Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun...
loading...

Misteri Kematian Dua Pejalan Kaki Asal Belanda Yang Hilang di Panama

 The Last Photos Taken Of Kris Kremers and Lisanne Froon

Pada tanggal 1 April 2014, dua siswa dari Belanda bernama Lisanne Froon dan Kris Kremers berjalan kaki di Panama dengan seekor anjing. Anjing itu memang kembali, tetapi para wanita itu tidak.

Setelah pencarian, akhirnya para pencari menemukan kaki yang terputus dan sisa-sisa tubuh yang tersebar, tetapi pihak berwenang kesulitan menentukan bagaimana mereka bisa tewas mengenaskan. Hingga bertahun-tahun kemudian, beberapa orang masih percaya seseorang telah membunuh kedua wanita muda ini.

Froon dan Kremers saat itu berusia awal 20-an; mereka pergi ke Panama untuk bekerja. Banyak pejalan kaki dari seluruh dunia menghilang, jatuh, atau mengalami kecelakaan fatal lainnya saat bepergian - ini bisa terjadi pada mereka.

Dunia mungkin tidak pernah tahu apa yang terjadi pada Froon dan Kremers, tetapi spekulasi masih berjalan liar. Apakah mereka tersesat dan jatuh ke tebing? Apakah ada seseorang yang masih berada di luar sana dan bertanggung jawab atas kematian mereka? Atau itu semua adalah bagian dari penyamaran?

Froon dan Kremers Berencana Menjadi Relawan

14 Maret 2014, Lisanne Froon dan Kris Kremers melakukan perjalanan dari Belanda ke Panama, dimana mereka bermaksud untuk membantu masyarakat setempat, menjadi sukarelawan bersama anak-anak, belajar bahasa Spanyol, dan bersantai sedikit. Namun, miskomunikasi menyebabkan mereka tiba di Boquete terlalu dini untuk program mereka, yang menurut Kremers "kasar dan sama sekali tidak bersahabat" dalam catatan buku hariannya.

"Besok, mereka akan menemui kepala sekolah. Ini sungguh sebuah kekecewaan,”
Tulisan itu tercatat pada tanggal 1 April, hari dimana mereka mulai mendaki.

Mereka Membawa Anjing Untuk Berjalan-Jalan Dan Tidak Pernah Kembali

Para wanita itu ingin menikmati keindahan Boquete dan menyewa pemandu untuk menunjukkan arah pada mereka di tanggal 2 April 2014. Sehari sebelum tur bersama pemandu, mereka memutuskan untuk menjelajahi daerah sekitar gunung berapi aktif menuju Continental Divide. Menurut seorang ahli geografis, bentangan tiga mil relatif mudah dijelajahi, dan sebagian besar wisatawan yang hilang akan kembali tanpa bantuan atau mereka akan menemukan pihak pencari yang akan mencari mereka.

Kremers dan Froon berangkat ke hutan di sepanjang Pianista Trail sekitar jam 11 pagi, pada tanggal 1 April 2014, hanya dengan membawa tas punggung mereka. Blue, seekor anjing yang dikenal di seluruh komunitas, juga mengikuti mereka di sepanjang jalan. Itu adalah terakhir kalinya ada yang melihat mereka dalam keadaan hidup.

Anjing Kembali Dan Tidak Ada Yang Terluka

Mereka berjalan hanya ditemani oleh seekor anjing. Kremers dan Froon hanya meminta petunjuk dari pemilik penginapan setempat, yang menyarankan mereka untuk naik taksi dan kembali ke kota. Orang-orang mulai curiga sesuatu terjadi ketika anjing Blue kembali tanpa Kremers dan Froon.

Ketika Froon maupun Kremers tidak muncul, komunitas memutuskan untuk menunggu sampai hari berikutnya untuk menghubungi pihak berwenang. Sementara itu, pada 2 April 2014, mereka melewatkan janji dengan pemandu wisata mereka. Keluarga Froon dan Kremers juga menjadi khawatir ketika mereka tidak mendapatkan telepon. Pada 3 April 2014, pihak berwenang memulai pencarian udara di hutan dan pencarian di Boquete dengan berjalan kaki.

Pencarian Awal Tidak Berhasil Hingga Seorang Wanita Lokal Menemukan Ransel

Pada hari-hari setelah hilangnya Froon dan Kremers, pihak berwenang melakukan pencarian dengan berjalan kaki dan melalui udara. Pada 6 April 2014, orang tua kedua wanita itu menjadi panik dan terbang ke Panama dengan detektif dari Belanda. Sesampai di sana, keluarga dan detektif memulai pencarian besar-besaran.

 The Initial Search Proved Frui... is listed (or ranked) 4 on the list What Really Happened To Two Dutch Hikers Who Disappeared In Panama?

Untuk sementara waktu, banyak yang menduga Froon dan Kremers tidak pernah tersesat di gunung, tetapi justru menjadi korban kejahatan di kota; tapi kemudian terbukti salah. Upaya pencarian pindah ke hutan dimana para wanita melalui area ini, dengan menggunakan tim pencarian  yang berjalan kaki dan juga 1 unit anjing. Tim menyelidiki selama 10 hari; perburuan mereka menurun pada 14 April 2014, meskipun terus berlangsung selama 10 minggu lagi.

Seorang wanita dari suku Ngäbe lokal menyerahkan ransel biru yang menurutnya telah ia temukan di sepanjang tepi sungai terdekat. Ransel berisi kacamata hitam, kamera, dua ponsel, uang, dua bra, paspor Froon, dan sebotol air.

Lisanne Froon and Kris Kremer's Backpack

Mereka Mencoba Memanggil 911 Sehari Setelah Mereka Hilang

Penyidik memeriksa telepon milik mereka dan mengungkap garis waktu yang membingungkan dan buntu. Telepon tetap aktif selama hampir 10 hari setelah Froon dan Kremers hilang.

Selama waktu ini, Kremers dan Froon berulang kali meminta bantuan. Mereka memanggil 112, nomor darurat untuk Belanda, serta nomor darurat Panama, 911. Mereka membuat banyak panggilan darurat beberapa jam setelah perjalanan mereka; log menunjukkan bahwa mereka berhasil terhubung hanya sekali karena sinyal yang buruk di hutan. Panggilan mereka terhubung hanya sekitar dua detik.

Setelah percobaan panggilan, telepon tetap hidup selama beberapa waktu. Ponsel Kremers yang terkunci menunjukkan seseorang memasukkan PIN yang salah beberapa kali. Karenanya, telepon Kremers dinyalakan untuk terakhir kalinya pada tanggal 11 April 2014; kedua telepon mati setelahnya. Mengingat batas waktu, pihak berwenang mengasumsikan setidaknya satu dari wanita itu masih hidup pada saat lima hari dalam pencarian.

Kamera Mengambil Foto Aneh

 The Last Photos Taken Of Kris Kremers and Lisanne Froon

Kamera para gadis menunjukkan bukti tentang apa yang mungkin terjadi. Lebih dari 100 gambar ada di kamera; beberapa yang pertama tampak seperti foto turis biasa dengan para wanita tersenyum bersama. Namun, tone gambar mulai berubah.

Satu menunjukkan Kremers  seperti menunjukkan  kekhawatiran di wajahnya, di tanggal sekitar waktu panggilan darurat. Setelah ini, foto-foto itu diambil pada 8 April 2014 dan kemungkinan diambil antara pukul 1 pagi dan 4 pagi. Ini adalah benda-benda yang tampaknya acak, seperti tongkat dengan plastik yang menempel, serta foto dedaunan, ngarai, dan jembatan.




Para ahli mengusulkan beberapa teori tentang bagaimana dan mengapa para wanita mengambil foto-foto ini. Mungkin foto-foto itu berfungsi sebagai penanda jejak untuk membantu para remaja itu menemukan jalan mereka kembali.

Karena gelap, kedua wanita itu mungkin menggunakan lampu kamera sebagai sumber cahaya atau untuk menakuti binatang. Yang lain mengatakan Froon maupun Kremers tidak mengambil foto-foto itu; mereka percaya seseorang menculik mereka.

Satu Foto Memperlihatkan Kremers Mengalami Cedera

Orang tua Froon meminta pihak berwenang menahan diri untuk tidak melepaskan semua foto dari kamera ke publik. Diduga, beberapa gambar menunjukkan Kremers dan Froon dalam keadaan buruk. Selama siaran program TV yang berbasis di Panama, para penyiar berita secara tidak sengaja membocorkan beberapa foto; dan ini terjadi lagi pada program TV Belanda. Foto yang 'bocor' itu menunjukkan gambar yang berfokus pada bagian belakang kepala seseorang, yang diduga milik Kremers. Gambar itu seperti luka di kepala, dengan darah di rambutnya.

Hal ini menimbulkan spekulasi tentang bagaimana Kremers mengalami cedera selama pendakian, dan Froon mungkin menggunakan kamera untuk cahaya, atau untuk mendokumentasikan keberadaan Kremers yang terakhir diketahui sebelum mencari bantuan. Jika terjadi cedera pada Kremers, foto-foto itu bisa dimaksudkan untuk membantu penyelamat menentukan lokasinya berdasarkan penanda visual.

Barang-barang Mereka Ditemukan 

Setelah penemuan ransel, pencarian Froon dan Kremers dimulai lagi, kali ini di daerah yang berbeda. Pihak berwenang menyelidiki sepanjang Rio Culebra, dekat desa Alto Romero. Ini jauh dari jejak yang awalnya ditetapkan Kremers dan Froon, yang berarti mereka tersesat atau mengubah rencana perjalanan mereka.

Kali ini, pencarian menemukan sesuatu: pakaian Kremers, terlipat rapi dan seperti telah diatur di tepi sungai. Celana pendek 
Kremers dalam posisi terlipat, ditempatkan di atas garis air sekitar setengah mil ke hulu dari tempat wanita suku setempat diduga menemukan ransel itu. Anehnya, pakaian itu muncul di seberang sungai tempat para wanita mengambil semua foto mereka.

Para Pencari Menemukan Bagian Tubuh

Dua bulan setelah menemukan pakaian Kremers, pencarian lebih lanjut akhirnya menemukan sisa-sisa tubuh manusia. Pencari menemukan sepatu di belakang pohon di sepanjang sungai tempat ransel dilaporkan muncul. Selain sepatu ada juga kaus kaki, kaki manusia utuh dan pergelangan kaki, dengan daging yang cukup untuk pengujian DNA. Pada akhir Agustus 2014, tes DNA membuktikan kaki tersebut adalah milik Froon. Penyelidik kemudian menemukan lebih banyak tulang dan potongan kulit, berjumlah 33 fragmen kerangka. Mereka juga menemukan potongan-potongan kulit Kremers di hutan.

Froon dan Kremers memang dinyatakan tewas tapi tidak ada bukti yang menjelaskan bagaimana mereka bisa mati. Mayat-mayat mereka telah berkeping-keping, kemungkinan tersebar di sungai seiring waktu; banyak yang hilang. Tidak ada tanda pada tulang yang mengindikasikan kerusakan, dan beberapa tulang tampak memutih. Satu-satunya yang bisa dibuktikan bahwa salah satu tulang kaki yang diduga milik Froon mengalami patah.

Dua Pria Belanda Terlihat Bersama Para Wanita Sebelum Mereka Hilang

Pihak berwenang menghadapi perjuangan untuk mencoba menentukan mengapa dan bagaimana para wanita itu tewas. Mereka mulai mencari orang-orang yang mungkin bisa dijadikan petunjuk; mereka mencoba mencari tahu apakah para wanita memiliki teman selain anjing. Pemilik penginapan yang mereka ajak bicara mengatakan Froon dan Kremers sendirian, dan telah meminta petunjuk sebelum mendaki - pada saat ini, tidak ada yang bersama mereka.

Namun, polisi kemudian mengetahui dari postingan Facebook bahwa Froon dan Kremers bertemu dengan beberapa orang sebelum perjalanan mereka. Dalam pos tersebut, Froon dan Kremers mengatakan mereka berbagi makan pagi dengan dua pria Belanda pada hari terakhir mereka terlihat. Namun, tidak ada laporan yang muncul tentang kedua pria ini.

Pihak Berwenang Mengatakan Kematian Kedua Wanita ini sebagai Kecelakaan

Pada bulan Maret 2015, hampir setahun setelah Kremers dan Froon pergi ke Panama, para penyelidik akhirnya mencapai kesimpulan mereka. Penelitian mereka pada kasus tersebut memberi kesan bahwa para wanita kemungkinan besar mengalami semacam kecelakaan saat perjalanan mereka, tetapi kemudian tersesat di hutan. Froon sepertinya jatuh dan mati di dekat sungai.

Kakinya mendukung teori ini. Para ahli mengatakan, patah pada pergelangan kaki hanya bisa terjadi karena jatuh dari ketinggian. Foto-foto yang diambil menunjukkan tanggal ketika para wanita itu mencoba menghubungi layanan darurat, kemungkinan setelah Kremers mengalami cedera. Tetapi dalam gelap, mereka tidak dapat menemukan jalan kembali. Froon meninggal saat mencoba keluar dari hutan, dan kemudian disusul dengan kematian Kremers. Sisa-sisa tubuh mereka kemudian membusuk, karena sungai dan hujan, dan akhirnya sisa-sisa tubuh berhamburan bermil-mil jauhnya.





Comments

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book