Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun...
loading...

Hari Dimana Mata Hari Mengakhiri Hari

"My international connections are due of my work as a dancer, nothing else .... Because I really did not spy, it is terrible that I cannot defend myself" 
Mata Hari

Mata Hari adalah 'nama panggung' dari seorang Margaretha Zelle yang lahir di Belanda ketika ia menjadi salah satu penari eksotis paling populer di Paris sebelum Perang Dunia I.

Meskipun asal usul masa lalunya tidak terlalu jelas, dan hanya diketahui jika ia dilahirkan di Belanda pada tahun  1876 ​​dan menikah dengan seorang perwira Angkatan Darat Belanda yang berusia 21 tahun lebih tua darinya ketika dia berusia 18 tahun. Dia dan suaminya dikaruniai dua anak, Norman dan Non.
Ia kemudian mengikuti sang suami ketika ditugaskan ke Jawa, Indonesia pada tahun 1897. Tapi sifat buruk suaminya, Rudolph “John” MacLeod, yang pemabuk sering melakukan kdrt terhadap Margaretha, membuat pernikahannya tidak bahagia.
Mata Hari dan Rudolf MacLeod

Pada tahun 1899, putra pertamanya, Norman meninggal dunia secara misterus. Banyak teori tentang kematian Norman saat itu. Ia di duga tewas diracun oleh prajurit yang diduga pernah disakiti oleh Rudolf. Dan adapula yang berteori jika Norman diracun oleh pengasuh anak yang juga pernah disakiti oleh Rudolf. Tapi teori lain mengatakan jika Norman kemungkinan menderita sipilis dan ia mengalami overdosis obat. Tapi apapun teorinya, kematian Norman membuat Rudolf semakin kasar dan pemabuk. Ia selalu menyalahkan Margaretha atas kematian putranya.
Rudolf dan putrinya, Non

Pada tahun 1902 mereka kembali ke Belanda dan mereka pun bercerai. Suami Margaretha  mendapatkan hak asuh atas putrinya, setelah sebelumnya Rudolf tidak mengembalikan sang putri saat hak asuh bergilir ke tangan Margaretha. Ia pun akhirnya merelakan sang putri diasuh oleh mantan suaminya dan berharap ia bisa memperlakukan putrinya dengan baik.

'Lahirnya' Mata Hari

Margaretha kemudian pergi ke Paris dimana dia kemudian menjadi seorang penari dengan nama panggung, Mata Hari yang terinspirasi saat ia dan mantan suaminya tinggal di Indonesia.
Ia pun dengan segera dikenal dengan nama Mata Hari, bukan lagi sebagai Margaretha Zelle.
Mata Hari dengan cepat memikat ribuan penonton saat dia tampil di Paris, Berlin, Wina, Madrid dan ibu kota Eropa lainnya.  Dia juga menarik sejumlah pria aristokrat yang sangat memujanya dan bersedia untuk memberinya macam macam hadiah demi kesenangan mereka. Mata Hari pun mulai dilimpahi kekayaan.

Kondisi inilah yang kemudian menyeretnya dalam dunia spionase. Karena profesinya yang berpindah pindah dari pelukan para tokoh tokoh penting satu ke pelukan yang lainnya dari berbagai negara.

Selama Perang Dunia I, Belanda berada di posisi netral.  Sebagai orang Belanda, Mata Hari bisa melintasi perbatasan negara secara bebas.  Untuk menghindari medan perang, ia melakukan perjalanan antara Prancis dan Belanda melalui Spanyol dan Inggris, dan setiap gerakannya pasti menarik perhatian.  Selama perang, Mata Hari memiliki hubungan dengan seorang pilot Rusia yang bertugas untuk Prancis, Kapten Vadim Maslov yang berusia 23 tahun, yang ia sebut sebagai cinta dalam hidupnya. Maslov adalah bagian dari 50.000 Russian Expeditionary Force yang kuat yang dikirim ke Front Barat pada musim semi 1916.

Pada musim panas 1916, Maslov ditembak jatuh dan terluka parah dalam sebuah pertempuran udara dengan Jerman, ia kehilangan penglihatannya, yang membuat Mata Hari meminta izin untuk mengunjungi kekasihnya yang terluka di rumah sakit yang terletak di dekat garis depan. Sebagai warga negara negara netral, Mata Hari seharusnya tidak diizinkan berada di dekat garis depan.  Mata Hari kmudian bertemu dengan agen  Deuxième Bureau (agen rahasia Perancis) yang mengatakan kepadanya bahwa dia akan diizinkan untuk menjenguk Maslov jika dia setuju untuk menjadi mata mata Prancis dengan honor 1 juta Frank pada saat itu. Ia ditugaskan untuk mendekati putra mahkota Jerman, Wilhelm melalui pesonanya untuk mendapatkan informasi tentang Jerman.

Pada akhir 1916, Mata Hari pergi ke Madrid, di mana ia bertemu dengan ahli militer Jerman, Mayor Arnold Kalle, dan bertanya apakah ia dapat mengatur pertemuan dengan Putra Mahkota Wilhelm. Saat itu, dikabarkan, Mata Hari justru menawarkan untuk memberikan rahasia Prancis kepada Jerman dengan imbalan uang, meskipun apakah ini karena keserakahan atau benar benar ingin mengadakan pertemuan dengan Pangeran Mahkota Wilhelm masih belum jelas. Tapi yang pasti, Mata Hari kelak di tuduh sebagai mata mata ganda. Meski ada teori yang mengatakan jika Mata Hari hanya dijebak dan ia hanya menerima uang yang diberikan kepadanya.

Pada Januari 1917, Mayor Kalle mengirimkan pesan radio ke Berlin yang menggambarkan kegiatan mata-mata Jerman bernama H-21, yang biografinya sangat cocok dengan Mata Hari sehingga bisa dipastikan jika Agen H-21 adalah Mata Hari.   Pada bulan Februari 1917 Mata Hari kembali ke Paris dan segera ditangkap;  ia dituduh sebagai mata-mata Jerman.


Sidang dan hukuman mati

Paska penangkapannya, Mata Hari mencoba mengirim surat kepada kedutaan Belanda yang ada di Perancis. Ia menulis tentang ketidakbersalahannya, bahwa ia hanyalah seorang penari dan karena profesinyalah ia memiliki hubungan dengan banyak pihak. Mata Hari pun mengatakan jika dirinya bukanlah mata mata. Dan ia sangat bersedih karena ia bahkan tidak bisa membela dirinya sendiri.

Hal paling memilukan saat persidangannya adalah ketika kekasihnya Maslov - telah menjadi buta karena pertempuran, menolak memberikan kesaksian untuknya. Maslov mengatakan kepadanya bahwa dia tidak akan peduli jikalau Mata Hari  dihukum atau tidak. Dikabarkan bahwa Mata Hari pingsan ketika dia mengetahui bahwa Maslov telah mengabaikannya.

Pengadilannya pada bulan Juli mengungkapkan beberapa bukti yang memberatkan dan Mata Hari tidak dapat menjelaskan tuduhan tersebut. Ia pun diadili dan dihukum mati.

Eksekusi

Pada dini hari tanggal 15 Oktober,
Pastor Arbaux, didampingi oleh dua suster, Kapten Bouchardon, Maitre Clunet dan pengacaranya, memasuki selnya, tempat dia masih tidur dengan nyenyak dan terlihat nyaman.

Para suster dengan lembut membangunkannya.  Mata Hari pun terbangun dan diberi tahu bahwa waktunya telah tiba.

"Bolehkah aku menulis dua surat?"  hanya itu yang dia tanyakan.

Permintaannya dikabulkan langsung oleh Kapten Bouchardon. Pena tinta, kertas, dan amplop diberikan kepadanya.

Dia duduk di tepi ranjang dan menulis surat dengan tergesa-gesa.  Dia menyerahkan surat tersebut ke pengacaranya.

Kemudian Mata Hari memakai stoking hitamnya dan sepatu bertumit tinggi dan mengikat pita sutra di atas punggung kakinya.

Dia kemudian bangkit dan mengambil jubah beludru hitam panjang, dengan bulu bulu di bagian bawah dan kerahnya. Mata Hari memakai jubahnya setelah  kimono sutra tebal yang telah dia kenakan sebelumnya.

Rambutnya yang panjang dan hitam dikepang dan dilingkarkan dikepalanya. Dia lalu mengenakan topi besar berwarna hitam yang dihiasi dengan pita sutra hitam.  Tidak lupa ia mengenakan sepasang sarung tangan yang juga berwarna hitam. Lalu dia berkata dengan tenang:

 'Aku siap.'

Mata Hari dibawa dengan mobil dari selnya di penjara Paris ke barak tentara di pinggiran kota tempat ia akan menemui nasibnya.

Mobil melaju melalui pusat kota yang masih tertidur.  Pukul baru menunjukkan jam setengah lima pagi dan matahari belum sepenuhnya naik.

Melewati Paris, mobil lalu berputar ke Caserne de Vincennes, sebuah barak benteng tua yang diserbu Jerman pada tahun 1870.

Sebuah pasukan sudah disiapkan untuk eksekusi Mata Hari saat itu. Sebuah regu tembak yang terdiri 12 orang telah berdiri berbaris dengan  senapan mereka masing masing.  Seorang petugas berdiri di belakang mereka dengan pedang terhunus.

Mobil berhenti, dan rombongan pun turun, Mata Hari keluar dari mobil di posisi terakhir.  Mereka pun menuju titik eksekusi.

Ketika Pastor Arbaux berbicara dengan Mata Hari, seorang perwira Prancis mendekat dan membawa kain putih.

 "Tutup matanya," bisiknya kepada para biarawati yang berdiri di sana dan menyerahkannya kepada mereka.

 "Haruskah aku memakainya?"  tanya Mata Hari, kepada pengacaranya, ketika matanya tertuju pada penutup mata berwarna putih.

"Jika Nyonya tidak ingin memakainya, tidak apa-apa," seorang petugas menjawab pertanyaan Mata Hari

Mata Hari pun ditempatkan di titik eksekusi, ia tidak terikat dan dia pun tidak ditutup matanya.  Dia berdiri dengan tegar menatap tajam pada algojo yang ada di hadapannya, ketika pendeta, biarawati, dan pengacaranya mulai beranjak dari sisinya.

Para regu tembak telah siap dengan senapan mereka tanpa mengetahui senapan manakah diantara mereka yang benar benar berisi peluru yang akan mengakhiri hidup Mata Hari

Ketika petugas komando mengeluarkan aba abanya, para regu tembak segera membidik senapan mereka ke arah sasaran.

Sementara Mata Hari masih tegak berdiri dan tidak bergerak sedikit pun.

Dan tembakanpun telah dilepaskan.

Mata Hari pun jatuh.
Saat ia ditembak, ia tidak langsung terjatuh terjun lurus ke depan atau jatuh lurus ke belakang.

Sebaliknya dia tampak pingsan. Ia jatuh perlahan dengan posisi berlutut, kepalanya tetap menghadap ke depan tanpa ekspresi.  Untuk sepersekian detik sepertinya dia terhuyung-huyung di sana, berlutut, menatap langsung pada mereka yang telah mengambil nyawanya. Kemudian Mata Hari pun jatuh ke belakang dengan kedua kakinya berlipat di bawahnya.  Dia berbaring, tidak bergerak, dengan wajahnya menatap ke langit.

Seorang perwira mendekati tubuh Mata Hari, ia mengambil pistol revolver dan menarik pelatuknya dan mengarahkannya ke Mata Hari. Seketika peluru itupun langsung menembus kepala Mata Hari.

Mata Hari pun dipastikan mati.

Comments

  1. Terus isi 2 suratnya apaan minceu???

    ReplyDelete
  2. Terpesona sama cara Mata Hari mempersiapkan outfit saat menjemput kematian..

    ReplyDelete
  3. Nanggung bgt... isi surat nya apa dan utk siapa blm tau 😁

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menguak kisah Hello Kitty Murder

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Judith Barsi, Aktris Cilik Yang Tewas Dibunuh Ayahnya Sendiri