Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun kenyataannya, terk
loading...

Dark Disney - Pocahontas: Antara Fiksi Vs Realita Yang Bertolak Belakang


Kamu pecinta Disney Princess? Siapa princess favoritmu? Apa salah satunya adalah Pocahontas sang putri Indian?
Apa yang kamu ketahui dari Pocahontas? Kisah cintanya dengan Kapten John Smith?
Bagaimana jika kita katakan bahwa dalam kisah nyatanya, tidak ada kisah cinta antara Pocahontas dan John Smith? Bahkan Pocahontas masih berusia 10 tahun saat bertemu John Smith yang saat itu sudah berumur 27th.

Apakah imajinasi Disney masa kecilmu buyar sudah?
Ilustrasi lukisan saat Pocahontas menyelamatkan John Smith

Gambar diatas adalah lukisan Pocahontas yang menyelamatkan hidup John Smith, bahkan kisah ini tergambarkan dalam film animasi Pocahontas. Tapi bagaimana jika kita katakan bahwa dalam kenyataanya tidak ada adegan semacam itu dalam kisah nyata Pocahontas.

Ya, Pocahontas memang menikah, memiliki suami dan anak tapi itu bukan dengan John Smith.

Namun karena kita telah disajikan oleh Disney sebuah kisah Pocahontas dengan alur yang berbeda jauh, tapi itulah yang kebanyakan orang orang tahu. Ya, tokoh Pocahontas memang ada dalam sejarah,  tapi dia tidak memiliki seekor teman rakun yang berlarian menaiki gunung dan menuruni tebing di pantai Virginia.  (Catatan: tidak ada tebing di pantai Virginia.)
Pocahontas

Kisah nyata Pocahontas  itu sendiri adalah kisah tragedi dan patah hati.

Sudah saatnya untuk meluruskan kesalahpahaman yang terus berlangsung selama 400 tahun tentang putri dari kepala suku Powhatan, Wahunsenaca.

Kisah Pocahontas adalah kisah tragis tentang seorang gadis muda penduduk asli yang diculik, mengalami pelecehan seksual dan diduga dibunuh oleh mereka yang seharusnya melindungi keselamatannya.

Ibu Pocahontas, Juga Bernama Pocahontas, Meninggal Saat Melahirkan

Pocahontas dilahirkan dari seorang ibu yang juga bernama Pocahontas,  dan ayahnya  bernama Wahunsenaca,  (dibaca: Wahunsenakah), seorang kepala suku.

Namanya saat dilahirkan adalah Amonute atau Matoaka, yang berarti "bunga di antara dua aliran (sungai)," dan menurut sejarah Mattaponi kemungkinan diberikan kepadanya karena ia dilahirkan di antara dua sungai Mattaponi dan Pamunkey (York).

Karena kematian istrinya, Wahunsenaca hancur dan Matoaka kecil menjadi kesayangannya karena dia mirip seperti ibunya.  Dia dibesarkan oleh bibinya dan wanita dari suku Mattaponi di Werowocomoco.

Seperti kebiasaan pada masa itu, sebagai Kepala suku dari Powhatan, Wahunsenaca memiliki istri istri lagi dari desa desa lainnya dan Matoaka kecil memiliki banyak saudara dan saudari yang saling menyayangi.

Karena kesedihannya yang berkepanjangan dan sebagai kenang kenangan atas istrinya, Wahunsenaca sering memanggil putrinya dengan panggilan si cantik Pocahontas

John Smith Datang ke Powhatan Ketika Pocahontas berumur 9 atau 10 tahun
John Smith saat tiba di Powhatan

Menurut sejarah lisan pribumi saat itu, Matoaka kecil atau Pocahontas kecil baru berusia sekitar 10 tahun ketika John Smith dan kolonis Inggris tiba di Tsenacomoca pada musim semi 1607 sedangkan John Smith berusia sekitar 27 tahun.  Bagaimana mungkin mereka jatuh cinta bukan?

Pocahontas Tidak Pernah Menyelamatkan Nyawa John Smith

Anak-anak Powhatan diawasi dengan ketat dan dirawat oleh semua anggota suku.  Karena Pocahontas tinggal bersama ayahnya, Kepala Powhatan, Wahunsenaca, di Werowocomoco.

Ketika dia masih kecil, John Smith dan kolonis Inggris tinggal di dekat Powhatan di Pulau Jamestown di dekatnya, tetapi kemudian mulai menjelajahi daerah-daerah terpencil.  Smith ditakuti oleh banyak penduduk asli karena dia suka memasuki desa-desa dan menodongkan senjata ke kepala para kepala suku untuk meminta makanan dan persediaan.

Pada musim dingin tahun 1607,  Smith dan pasukannya bertemu dengan prajurit Powhatan dan Smith ditangkap oleh adik lelaki kepala suku.

Karena Inggris dan Powhatan takut akan serangan Spanyol, mereka membentuk aliansi.  Dan menurut sejarah lisan dan catatan tertulis kontemporer oleh Mattaponi, akhirnya Wahunsenaca mulai  menyukai Smith, ia menawarkan kepada Smith posisi 'werowance' atau pemimpin koloni yang diakui oleh Powhatan. Smith diberi area yang lebih layak huni bagi pasukannya dengan akses utama makanan laut.

Bertahun-tahun kemudian, Smith menyangka bahwa Pocahontas menyelamatkan hidupnya saat sedang proses menjadi seorang werowance.  Tetapi menurut catatan tertulis Mattaponi lisan dan kontemporer, tidak akan ada alasan untuk membunuh seorang pria yang ditujuk akan menerima penghargaan kehormatan (menjadi werowence adalah sebuah kehormatan) oleh kepala suku.
Dalam film dan cerita yang beredar, saat itu kepala Smith diletakkan diantara dua batu, yang dikatakan itu adalah hukuman yang akan diberikan kepada Smith, namun sesungguhnya itu adalah bagian dari upacara werowence.

Bagaimana mungkin Pocahontas menyelamatkan Smith? Bahkan anak-anak tidak diizinkan menghadiri ritual keagamaan apa pun seperti halnya upacara werowance

Pocahontas tidak mungkin merendahkan dirinya demi John Smith untuk memohon menyelamatkan nyawanya karena dua alasan: Smith sedang melakukan upacara kehormatan bukan sedang dihukum dan Pocahontas masih sangat kecil dan tidak akan diizinkan berada di sana.

Tapi itulah kisah yang diceritakan oleh John Smith lewat bukunya yang ditulis tahun 1624 berjudul General Historie of Virginia, yang mengatakan jika Pocahontas menyelamatkan hidupnya 2x. Namun sayangnya, tidak ada yang menentang buku Smith saat itu karena para 'tokoh utama' dalam buku tersebut banyak yang sudah meninggal dunia

Pocahontas Tidak Pernah Menentang Ayahnya untuk Membawa Makanan kepada John Smith atau Jamestown

Beberapa catatan sejarah mengatakan jika Pocahontas membantah perintah ayahnya dan membawa makanan kepada penjajah Jamestown.  Menurut sejarah suku Mattaponi, klaim ini tidak benar.

Jamestown berjarak 20 km dari Werowocomoco dan tidak mungkin seorang anak perempuan berusia 10 tahun pergi sendirian, itu tidak sesuai dengan budaya Powhatan.  Pocahontas memang pergi ke Jamestown tapi bersama anggota suku lainnya tetapi untuk isyarat perdamaian.

Selain itu, perjalanan menuju Jamestown harus menyeberangi sungai besar dan harus menggunakan sampan seberat 400 pon.  Butuh tim dengan orang-orang kuat untuk membawa mereka.

Kemungkinan keberadaan Pocahontas disana berfungsi sebagai simbol perdamaian dan  sebagai anak di antara bangsanya bertujuan agar  tidak menunjukkan niat buruk ketika rakyatnya bertemu dengan penduduk Jamestown

Pocahontas Tidak Menyelinap ke Jamestown untuk Memperingatkan John Smith Tentang Rencana Pembunuhan

Pada 1608 dan 1609, peran John Smith sebagai penguasa (kepala) para penjajah telah berubah menjadi buruk.  Para penjajah melakukan upaya yang tidak baik untuk melakukan tanam dan panen. Smith dengan kasar meminta pasokan dari desa-desa sekitarnya sambil mengancam mereka dengan senjata ke kepala para pemimpin desa.
John Smith

Kisah-kisah dari sejarah Mattaponi menceritakan tentang seorang wanita yang menyatakan kepada Smith, "Kamu menyebut diri kamu seorang nasrani, tapi kamu meninggalkan kami tanpa makanan selama musim dingin."

Ayah Pocahontas, yang telah berteman dengan Smith, pernah berkata kepadanya, "Aku belum pernah memperlakukan salah satu dari pemimpin pilihanku sebaik kamu, tapi kamu adalah werowance terburuk yang aku miliki!"

Smith mengklaim Wahunsenaca ingin membunuhnya, dan menegaskan dia tahu rencana itu karena Pocahontas datang untuk memperingatkannya. Sekali lagi, itu yang ditulis Smith lewat bukunya. Tapi sejarah lisan Mattaponi dan sejarawan asli menolak klaim historis Smith dan sepenuhnya dinyatakan telah dibuat-buat.

Untuk lebih jauh membuktikan kisah Smith adalah bikinan, surat dari Smith yang ditulis pada 1608 diterbitkan tanpa sepengetahuan Smith.  Dalam surat itu tidak ada kisah tentang Pocahontas yang mencoba menyelamatkan hidupnya pada dua kesempatan terpisah.

Pocahontas Menikah dan Hamil

Awal 1600-an adalah waktu yang mengerikan bagi suku-suku di dekat Werowocomoco.  Suku asli sudah nyaman dengan mengenakan pakaian yang cocok untuk musim panas (termasuk dada terbuka untuk perempuan suku asli dan sedikit terbuka untuk anak-anak) justru membuat mereka menjadi sasaran pelecehan seksual oleh penjajah Inggris.
Lukisan Pocahontas

Anak-anak kecil menjadi sasaran pemerkosaan dan para wanita suku tersebut akan menawarkan diri mereka kepada laki-laki dengan jaminan agar anak-anak mereka tetap aman.  Orang-orang Powhatan terkejut dengan perilaku itu dan ketakutan karena pemerintah Inggris tidak memberi mereka perlindungan.

Di tengah-tengah tindakan mengerikan dan kejam yang dilakukan oleh para penjajah, Matoaka pun sudah tumbuh dewasa.  Dalam sebuah upacara, Matoaka memilih nama barunya, dan dia memilih nama Pocahontas, seperti ibunya.  Saat melakukan dansa berpasangan, Pocahontas berdansa dengan Kocoum, adik laki-laki Kepala suku Potowomac, Japazaw.

Dia pun menikahi Kocoum, seorang prajurit muda saat Pocahontas berusia 14 dan iapun hamil.

Pada saat inilah desas desus mulai mengemuka bahwa penjajah berencana untuk menculik Pocahontas.

Pocahontas Diculik, Dibunuh dan Dia Dipaksa Berpisah Dengan Anak Pertamanya

Ketika Pocahontas berumur sekitar 15 atau 16, desas-desus tentang kemungkinan penculikan menjadi lebih dari ancaman dan diapun tinggal bersama suaminya Kocoum di desa Potowomac.

Seorang penjajah Inggris bernama Kapten Samuel Argall berusaha untuk menemukannya, berpikir jika putri kepala suku yang ditangkap, maka akan menggagalkan serangan penduduk asli.

Mengetahui keberadaan Pocahontas, Argall datang ke desa dan menuntut Kepala suku Japazaw, saudara laki-laki suami Pocahontas, untuk menyerahkan Pocahontas atau mereka akan menyerang desanya.  Dihadapi dengan kesedihan pada pilihan yang mengerikan, dia mengalah dengan janji penuh harapan bahwa dia hanya akan pergi sementara.  Itu adalah janji yang Argall tidak tepati.

Sebelum meninggalkan desa, Pocahontas harus menyerahkan bayinya (sebut saja Kocoum kecil) kepada para wanita di desa itu.  Terperangkap di atas kapal Inggris, dia tidak menyadari bahwa suaminya telah dibunuh oleh penjajah.

Kepala suku Powhatan tidak pernah membalas dendam atas penculikan Pocahontas, takut mereka akan ditangkap dan putri kepala suku kesayangan yang juga merupakan "Simbol Kedamaian Powhatan" akan disakiti.

Pocahontas Diperkosa Saat Ditawan dan Hamil 

Menurut Dr. Linwood Custalow, seorang sejarawan Suku Mattaponi, setelah diculik, Pocahontas mengalami depresi dan mengalami ketakutan yang parah. Ketakutan Pocahontas yang ektrim membuat penculiknya mengizinkan saudara perempuan tertua Pocahontas, Mattachanna dan suaminya, Uttamattamakin, datang untuk membantunya.

Ketika Mattachanna dan Uttamattamakin tiba di Jamestown, Pocahontas mengaku bahwa dia telah diperkosa. Mungkin saja hal itu dilakukan kepadanya oleh lebih dari satu orang dan berulang kali.

loading...
Sementara perkosaan dalam Masyarakat Powhatan sebenarnya tidak pernah terjadi karena hukuman untuk itu sangat berat. Powhatan tidak punya penjara, tapi bagi mereka yang melanggar aturan, hukumannya adalah diusir dari suku mereka.

Para ahli sejarah menduga jika Pocahontas ditawan di Jamestown, yang kemudian dipindahkan ke Henrico saat dia hamil.

Pocahontas kemudian melahirkan seorang putra bernama Thomas.

Pocahontas Menikah Dengan John Rolfe Untuk Keperluan Bisnis Tembakau
Pernikahan Pocahontas dan John Rolfe

Dalam sejarah Mattaponi sudah dengan jelas tertulis jika Pocahontas telah memiliki anak sebelum menikah dengan John Rolfe.
Sementara banyak tulisan yang mengatakan jika Thomas adalah anak dari John yang lahir satu tahun setelah pernikahan Pocahontas dengan John Rolfe.

Sebelum menikah, para kolonial selalu menekan Pocahontas untuk menjadi warga sipil dan mereka selalu mempengaruhinya dengan mengatakan jika ayahnya tidak mencintainya karena hingga saat itu tidak juga datang untuk menyelamatkannya.

Pocahontas kemudian masuk kristen dan memakai pakaian orang Inggris meski ia selalu merobeknya karena merasa tidak nyaman memakainya.
Pocahontas pun mengganti namanya menjadi Rebecca.

Di tengah penahanannya, koloni Inggris di Jamestown gagal.  John Rolfe berada di bawah batas waktu hingga tahun 1616 untuk membawa lebih banyak keuntungan atau kehilangan dukungan dari Inggris.  Rolfe berusaha mempelajari teknik mengeringkan tembakau dari Powhatan, tetapi mengeringkan tembakau adalah praktik suci yang tidak dibagikan kepada orang luar.  Menyadari kekuatan politis demi menyejajarkan dirinya dengan suku asli, Rolfe memutuskan untuk menikahi Pocahontas.

Meskipun beberapa sejarawan mengklaim jika Pocahontas dan Rolfe menikah karena cinta, tapi itu bukan suatu kepastian, karena bukti mengatakan jika Pocahontas tidak pernah diizinkan untuk melihat keluarganya, anak atau ayahnya setelah diculik ataupun menikah.
Pocahontas dan John Rolfe

Setelah keduanya menikah, para pemimpin spiritual dan keluarga Powhatan berbagi tehnik pengeringan dengan Rolfe.  Segera setelah itu, tembakau Rolfe menjadi terkenal di Inggris, dan menyelamatkan koloni Jamestown, ketika mereka akhirnya menemukan usaha yang menguntungkan.

Tempat tinggal suku Powhatan kemudian sangat dicari untuk perdagangan tembakau hingga penduduk asli menderita kerugian besar dengan hidup bersama mereka dan tanah mereka pun berada di tangan petani tembakau serakah.

Perlu dicatat bahwa meskipun ayah Powhatan memiliki kebiasaan untuk menyerahkan putrinya pada suatu pernikahan, Wahunsenaca tidak menghadiri pernikahan putrinya dengan Rolfe karena takut ditangkap atau dibunuh.  Tapi dia mengirim hadiah untuk Pocahontas, yaitu seuntai kalung mutiara sebagai hadiah pernikahan.  Mutiara itu diperoleh dari tiram Chesapeake Bay.  Kalung itu terkenal karena ukurannya yang besar dan kualitas mutiara yang bagus.  Mutiara seukuran itu langka, menjadikannya hadiah yang cocok untuk putri kepala suku tertinggi.  Tidak disebutkan tentang kalung ini yang ditemukan dalam tulisan-tulisan Inggris, tetapi potret Pocahontas yang mengenakan kalung mutiara ini menggantung di rumah Gubernur di Richmond.

Pocahontas Dibawa ke Inggris dan Dibunuh
Potret Pocahontas memakai pakaian 'barat'

Desas-desus tentang keinginan para penjajah untuk membawa Pocahontas menuju ke Powhatan, yang mengkhawatirkan kesejahteraannya dan mempertimbangkan upaya untuk menyelamatkannya.  Namun Wahunsenaca khawatir putrinya akan terluka.

Rebecca "Pocahontas" Rolfe melakukan perjalanan ke Inggris bersama John Rolfe, putranya Thomas Rolfe, Kapten John Argall (orang yang telah menculiknya) dan beberapa anggota suku asli, termasuk saudara perempuannya Mattachanna.

Meskipun banyak pendatang melakukan kekejaman terhadap Powhatan, banyak elit di Inggris tidak menyetujui penganiayaan penduduk asli.  Dan mereka membawa Pocahontas ke Inggris untuk menunjukkan persahabatan dengan bangsa-bangsa pribumi adalah kunci untuk kelanjutan dukungan finansial bagi para penjajah.

Menurut kisah Mattachanna, Pocahontas menyadari bahwa dia sedang dimanfaatkan dan sangat ingin kembali ke sukunya, bertemu ayahnya dan Kocoum kecil.  Selama perjalanannya ke Inggris, Pocahontas bertemu dengan John Smith dan ia menyatakan kemarahannya karena perlakuan buruk terhadap posisinya sebagai pemimpin kolonial dan pengkhianatan terhadap orang-orang Powhatan. Dan itulah terakhir kalinya Pocahontas bertemu John Smith.
Pocahontas di istana King James

Setelah menunjukkan Pocahontas kepada elit Inggris, rencana kemudian  dibuat untuk kembali ke Virginia pada musim semi 1617. Menurut Mattachanna, ia dalam keadaan sehat ketika berada di Inggris juga saat berada di kapal ketika bersiap untuk pulang.

Tak lama setelah makan malam dengan Rolfe dan Argall, Pocahontas muntah dan meninggal dunia.  Anggota-anggota suku yang menemaninya, termasuk saudara perempuannya Mattachanna, mengatakan dia dalam kondisi kesehatan yang baik sebelumnya dan menilai dia pasti diracun karena kematian mendadaknya. Namun sebagian sejarah menulisnya jika Pocahontas mengalami disentri, namun anaknya selamat.
Patung Pocahontas di Saint George’s Church, Gravesend, Kent

Menurut sejarah lisan Mattaponi, para penduduk asli yang menemani Pocahontas saat itu dijual sebagai pelayan atau atraksi karnaval atau dikirim ke Bermuda jika mereka hamil setelah sebelumnya diperkosa dan dijual sebagai budak.

Pocahontas baru berusia di bawah 21 tahun pada saat kematiannya.  Alih-alih dibawa pulang dan dimakamkan di kampung halamannya, Rolfe dan Argall membawanya ke Gravesend, Inggris, tempat ia dimakamkan di Gereja Saint George, 21 Maret 1617. Meskipun suku-suku Virginia meminta agar jasadnya dikembalikan dan dipulangkan, para pejabat  di Inggris mengatakan keberadaan pasti jenazahnya tidak diketahui.

Wahunsenaca mengetahui dari Mattachanna bahwa putri kesayangannya telah meninggal dunia tetapi Pocahontas tidak pernah mengkhianati rakyatnya, seperti yang dikatakan oleh beberapa sejarawan.  Kesedihan mendalam dialami oleh ayah Pocahontas  bahwa ia belum pernah menyelamatkan putrinya. Ia pun meninggal dunia karena kesedihannya, kurang dari setahun setelah kematian Pocahontas.

Keturunan Pocahontas

Menurut sejarah lisan baik versi Mattaponi dan Patawomeck, Pocahontas memiliki dua orang anak , Thomas Rolfe, yang ditinggalkan di Inggris setelah kematian ibunya, dan 'Kocoum kecil.'  Meskipun dalam sejarah yang beredar banyak yang menuliskan jika keberadaan anak pertamanya itu masih diragukan. Apakah benar Pocahontas memiliki anak sebelum Thomas.

Sedangkan menurut sejarah suku Patawomeck, Little Kocoum dibesarkan oleh Suku mereka. Nama asli Little Kocoum adalah Ka-Okee, seorang anak perempuan.

Sementara Thomas Rolfe tinggal di Inggris dan dididik di sana.  Dia kemudian kembali ke Powhatan sebagai orang dewasa.  Dia menikah dan memiliki banyak keturunan.

Jadi mengapa mitos Pocahontas menyelamatkan — dan bahkan jatuh cinta pada — Kapten John Smith bertahan selama bertahun-tahun?

Karena itu adalah kisah yang ingin dipercayai oleh banyak orang kulit putih (Amerika), sebagaimana Camilla Townsend, penulis Pocahontas and the Powhatan Dilemma dan seorang profesor sejarah di Rutgers University, menjelaskan kepada Smithsonian.  The Smithsonian Channel memproduksi film dokumenter 2017 berjudul Pocahontas: Beyond the Myth, yang menampilkan komentar Townsend.

"Idenya adalah, this is a ‘good Indian,’" kata Townsend.

“Dia (Pocahontas) mengagumi pria kulit putih, mengagumi kristaniti,, mengagumi budaya, ingin berdamai dengan orang-orang ini, bersedia hidup dengan orang-orang ini daripada orang-orangnya sendiri, menikahinya (pria kulit putih)  bukan dari salah satu sukunya.  Seluruh gagasan itu membuat orang-orang dalam budaya Amerika kulit putih merasa nyaman dengan sejarah kita.  Bahwa kami tidak melakukan kesalahan pada orang Indian tetapi benar-benar membantu mereka dan orang orang 'baik' menghargainya. "

Apa yang sebenarnya terjadi lebih dari 400 tahun yang lalu hilang dari waktu, tetapi kisah Pocahontas terus memberikan komebtar menarik tentang kehidupannya — dulu dan sekarang.








Comments

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book