Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun...
loading...

Kisah si “Candy Man”, Dean Corll dan Houston Mass Murder

Dean Arnold Corll adalah seorang pembunuh berantai yang menculik, memperkosa, menyiksa, dan membunuh setidaknya 28 remaja laki laki yang dilakukannya antara tahun 1970 - 1973 di Houston, Texas.  Corll dibantu oleh dua kaki tangannya yang juga berusia remaja, David Owen Brooks dan Elmer Wayne Henley.  Kejahatannya tersebut kemudian dikenal sebagai Houston Mass Murders pun terungkap setelah Henley (yang saat itu berusia 17 tahun) menembak mati Corll pada tahun 1973. Dan terbongkarlah semua aksi kejahatan mereka, tetapi jumlah korban yang sebenarnya mungkin tidak akan pernah diketahui.


Bagi orang orang yang tinggal di lingkungan Houston Heights, beberapa mil di sebelah barat pusat kota Houston, Texas, Dean Corll tampak seperti laki laki biasa yang baik.  Dia menghabiskan waktunya di pabrik permen milik ibunya di Houston Heights dan bergaul dengan anak-anak tetangga.  Dia bahkan membagikan permen gratis kepada anak-anak sekolah setempat yang memberinya julukan "Candy Man." Namun di balik senyum itu, Dean Corll menyembunyikan rahasia yang mematikan.

Seperti kisah kisah pembunuh berantai sebelumnya, apakah kejahatan Corll berawal dari trauma masa kecil yang kemudian membentuk dirinya menjadi sosok penjahat yang sadis? Mari kita lebih mengenal sosok Dean Corll.

Siapakah Dean Corll

Dean Arnold Corll lahir pada 24 Desember 1939, di Fort Wayne, Indiana. Ia adalah anak pertama dari Mary Emma Robinson dan Arnold Edwin Corll. Ayah Corll merupakan sosok yang tegas terhadap anak-anaknya, sedangkan ibunya sangat melindungi kedua putranya.  Umumnya sebuah pernikahan, rumah tangga ayah dan ibu Corll juga dinodai oleh pertengkaran yang sering terjadi yang berujung pada perceraian di tahun 1946, 4 tahun setelah kelahiran putra bungsu mereka, Stanley Wayne Corll. Mary Corll kemudian menjual rumah mereka dan pindah ke rumah trailer di Memphis, Tennessee. Sementara Arnold Corll telah direkrut menjadi Angkatan Udara AS paska perceraiannya.
Dean, Mary dan Stanley Corll

Dean Corll sendiri adalah anak yang pemalu dan jarang bersosialisasi dengan anak-anak lain, tetapi pada saat yang sama menunjukkan kepedulian terhadap kebahagiaan orang lain. Pada usia tujuh tahun, ia terkena demam yang tidak terdiagnosis sampai dokter menemukan Corll mengalami murmur jantung pada tahun 1950. Setelah diagnosis ini Corll diperintahkan untuk menghindari kegiatan fisik di sekolahnya.

Orang tua Corll berusaha melakukan rekonsiliasi dan mereka pun berdamai lalu menikah lagi pada tahun 1950, kemudian mereka pindah ke Pasadena, Texas. Namun, rekonsiliasi itu tidak berlangsung lama. Pada tahun 1953, pasangan itu sekali lagi bercerai, dan sang ibu kembali mempertahankan hak asuh kedua putranya.  Perceraian mereka dikabulkan dengan alasan tetap bersahabat dan kedua anak laki-laki mereka  tetap dikunjungi secara teratur oleh ayah mereka.

Membuka perusahaan permen keluarga

Setelah perceraian kedua, ibu Corll menikah dengan seorang salesman keliling bernama Jake West.  Keluarga itu pindah ke kota kecil Vidor, tempat saudara tiri Corll, Joyce, lahir pada tahun 1955.
Ibu dan ayah tiri Corll kemudian membuka sebuah perusahaan permen keluarga kecil kecilan bernama 'Pecan Prince', yang awalnya beroperasi dari garasi rumah mereka.  Sejak awal bisnis permen mereka, Corll kecil bekerja siang dan malam saat ia sendiri masih bersekolah. Dia dan adik laki-lakinya ditugaskan untuk menjalankan mesin pembuat permen dan mengemas produk yang kemudian akan dijual oleh ayah tirinya.

Dari tahun 1954 - 1958, Corll bersekolah di Vidor High School, dimana ia menjadi salah satu siswa yang berperilaku baik yang mencapai nilai memuaskan.  Seperti yang terjadi pada masa kanak kanaknya, Corll masih dibilang sebagai sosok penyendiri, meskipun ia diketahui sering berkencan dengan gadis-gadis di masa remajanya. Di sekolah menengah, satu-satunya minat utama Corll adalah bermain band, di mana ia memainkan trombone.

Corll kemudian lulus dari Vidor High School pada tahun 1958. Tak lama kemudian, ia dan keluarganya pindah ke utara Houston sehingga bisnis permen keluarga bisa lebih dekat ke kota, tempat sebagian besar produk mereka dijual.  Keluarga Corll membuka toko baru.  Pada tahun 1960, atas permintaan ibunya, Corll pindah ke Indiana untuk tinggal bersama neneknya. Selama periode waktu ini, Corll menjalin hubungan dekat dengan seorang gadis di lingkungannya, meski gadis tersebut menolak lamaran yang diajukan Corll di tahun 1962. Corll tinggal di Indiana selama hampir dua tahun, tetapi kembali ke Houston pada tahun 1962 untuk membantu  bisnis permen keluarganya, yang saat itu telah pindah ke Houston Heights.

Corll Candy Company 

Ibu Corll menceraikan Jake West pada tahun 1963 dan membuka bisnis permen baru, yang ia beri nama 'Corll Candy Company';  putra sulungnya diangkat sebagai wakil direktur di perusahaan keluarga yang baru didirikan tersebut. Sedangkan adik lelakinya Stanley diangkat menjadi bagian keuangan. Pada tahun yang sama, salah satu karyawan remaja pria dari Perusahaan Permen Corll mengeluh kepada ibu Corll bahwa Dean Corll telah melakukan pelecehan seksual terhadapnya.  Sebagai jawaban atas keluhan tersebut, Mary West  justru memecat remaja itu.

Sejauh ini kita masih melihat sosok 'baik' dari Dean Corll bukan? Sepertinya Corll hanya pemuda biasa yang menjalani kehidupan masa kecil dan remajanya dengan baik dan bahagia.

Akan tetapi,  toko permen ibunya itulah yang kelak akan menjadi penghubung antara kisah dari seorang pemuda yang tampaknya biasa saja pada tahun 1950-an dan seorang monster keji pada era 1970-an.

Menjadi Angkatan Darat Amerika

Corll direkrut menjadi Angkatan Darat Amerika Serikat pada 10 Agustus 1964 dan ditugaskan ke Fort Polk, Louisiana, untuk pelatihan dasar. Dia kemudian ditugaskan ke Fort Benning, Georgia sebelum dikirim ke Fort Hood, Texas.  Menurut catatan resmi militer, selama masa dinas Corll di ketentaraan tidak ada kesalahan. Tapi Corll sendiri yang tidak menyukai dinas militernya,  ia kemudian mengajukan permohonan berhenti dari angkatan darat dengan alasan bahwa ia dibutuhkan dalam bisnis keluarganya. Angkatan darat kemudian mengabulkan permintaannya dan ia diberhentikan dengan hormat pada tanggal 11 Juni 1965, setelah sepuluh bulan bertugas.

Tapi kemudian dikisahkan jika Corll pernah mengungkapkan kepada beberapa teman dekatnya paska dirinya berhenti dari Angkatan Darat Amerika Serikat, bahwa selama masa dinasnya itu, dia pertama kali menyadari bahwa dirinya seorang homoseksual, dan telah melakukan pengalaman homoseksual pertamanya.  Temannya yang lain mencatat perubahan halus dalam tingkah laku Corll, paska berhenti dari ketentaraan, yang membuat mereka yakin kalau Corll memang homoseksual

Corll pun kembali ke Houston Heights dan kembali ke posisi yang dipegangnya sejak awal, yaitu sebagai wakil direktur di bisnis permen keluarganya. Mantan ayah tiri Corll sendiri telah mengambil alih kepemilikan atas bisnis permen keluarganya yang pertama setelah perceraian dari ibu Corll pada tahun 1963, dan persaingan antara kedua perusahaan permen itu sangat sengit.  Corll kemudian lebih meningkatkan jumlah jam yang ia habiskan untuk bisnis permen demi memenuhi permintaan publik yang meningkat akan produk keluarganya.

Pada tahun 1965, Corll Candy Company pindah ke 22nd Street, tepat di seberang jalan dari Helms Elementary School. Corll dikenal sering memberikan permen gratis kepada anak-anak setempat, khususnya remaja pria.  Karena sikapnya ini, ia mendapat julukan Candy Man dan Pied Piper.  Perusahaannya kemudian mempekerjakan tenaga kerja remaja, dan Corll mulai terlihat berperilaku genit terhadap beberapa karyawan pria remajanya. Corll memasang meja biliar di bagian belakang pabrik permen tempat karyawan dan pemuda setempat selalu berkumpul.

Persahabatan dengan David Brooks
David Brooks

Pada tahun 1967, Corll berteman dengan seorang anak berusia 12 tahun yang bernama David Owen Brooks yang saat itu masih duduk di kelas enam. Brooks merupakan salah satu dari sekian banyak anak yang diberi permen gratis oleh Corll.  Brooks awalnya menjadi salah satu dari banyak teman dekat Corll, tetapi lama kelamaan ia semakin dekat dengan dengan Corll dan sering ikut berkumpul di bagian belakang pabrik permennya.  Brooks juga ikut bergabung dengan Corll saat ia melakukan perjalanan reguler ke pantai Texas selatan bersama beberapa pemuda lainnya, dan kemudian Brooks berkomentar bahwa Corll adalah pria dewasa pertama yang tidak mengejek penampilannya yang berkacamata. Kapan pun Brooks mengatakan kepada Corll bahwa ia membutuhkan uang, Corll kemudian memberinya uang, dan Brooks pun mulai memandang Corll sebagai figur ayah. Atas desakan Corll, hubungan seksual pun secara perlahan mulai berkembang di antara keduanya.

Orang tua Brooks kemudian bercerai;  ayahnya tinggal di Houston dan ibunya pindah ke Beaumont, sebuah kota 85 mil (140 km) timur Houston.  Pada tahun 1970, ketika dia berusia 15 tahun, Brooks keluar dari Waltrip High School dan pindah ke Beaumont untuk tinggal bersama ibunya.  Setiap kali dia mengunjungi ayahnya di Houston, dia juga mengunjungi Corll, yang mengizinkannya tinggal di apartemennya jika dia mau.  Kemudian pada tahun yang sama, Brooks pindah kembali ke Houston.  Berdasarkan pengakuannya sendiri di kemudian hari, Brooks mulai menganggap rumah Corll sebagai rumah keduanya.

Pada saat Brooks putus sekolah, ibu Corll dan Joyce, adik tiri Corll, pindah ke Colorado setelah kegagalan pernikahan ketiganya dan tutupnya perusahaan permennya pada Juni 1968.  Meskipun dia sering berbicara dengan putra sulungnya di telepon, tapi ibunya tidak pernah melihatnya lagi.

Setelah tutupnya perusahaan permen milik keluarganya, Corll bekerja sebagai tukang listrik di Houston Lighting and Power Company. Dan dia masih bekerja di perusahaan ini sampai kelak dia dibunuh oleh Elmer Wayne Henley.

Pembunuhan pertamanya

Antara tahun 1970 hingga 1973, Corll diketahui telah membunuh sedikitnya 28 korban.  Semua korbannya adalah pria berusia 13 hingga 20 tahun.  Sebagian besar korban diculik dari Houston Heights, yang saat itu merupakan lingkungan dengan tingkat SDM yang rendah.

Korban Corll biasanya terpikat karena kendaraan milik Corll (sebuah Ford Econoline dan Plymouth GTX) atau 1969 Chevrolet Corvette  yang  telah dibeli Corll untuk David Brooks pada awal 1971. Daya tarik ini  biasanya merupakan tawaran pesta atau tumpangan dan korban akan dibawa ke rumah Corll, para pemuda itu akan dihujani alkohol atau obat-obatan lain sampai mereka pingsan, diperdaya untuk mengenakan borgol atau hanya dicengkeram dengan paksa.  Mereka kemudian ditelanjangi dan diikat ke ranjang atau biasanya di papan kayu penyiksaan.  Setelah diborgol, para korban akan diserang secara seksual, dipukuli, disiksa dan — kadang-kadang setelah beberapa hari — terbunuh karena pencekikan atau ditembak dengan pistol kaliber 22. Dan banyak lagi cara Corll menyiksa korbannya yang sepertinya tidak perlu admin tulis secara rinci di blog ini ya. Karena penyiksaan yang dilakukan Corll kepada korbannya terhitung sangatlah keji, sebelum akhirnya mereka mati.

Jasad korban Corll kemudian diikat dengan terpal plastik dan dimakamkan di salah satu dari empat tempat: sebuah kapal sewaan;  sebuah pantai di Semenanjung Bolivar, hutan di dekat Danau Sam Rayburn (tempat keluarga Corll memiliki pondok kayu tepi danau) atau pantai di Jefferson County.

Dalam beberapa contoh, Corll memaksa para korbannya untuk menelepon atau menulis kepada orang tua mereka untuk menjelaskan tentang alasan perginya mereka agar orang tua korban tidak khawatir.

Corll membunuh korban pertamanya yang diketahui, seorang mahasiswa baru berusia 18 tahun, Jeffrey Konen, pada tanggal 25 September 1970. Konen menghilang ketika menumpang dengan mahasiswa lain dari University of Texas ke rumah orang tuanya di Houston.  Corll kemungkinan menawari Konen tumpangan untuk pulang, yang tentu saja diterima Konen.
Image: murderpedia

David Brooks kelak yang akan menunjukkan kepada polisi tubuh Jeffrey Konen pada 10 Agustus 1973. Mayatnya dimakamkan di High Island Beach.  Ahli forensik kemudian menyimpulkan bahwa pemuda itu meninggal karena sesak napas yang disebabkan oleh pencekikan dan kain yang telah disumpalkan di mulutnya. Tubuh itu ditemukan terkubur di bawah batu besar, ditutup dengan lapisan kapur, yang dibungkus plastik, telanjang, dan posisi tangan dan kaki yang diikat.

Saat pembunuhan Konen terjadi, David Brooks awalnya menginterupsi Corll saat melakukan pelecehan seksual terhadap dua bocah remaja yang dia (Corll) ikat ke ranjang. Tapi  Corll berjanji kepada Brooks, kalau ia akan membelikan sebuah mobil sebagai imbalan atas tutup mulutnya. Brooks menerima tawaran itu dan Corll kemudian membelikannya Chevrolet Corvette berwarna hijau.  Corll kemudian memberi tahu Brooks bahwa ia telah membunuh kedua pemuda itu, dan menawarinya $ 200 untuk setiap bocah yang bisa dibujuknya ke apartemen Corll.

Pada 13 Desember 1970, Brooks membujuk dua pemuda Spring Branch berusia 14 tahun bernama James Glass dan Danny Yates  ke apartemen Cortown di Yorktown.   Glass sendiri adalah seorang kenalan Brooks.
Enam minggu setelah pembunuhan Glass and Yates, pada 30 Januari 1971, Brooks dan Corll bertemu dengan dua saudara remaja, Donald dan Jerry Waldrop, yang dalam perjalanan pulang menuju rumah orang tua mereka. Kedua remaja itu terpikat pada mobil van Corll dan mereka dibawa ke sebuah apartemen yang disewa Corll di Mangum Road, tempat mereka diperkosa, disiksa, dicekik, dan kemudian dimakamkan di gudang kapal.

Antara Maret dan Mei 1971, Corll menculik dan membunuh tiga korban;  semuanya tinggal di Houston Heights dan semuanya dimakamkan di bagian belakang gudang perahu sewaan. Korban pertama, Randell Harvey berusia 15 tahun dan dua korban lainnya, David Hilligiest yang berusia 13 tahun dan Gregory Malley Winkle yang berusia 16 tahun, diculik dan dibunuh bersama pada sore hari tanggal 29 Mei 1971.

Seperti orang tua dari korban Corll lainnya, kedua orang tua dari para korban tersebut melakukan pencarian terhadap putra mereka.  Salah satu remaja yang secara sukarela menawarkan untuk membagikan poster yang dicetak orang tua korban  yang berisi tawaran hadiah jika berhasil menemukan putra mereka ataupun memberi informasi tentang keberadaan putra mereka, adalah seorang bocah laki-laki bernama Elmer Wayne Henley yang berusia 15 tahun yang juga merupakan teman David Hilligiest.

Keterlibatan Elmer Wayne Henley
Elmer Wayne Henley

Pada musim dingin 1971, Brooks memperkenalkan Elmer Wayne Henley kepada Dean Corll.  Henley kemungkinan dipikat untuk menuju alamat Corll sebagai korban berikutnya. Namun, Corll justru tidak melaksanakan aksi jahatnya terhadap Henley tapi ia memutuskan untuk menjadikan Henley sebagai kaki tangannya dan menawarinya bayaran yang sama seperti Brooks yaitu  $ 200 untuk setiap anak lelaki yang bisa ia bujuk ke apartemennya.

Henley kelak menyatakan bahwa selama beberapa bulan, ia mengabaikan tawaran Corll.  Namun, pada awal 1972, ia memutuskan untuk menerima tawaran itu karena ia dan keluarganya berada dalam keadaan keuangan yang kritis.
Namun menurut Henley, ia tidak tahu jika pemuda yang di telah diculik untuk Corll akan disiksa dan dibunuh oleh Corll. Ia awalnya hanya mengetahui jika tugasnya menculik para pemuda adalah untuk sebuah jaringan penjualan budak seksual yang awalnya di klaim oleh Corll.

Hingga pada 24 Maret 1972, Henley, Brooks, dan Corll bertemu seorang kenalan Henley yang berusia 18 tahun bernama Frank Aguirre yang kemudian dirayu untuk mengunjungi apartemen Corll.  Dalam sebuah wawancara di tahun 2010, Henley mengklaim jika ia telah berusaha membujuk Corll untuk tidak menyerang dan membunuh Aguirre begitu Corll dan Brooks mengikat dan menyumbat mulut pemuda itu.  Namun, Corll menolak dan memberi tahu Henley bahwa dia telah memperkosa, menyiksa dan membunuh korban sebelumnya yang dia bantu dalam penculikan, dan bahwa dia bermaksud melakukan hal yang sama dengan Aguirre. Henley kemudian membantu Corll dan Brooks dalam pemakaman Aguirre di High Island Beach.

Meskipun kenyataannya bahwa Corll membunuh setiap anak laki-laki yang dia (Henley) dan Brooks bantu dalam penculikan, Henley tetap ikut serta dalam kejahatan selanjutnya. Dan ia masih dengan aktif mencari korban selanjutnya untuk Corll.

Suatu waktu, Henley memukul Brooks sampai pingsan ketika akan memasuki rumah.  Corll kemudian mengikat Brooks ke tempat tidurnya dan melecehkannya berulang kali sebelum membebaskannya.  Meskipun ia telah diserang, Brooks terus membantu Corll dalam penculikan para korban selanjutnya

Dalam catatan kepolisian, tidak ada korban  terbunuh antara 1 Februari dan 4 Juni 1973. Corll diketahui menderita hidrokel  pada awal 1973, yang mungkin  menjadi alasan di periode tidak aktif ini.  Selain itu, Henley sementara pindah dari Houston ke Mount Pleasant dalam upaya untuk menjauhkan dirinya dari Corll.  Fakta-fakta ini dapat menjelaskan alasan jeda pembunuhan yang tiba-tiba ini.

Meskipun demikian, sejak Juni, tingkat pembunuhan Corll meningkat secara dramatis, kelak Henley dan Brooks kemudian bersaksi tentang meningkatnya tingkat kebrutalan pembunuhan yang dilakukan oleh Corll saat tinggal di Lamar Drive.  Henley dan Brooks akan secara naluriah tahu kapan Corll akan mengumumkan bahwa ia menginginkan 'bocah baru', karena Corll akan menunjukkan sikap gelisah, merokok dan membuat gerakan refleks. Itu adalah 'tanda' bahwa Brooks dan Henley harus mencari korban selanjutnya.

Pada Juli 1973, David Brooks menikahi tunangannya yang hamil, dan Henley untuk sementara waktu menjadi satu-satunya penyedia korban, membantu dalam penculikan dan pembunuhan tiga pemuda selanjutnya yang terjadi antara 19 dan 25 Juli.

Pada 3 Agustus 1973, Corll membunuh korban terakhirnya, seorang bocah lelaki berusia 13 tahun dari Houston Selatan bernama James Stanton Dreymala.  Dreymala diculik oleh Brooks dan Corll.

Akhir petualangan sang Candyman
Elmer Wayne Henley

Pada malam 7 Agustus 1973, Henley, yang berusia 17 tahun, mengundang seorang pria berusia 19 tahun bernama Timothy Cordell Kerley untuk menghadiri pesta di kediaman Corll.  Kerley yang dimaksudkan untuk menjadi korban berikutnya menerima tawaran itu.  David Brooks tidak hadir pada saat itu.  Kedua pemuda itu tiba di rumah Corll, di mana mereka minum alkohol sampai tengah malam sebelum meninggalkan rumah itu untuk membeli sandwich.  Henley dan Kerley kemudian berkendara kembali ke Houston Heights dan Kerley memarkir kendaraannya di dekat rumah Henley.  Henley keluar dari kendaraan dan berjalan menuju rumah Rhonda Williams, seorang gadis remaja berusia 15 tahun, temannya, yang telah dipukuli oleh ayahnya yang mabuk malam itu, Williams telah memutuskan untuk sementara meninggalkan rumah sampai ayahnya menjadi sadar.  Henley mengundang Williams untuk menghabiskan malam di rumah Corll dan  Williams pun setuju dan naik ke kursi belakang Volkswagen Kerley.  Ketiganya kemudian melaju menuju kediaman Corll.

Sekitar pukul 3 pagi pada tanggal 8 Agustus 1973, Henley dan Kerley, ditemani oleh Williams, kembali ke kediaman Corll. Corll sangat marah karena Henley membawa seorang gadis ke rumahnya, dan memberitahunya secara pribadi bahwa dia telah "menghancurkan segalanya."  Henley menjelaskan bahwa Williams bertengkar dengan ayahnya malam itu, dan tidak ingin kembali ke rumah. Corll tampak tenang, dan menawarkan ketiga orang itu alkohol dan ganja. Ketiga remaja itu mulai minum dan mengisap ganja, dan Corll memperhatikan mereka dengan seksama.  Setelah sekitar dua jam, Henley, Kerley, dan Williams masing-masing tak sadarkan diri.

Penembakan

Henley terbangun dan mendapati dirinya berbaring tengkurap dan Corll memborgol pergelangan tangannya.  Mulutnya telah ditutup dan pergelangan kakinya diikat.   Kerley dan Williams berbaring di samping Henley, diikat tali nilon, tersumbat dengan selotip dan berbaring telungkup di lantai.  Kerley telah ditelanjangi.

Henley memprotes tindakan Corll, dimana Corll menegaskan bahwa dia marah pada Henley karena membawa seorang gadis ke rumahnya dan dia mengancam akan membunuh ketiga remaja itu.
Corll mengatakan,
'Man, you blew it bringing that girl. I'm gonna kill you all! But first I'm gonna have my fun!"
Torture board
Corll kemudian berulang kali menendang dada Williams sebelum menyeret Henley ke  dapurnya dan mengarahkan pistol kaliber 22 ke perutnya dan mengancam akan menembaknya. Henley menenangkan Corll dan berjanji akan ikut serta dalam penyiksaan dan pembunuhan Williams juga Kerley jika Corll membebaskannya.  Corll setuju dan melepaskan ikatan Henley, lalu membawa Kerley dan Williams ke kamarnya dan mengikat mereka ke sisi yang berlawanan dari papan penyiksaannya: Kerley tengkurap;  Williams di punggungnya.

Corll kemudian menyerahkan pisau kepada Henley dan memerintahkannya untuk merobek pakaian Williams,  sementars ia akan memperkosa dan membunuh Kerley, Henley juga akan melakukan hal yang sama kepada Williams.

Henley mulai memotong pakaian Williams saat Corll membuka pakaian dan mulai menyerang dan menyiksa Kerley.  Baik Kerley dan Williams sudah tersadar pada saat ini.

Henley kemudian bertanya kepada Corll apakah dia akan membawa Williams ke kamar lain.  Corll mengabaikannya dan Henley kemudian mengambil pistol milik Corll dan berteriak,
"Kamu sudah cukup jauh, Dean! Aku tidak bisa melakukannya lagi! Aku tidak bisa  kamu membunuh semua temanku! "

Dalam sebuah wawancara beberapa tahun kebelakang, Williams bersaksi, saat itu Henley berbisik kepadanya,
'Everything's going to be all right; I am going to get you out of here."

Bisikan itu pun disampaikannya kepada Kerley yang sempat tidak mempercayainya.

Corll kemudian mendekati Henley, dan berkata,
"Bunuh aku, Wayne!"

Henley mundur beberapa langkah ketika Corll terus maju mendekatinya, dan berteriak,
"Kamu tidak akan melakukannya!"

Henley kemudian menembak Corll, di dahi.  Peluru itu gagal menembus tengkorak Corll sepenuhnya, dan Corll terus bergerak ke arah Henley, dimana pemuda itu menembakkan dua peluru lagi, mengenai Corll di bahu kiri. Corll kemudian berlari keluar ruangan,  membentur dinding lorong.  Henley menembakkan tiga peluru tambahan ke punggung dan pundaknya. Dan ia pun tewas, tubuhnya yang telanjang terbaring menghadap ke dinding.

Setelah dia menembak Corll, Henley melepaskan Kerley dan Williams dari papan penyiksaan, dan ketiga remaja itu berpakaian dan mendiskusikan tindakan apa yang harus mereka lakukan.  Henley menyarankan kepada Kerley dan Williams agar segera pergi tapi Kerley menjawab, "Tidak, kita harus memanggil polisi."
Henley setuju dan mencari nomor telepon Polisi Pasadena di direktori telepon Corll.

Ketika Henley ditanya mengapa ia memilih untuk menyelamatkan mereka, Henley menjawab,
"I would like to think that it was because she trusted me.
The belief that she trusted me is what gave me the...push I needed to do something."

"Karena dia (Williams) mempercayaiku. Dan kepercayaannya itulah yang mendorongku untuk melakukan sesuatu."

Pada pukul 8:24, 8 Agustus 1973, Henley menelepon Polisi Pasadena.  Panggilannya dijawab oleh seorang operator bernama Velma Lines.  Dalam panggilannya, Henley berkata:
"Sebaiknya Anda datang ke sini sekarang! Aku baru saja membunuh seorang pria!"

Henley memberikan alamat  Lamar Drive 2020, Pasadena kepada operator.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil Polisi Pasadena tiba di 2020 Lamar Drive.  Tiga remaja itu duduk di teras di luar rumah, dan petugas segera mengamankan pistol kaliber 22. Henley mengatakan kepada petugas bahwa dia adalah orang yang menelepon dan menunjukkan bahwa mayat Dean Corll ada di dalam rumah.


Hukuman terhadap Henley dan Brooks

Paska tewasnya Dean Corll,  Henley dan Brooks memberikan pengakuan penuh tak lama setelah itu.  Mereka juga menunjukkan kepada polisi di mana anak-anak lelaki yang mereka dan Corll bunuh dimakamkan.

Dalam seminggu, penyelidik menemukan 17 korban dikuburkan di gudang perahu yang telah disewa Corll.  Enam jenazah lainnya berada di Semenanjung Bolivar, sementara empat korban dimakamkan di kawasan hutan di Danau Sam Rayburn.

Polisi tidak dapat mengidentifikasi korban ke-28 hingga tahun 1983, dan tidak ada yang tahu berapa banyak lagi yang mungkin telah dibunuh Corll yang tidak diketahui Henley dan Brooks.

Henley dinyatakan bersalah atas enam pembunuhan dan dijatuhi hukuman enam kali 99 tahun (total 594 tahun). Sementara Brooks dihukum karena satu pembunuhan dan menerima hukuman seumur hidup juga (99 tahun).
Elmer Henley

Henley tetap menjadi tokoh yang sangat kontroversial selama beberapa dekade terakhir, termasuk dengan menempatkan karya seni yang telah ia ciptakan selama di penjara untuk dijual di pelelangan dan menciptakan halaman Facebook sendiri sebagai tokoh publik.  Henley mulai melukis sebagai hobi dan juga sebagai cara untuk menghasilkan pendapatan bagi dirinya dan ibunya. Henley menolak untuk melukis atau menggambar apa pun yang bersifat kekerasan atau eksploitatif. Banyak dari karyanya menggambarkan citra yang tenang seperti lanskap, bangunan dan bunga.
Pada tahun 1997, Hyde Park Gallery di daerah Neartown Houston menjadi tuan rumah pertunjukan seni pertama Henley.  Pameran ini mengundang kemarahan beberapa kerabat korban. Pada tahun 1999, kota Houston menyatakan minatnya untuk membangun sebuah monumen bagi para korban kejahatan dengan kekerasan, yang menurut Henley, dia bersedia untuk turut menyumbang dari sebagian hasil  pameran seni keduanya.

Sementara bagi Rhonda Williams dan Tim  Kerley, butuh waktu yang sangat lama untuk memahami apa yang telah terjadi saat itu.
Apakah mereka harus mengucapkan terimakasih kepada Henley yang telah menyelamatkan nyawa mereka ataukah mereka harus marah karena Henley telah membawa mereka ke rumah itu dan hampir terbunuh.

Tim Kerley meninggal dunia di usia 55 tahun karena serangan jantung. Sementara Rhonda Williams, untuk pertama kalinya ia mengunjungi Henley di tahun 2005. Ia memiliki banyak pertanyaan kepada Henley tentang kejadian itu. Mengapa Henley sampai membawanya ke rumah itu.
Tapi ibu Henley, Mary sangat protektif kepada Henley, ia berkata kepada Williams untuk tidak lagi mengganggu anaknya.
Daripada memberinya (Henley) begitu banyak pertanyaan yang hanya akan memberinya saat saat yang sulit, lebih baik Williams fokus kepada hidup yang telah diberikan kepadanya. Bagaimanapun, Henley telah menyelamatkan nyawanya

Comments

  1. Gak paham kok hukuman Brooks hukumannya lebih ringan dari pada Henley yang ane kira lebih punya peri kemanusiaan 🤨 apalagi dia yang "nyelametin" dua orang terakhir.. dan berkat dia juga semuanya terbongkar.

    ReplyDelete

Post a Comment

Popular posts from this blog

Menguak kisah Hello Kitty Murder

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Judith Barsi, Aktris Cilik Yang Tewas Dibunuh Ayahnya Sendiri