan wawancaranya untuk sebuah buku  otobiografi  'A Woman Called Sada Abe'. Tapi akhirnya ia kembali menjadi pramusaji selama 20 tahun berikutnya, Sada tetap menjadi karyawan teladan.  Dan suatu hari di tahun 1970, dia menghilang dan tidak lagi terdengar kabar beritanya.

Tidak ada catatan dimana Sada setelah titik ini. Beberapa percaya bahwa dia tinggal di biara di hari tuanya. Tapi tidak ada info yang akurat
Sada Abe 1969

Lalu bagaimana dengan nasib penis Ishida?
Setelah persidangan, penis dan testisnya dipindahkan ke museum patologi Fakultas Kedokteran Universitas Tokyo untuk dipajang di depan umum.  Tetapi, beberapa saat setelah Perang Dunia ke 2, benda itu menghilang secara misterius.... seperti juga Sada Abe.





 .

Comments

  1. itu kok ada caption sada abe tahun 69 min....

    ReplyDelete
  2. I dont know... But i feel sorry for her

    ReplyDelete
  3. oemji.. asli ya serem dan eneugh banget bacanyaaaaa....

    ReplyDelete
  4. Ini ada filmnya lho mintjeu..semi hihihihii, parah sihh Sada dan Ishida sama2 hypersex dan sakit jiwa

    ReplyDelete
    Replies
    1. Bisikin judulnya donk.. Wkwkwkwk..

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menguak kisah Hello Kitty Murder

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty