"Get some morphine, dearie, and we’ll go out in the ward. You and I will have a lot of fun seeing them die.”
Jane Toppan
Hanya sedikit catatan tentang masa lalu Jane Toppan. Namun diketahui jika ia bernama asli Honora Kelley. Orang tuanya adalah seorang imigran Irlandia. Ibunya betnama Bridgett Kelley yang meninggal dunia karena sakit TBC saat Jane masih kecil. Ayahnya bernama Peter Kelley yang dikenal sebagai seorang alkoholik dan sangat kasar. Bahkan sang ayah pun dikenal karena kegilaannya. Ia menjahit kelopak matanya sendiri saat ia bekerja sebagai penjahit.
Beberapa tahun setelah kematian istrinya, Peter membawa kedua anaknya Delia, 8th dan Honora 6 tahun ke Boston Female Asylum, sebuah panti asuhan untuk anak-anak perempuan miskin. Peter menyerahkan kedua anak gadisnya itu dan ia tidak pernah melihat mereka lagi. Dokumen dari catatan panti tertulis bahwa mereka "rescued from a very miserable home".
Tidak ada yang tahu pasti pengalaman apa yang di dapat kedua anak itu selama berada di panti.
Dua tahun setelah ayahnya meninggalkannya di panti, Honora Kelley ditempatkan sebagai pelayan kontrak di rumah Ny. Ann C. Toppan. Meskipun ia tidak pernah secara resmi di adopsi oleh keluarga Toppan, tapi ia mengambil nama belakang mereka untuk namanya. Sementara keluarga Toppan memiliki anak mereka sendiri bernama Elizabeth, dan keduanya sangat akrab.
Jane Toppan, seorang perawat yang telah membunuh lebih dari 31 korban, bahkan setelah dia dijatuhi hukuman dengan dikirim ke rumah sakit jiwa, Jane Toppan terus memiliki kecenderungannya untuk membunuh. Ia terus merayu suster yang merawatnya untuk membunuh bersama dirinya.
Ia bahkan pernah mengatakan, "to have killed more people—helpless people—than any other man or woman who ever lived".
Mendapat julukan Jolly Jane
Saat menjadi perawat, Jane yang bernama asli Honora mendapat julukan "Jolly" Jane, adalah salah satu perawat paling dicintai, yang bekerja di Rumah Sakit Cambridge. Dia mendapat julukan "Jolly Jane" karena kepribadiannya yang menyenangkan dan ceria juga keramahannya terhadap pasiennya. Bagaimanapun, dia juga salah satu perawat terbaik di rumah sakit tempat ia bekerja.
Tapi hal itu sirna setelah dokter menyadari bahwa Jane telah membunuh pasiennya dan menikmati sensasi kematian dari orang yang dibunuhnya.
Selama periode dua puluh tahun dimulai pada tahun 1880, Jane Toppan mengaku telah membunuh 31 pasien. Namun, diduga dia membunuh lebih banyak.
Meskipun sebagian besar korbannya adalah pasiennya namun ada beberapa yang merupakan teman dekat ataupun keluarganya. Ini mengarahkan polisi untuk menentukan bahwa motifnya adalah sesuatu yang lebih dari sekedar ketertarikannya dengan sadisme medis, tapi kemungkinan sebuah kegilaan.
Pembunuhan Jane terjadi setelah ia melalui masa 18 tahun hidupnya setelah bekerja kontrak di keluarga Toppan. Setelah keluar dari keluarga itu, Jane mulai pelatihan sebagai perawat di Rumah Sakit Cambridge di luar Boston.
Di rumah sakit itulah dia memperoleh nama julukannya, sambil diam-diam memutuskan mana yang akan menjadi korbannya.
Sebagian besar, Jane memilih korban yang lemah dan tua.
Jane akan memberi obat penghilang rasa sakit, biasanya morfin atau atropin, yang tujuannya hanya untuk kesenangan semata, dan melihat apa yang terjadi pada sistem saraf korbannya. Agar tidak menimbulkan kecurigaan, dia akan membuat grafik palsu, dan mengobati kembali korbannya sehingga mereka dalam keadaan masuk dan keluar dari kesadaran.
Setelah membuat pasiennya berada diambang kematian, Jane akan naik ke tempat tidur dengan pasiennya dan memeluk mereka. Ketika dia ditangkap, dia menjelaskan kepada polisi bahwa dia mendapat sensasi erotis yang didapatnya dengan memegang dan membelai tubuh mereka yang sedang sekarat. Meskipun dia mengakui telah 'meracuni' banyak pasien di Rumah Sakit Cambridge, tapi dia tidak mengaku membunuh satu pun dari mereka.
Terlepas dari eksperimennya terhadap pasien, para dokter di Rumah Sakit Cambridge merekomendasikannya ke Rumah Sakit Umum Massachusetts, sebuah fasilitas medis bergengsi pada saat itu. Di sana, ia melanjutkan eksperimennya dengan obat penghilang rasa sakit dan mulai dengan murah hati membagikannya kepada hampir semua orang yang meminta. Akhirnya, dia dikeluarkan dari rumah sakit.
Pembunuhan dimulai
Terlepas dari kebiasaanya yang membagikan opiat dengan ceroboh, atau mungkin karena alasan itu, ia mulai direkomendasikan sebagai perawat pribadi dari pasien mereka yang kaya. Dan, pembunuhannya pun dimulai.
Terbebas dari masalah rumah sakit, dan pengawasannya yang ketat dari perawat dan dokter, Jane akhirnya dapat melakukan percobaan pada pasien sesuka hatinya. Dia juga mulai membunuh lebih dari sekedar pasiennya, tapi ke orang orang yang dekat dengan kehidupan pribadinya.
Pembunuhan pertama yang dilakukannya adalah terhadap kliennya bernama Israel Dunham dan istrinya, Lovely Dunham, keduanya diracuni. Dia mengatakan kepada polisi, bahwa mereka "lemah, tua dan rewel". Menurut rekan-rekan perawatnya dari Cambridge, Jane tidak melihat adanya manfaat dengan "membuat orang yang sudah tua tetap hidup."
Setelah itu, Jane membunuh seorang pasien lainnya, yaitu seorang wanita tua yang dikirim kepadanya untuk dirawat. Kemudian, dia membunuh seorang temannya supaya dia dapat merebut jatah tempat di sebuah Sekolah Teologi dan beberapa pasien sakit lainnya.
Dan ia pun membunuh saudara perempuan angkatnya.
Walaupun dia tidak terlahir sebagai seorang 'Toppan', tapi dia tumbuh bersama keluarga Toppan. Meskipun ibu angkatnya bukan wanita terbaik, tapi Jane rukun dengan saudara angkatnya, Elizabeth. Sampai mereka dewasa, keduanya sering berbagi makan siang dan menghadiri acara sosial bersama.
Suatu malam di tahun 1899, Elizabeth mengundang Jane untuk tinggal bersamanya di akhir pekan, di rumah tempat mereka dibesarkan. Keduanya berencana akan pergi piknik. Seperti biasanya, Jane mengumpulkan perlengkapan piknik untuk mereka berdua, daging kornet, gula-gula, dan air mineral, yang dicampur dengan strychnine, obat favorit baru Jane.
Elizabeth kemudian meminum air beracun itu dan mati di tangan Jane. Dia kemudian mengingat kejadian itu dengan perasaan cinta ketika dia menyampaikan kejadian itu ke polisi.
"Aku menggendongnya dan memerhatikannya dengan rasa puas saat dia kehabisan nafas,"
Setelah membunuh saudara perempuan angkatnya, dia pindah ke rumah Elizabeth, dan mulai mengejar tujuannya, dia bermaksud menikahi suami Elizabeth. Namun, ketika dia menolaknya, Jane meracuninya. Tapi Jane merasa yakin jika ia bisa membawanya hidup kembali, ia bisa merayunya lagi. Sayangnya, rencananya gagal, dan suami Elizabeth mengusirnya keluar dari rumah.
Merasa bingung, ia berusaha meracuni dirinya sendiri dan dilarikan ke rumah sakit. Setelah pulih dan dipulangkan, dia merasa seorang detektif membuntutinya, karena dicurigai ia telah membunuh seorang pria Amherst dan keluarganya.
Detektif itu benar, Jane memang telah membunuh lelaki itu, tempat ia menyewa sebuah pondok beberapa tahun yang lalu. Dan, memang, dia telah membunuh putrinya juga. Ketika terungkap bahwa keluarga itu meninggal karena keracunan, polisi menargetkan Jane, karena dia memiliki sejarah dengan obat-obatan yang telah membuat keluarga itu terbunuh.
Pada tahun 1901, Jane ditangkap.
Selama interogasi dan persidangan berikutnya, Jane mengakui 31 pembunuhan tetapi mengatakan bahwa jumlahnya bisa mencapai 100. Dia mengklaim bahwa masa remajalah yang harus disalahkan atas 'kesenangannya' itu dan ia juga mengatakan telah merasakan sensasi itu sejak berusia 16 tahun.
Ketika tersebar kabar tentang persidangannya, pasien dari Cambridge maju ke depan dan mengatakan bahwa mereka memiliki ingatan samar-samar saat dibius oleh Jane dan juga saat Jane naik ke tempat tidur mereka selama dirawat di rumah sakit. Saat itulah Jane mengungkapkan bahwa dia mendapatkan kesenangan seksual dari melihat dan merasakan mereka melayang mendekati kematian.
Pengakuan Jane sudah cukup bagi juri untuk membuat keputusan, hanya butuh 27 menit bagi mereka untuk menganggapnya tidak bersalah dengan alasan kegilaan. Dia dijatuhi hukuman seumur hidup di rumah sakit jiwa, meskipun jelas kecenderungannya untuk membunuh tidak pernah benar-benar hilang. Selama bertahun-tahun, perawat di rumah sakit jiwa akan mendengarnya berteriak teriak di lorong rumah sakit dan mengancam akan membunuh lagi. Bahkan, ia kerap merayu suster yang merawatnya untuk membunuh bersama dirinya.
"Cari morfin, sayang, dan kita akan keluar dari bangsal ini. Kamu dan aku akan bersenang-senang dan melihat mereka mati."
She is so CREEPY
ReplyDeleteNgeriii..
ReplyDeleteKenapa gk dihukum mati aja ish ya.. mereka masih punya akal n pikiran utk lolos, cuma butuh sedikit waktu aja6 utk membunuh lagi
ReplyDelete