Apa kamu bisa membayangkan jika kebebasan dan masa kecilmu yang indah direnggut oleh seorang penculik. Dan setelah itu apa yang kamu rasakan kemudian hanyalah penyiksaan, kebohongan, ancaman,
pemukulan dan pemerkosaan yang berlangsung hingga hampir dua dekade.
Terlalu sering kita mendengar tentang wanita yang diculik, diperkosa, atau dianiaya diikuti oleh kisah-kisah tentang perjuangan pelarian mereka melawan segala rintangan demi meraih kebebasan.
Sedihnya, tidak semua korban penculikan beruntung memiliki sepasukan wartawan yang rela melakukan advokasi untuk mereka. Bahkan, perkiraan yang dikeluarkan oleh FBI pada tahun 2001 menyatakan bahwa hampir 2.000 anak dilaporkan hilang setiap hari. Dan hampir setengah dari kasus-kasus itu adalah hasil dari penculikan orang yang sudah dikenal, seperti ibu atau ayah yang terpisah melarikan diri dengan anak mereka.
Bahkan stasiun-stasiun berita kerap melaporkan kasus-kasus penculikan dimana seorang anak ditemukan hidup setelah bertahun-tahun ditahan, atau kasus-kasus tragis dimana hanya jenazah anak yang ditemukan (yang dikatakan terjadi pada 1 dari 10.000 orang yang melaporkan kasus anak yang hilang).
Namun, penculikan yang menimpa Rosalynn McGinnis, yang terjadi dari tahun 1997 hingga 2016, pasti akan tercatat dalam sejarah sebagai salah satu kasus penculikan anak paling terkenal - karena dia berhasil melarikan diri.
Rosalynn McGinnis diculik pada usia 12 tahun oleh ayah tirinya Henri Piette. Setelah tinggal bersamanya di Meksiko hingga melahirkan sembilan anak mereka selama hampir dua dekade, ia berhasil melarikan diri. Pada saat itu hampir setahun sebelum pihak berwenang akhirnya dapat meringkus pria yang dikenalnya sebagai ayah tiri, penculik dan ayah dari anak-anaknya.
Namun berkat sepasang suami istri yang jeli dengan adanya kejanggalan yang mereka lihat di kehidupan McGinnis, dengan sigap mereka membantunya melarikan diri setelah hampir dua dekade dalam penyiksaan. Akhirnya, McGinnis dipersatukan kembali dengan keluarganya di Kansas City, Missouri.
McGinnis saat ini berusia 37 tahun dan ibu dari sembilan orang anak. 9 orang anak itu adalah anak anak dari penculiknya, pemerkosanya, yang juga merupakan ayah tiri McGinnis sendiri.
Meskipun McGinnis dan anak anaknya telah menjalani kehidupan normal, tapi berjuang untuk sembuh dari mimpi buruk adalah bagian yang sama sulitnya.
McGinnis dibesarkan di Springfield, Missouri, di sebuah rumah yang hanya beberapa blok dari taman tempat dia bermain dengan saudara dan teman-temannya. Dia les biola karena dia bercita-cita ingin menjadi guru biola, tapi selain itu, McGinnis kecil juga bercita-cita sebagai dokter hewan.
Namun tidak ada yang bisa memprediksikan apa yang akan terjadi dalam hidup kita.
Ketika McGinnis berusia 10 tahun, seorang pria bernama Henri Piette membawa keluarga McGinnis ke Wagoner, Oklahoma, untuk menjauhkan mereka dari anggota keluarga mereka yang lain. Disanalah, pria itu mulai melakukan pelecehan terhadap McGinnis.
Piette pernah tinggal tidak jauh dari keluarga McGinnis di Springfield. McGinnis berkata bahwa ibunya, Gayla, bertemu dengan Piette ketika membagikan brosur yang merupakan salah satu kegiatan dari kelompok pengamat lingkungan. Dia mengatakan keduanya dengan cepat menjadi teman.
"Dia seperti teman baik ibuku," kata McGinnis.
"Dia memanfaatkan kesempatan."
Piette akan segera menikahi ibu McGinnis, tetapi hingga hari ini dia menolak menggunakan kata "ayah tiri" untuk menggambarkannya. McGinnis hanya menyebut Piette sebagai predator anak.
Kehidupan baru McGinnis di Oklahoma dengan cepat berubah menjadi mengerikan, ketika Piette mulai melecehkannya ketika dia baru berusia 10 tahun di Springfield.
Dan itu adalah hari yang sangat traumatis baginya, sehingga ia tidak mampu melupakan kejadian itu.
McGinnis dipaksa menikahi ayah tirinya di belakang van - dan kakak tirinya yang berusia 15 tahun yang melakukan upacara
Sebelum pacar ibunya, Henri Michele Piette melakukan penculikan, ia menipu Rosalynn yang berusia 11 tahun saat itu, dengan melakukan upacara pernikahan untuk mereka berdua di belakang sebuah van.
Piette juga memaksa putranya yang berusia 15 tahun untuk berperan sebagai pendeta dan saksi. Dia menikahi Rosalynn dan bahkan memberinya cincin untuk membuatnya seolah resmi. Yang membuat hal ini semakin mengganggu adalah bahwa pernikahan tidak resmi ini berlangsung berbulan-bulan sebelum dia diculik dan hanya satu hari sebelum dia seharusnya menikahi ibu Rosalynn.
Piette pertama kali mulai melakukan pelecehan seksual terhadap Rosalynn di rumahnya di Wagoner, ketika dia baru berusia 10/11 tahun, saat itu dia naik ke ranjangnya dan memperkosanya.
Dan di waktu yang sama, ibu Rosalynn juga diserang oleh Piette, dan setelah melakukan banyak upaya gagal untuk kabur dari rumah mereka, Rosalynn dan ibunya akhirnya pindah dan menemukan tempat perlindungan wanita dimana mereka mulai membangun kembali kehidupan baru mereka. Sayangnya, hidup baru mereka berumur pendek, karena dalam tahun itu Rosalynn diculik dari sekolah barunya di Poteau, dan dipaksa masuk ke belakang sebuah van, tanpa harapan untuk melarikan diri.
Menghilangnya McGinnis
Menurut dokumen yang diperoleh dari Departemen Kepolisian Poteau, seorang pria menjemput McGinnis dari sekolah dan pergi bersamanya dengan mobil abu-abu kecil. Saat itu adalah 31 Januari 1997.
"Aku tidak tahu apa yang terjadi," kata McGinnis.
"Hal berikutnya yang aku tahu, ibuku tidak ada disana, saudara-saudaraku juga tidak ada disana dan tidak ada keluargaku disana dan aku sendirian dengan pria ini."
McGinnis mengatakan, Piette membawanya ke kamar hotel di Tulsa dan mengatakan kepadanya bahwa dia tidak bisa kembali ke keluarganya. Dia meyakinkannya bahwa jika mereka tertangkap, McGinnis akan dikurung di rumah sakit jiwa karena dia telah mengizinkan Piette untuk melecehkannya.
"Bahkan setelah semua yang terjadi padaku, seluruh duniaku hancur, tetapi itu membuatku merasa tidak berdaya," kata McGinnis.
Menurut McGinnis, pada hari Piette menjemputnya di sekolah, pria itu mengecat hitam rambutnya dan dan memakai kacamata palsu agar menyamarkan penampilannya. Piette juga kemudian mengubah nama McGinnis beberapa kali selama bertahun-tahun.
Ibunya tentu saja mencarinya dan mengumumkan di setiap media dan Child Search Ministries segera mengedarkan selebaran orang hilang dengan foto, umur, dan tanggal dia menghilang. Dikatakan dia mungkin berada di perusahaan ayah tirinya, Piette.
“Tolong bantu temukan anak ini”, begitu bunyi selebarannya
Minggu-minggu berlalu dan para pencari gagal menemukan McGinnis dan Piette. Pencarian akhirnya berhenti tak lama sebelum ulang tahun ke-13 McGinnis, tetapi penderitaan yang akan dialaminya baru saja dimulai.
"Yang ingin kulakukan hanyalah menangis," kata McGinnis.
"Aku ingin lari."
McGinnis mengatakan pelecehan fisik dan seksual berlanjut, dan dalam beberapa bulan dia pun hamil. Dia tidak menyadari apa yang terjadi dan kemudian mengalami keguguran. Piette menyuruh menyiram janinnya yang gugur ke toilet apartemen tempat mereka menginap saat itu.
McGinnis melahirkan 9 orang anak dari penculiknya
 |
McGinnis dan 9 anaknya |
Selama hampir 19 tahun ia diculik oleh ayah tirinya, McGinnis melahirkan sembilan anak Piette - dan tidak satupun dari mereka yang tahu apa yang dialami ibu mereka.
Dalam upaya melindungi anak-anaknya dari kenyataan yang mengerikan dan kebenaran, Rosalynn merahasiakan penculikan dan pelecehan seksualnya, dia membesarkan anak-anaknya dan secara diam-diam menderita pelecehan dan penyiksaan yang telah menjadi makanan sehari harinya. Baru setelah mereka kelak melarikan diri dari Piette, anak-anaknya mengetahui kebenaran tentang ayah dan kehidupan mereka. Dan tentu saja anak anak ini sangat syok, terutama mereka yang berusia lebih besar.
McGinnis mengatakan jika Piette menganggap dan memperlakukan dirinya dan anak anaknya seperti binatang. Piette mengatakan kepada anak anaknya bahwa satu-satunya alasan mereka hidup adalah karena ibunya (McGinnis) ada disini.
"Jika tidak, aku akan membunuh kalian semua. Itu yang diucapkannya. Dia akan memukul mereka kemudian aku akan menghalanginya tapi itu hanya membuatnya menjadi lebih mengerikan"
"Katakan, siksaan apa yang menurutmu paling mengerikan? Aku sudah merasakan itu semua," kata McGinnis
Hidup terisolasi
 |
Mereka pernah tinggal di tempat ini |
Piette pindah dari kamar hotel ke kamar hotel lainnya bersama McGinnis dalam beberapa bulan pertama dan akhirnya, pria itu membawanya melintasi perbatasan ke Meksiko. Pelecehan verbal, fisik, dan seksual setiap hari terus berlanjut.
McGinnis berusia 15 tahun ketika dia melahirkan anak pertama bersama Piette - bayi laki-laki yang lahir di belakang van. Pada saat itu, mereka tinggal di rumah mobil kecil yang kumuh dengan lantai yang lapuk dan tidak ada utilitas.
McGinnis mengatakan dia terpaksa mengemis di jalanan untuk meminta makanan untuk anak anaknya karena Piette menghambur-hamburkan uang yang mereka kumpulkan untuk alkohol dan obat-obatan.
Dia mengatakan dia menjual es krim buatan sendiri, tetapi Piette mengancamnya untuk untuk tidak banyak bicara dan membuatnya untuk terus laporan kepadanya setiap jam.
McGinnis mengatakan dia mencoba melarikan diri beberapa kali tetapi, "ketika aku tertangkap, resikonya jauh lebih besar," katanya.
"Akhirnya pada satu titik waktu, hal itu tidak mempengaruhiku lagi, karena aku sudah terbiasa."
McGinnis menunjukkan bekas luka dari siksaan yang dideritanya di tangan penculiknya, dari kepala sampai jari kakinya.
Dia mengatakan Piette akan selalu memukulinya dengan senapan, tongkat baseball, papan kayu dan botol bir. Dia menembaknya beberapa kali dan dia menderita beberapa patah tulang.
Dia memiliki 21 bekas luka di kulit kepalanya saja.
"Suatu hari dia mengambil wajan stainless steel dan mencoba memukul perutku," kata McGinnis.
"Aku menutupi perutku dengan lengan dan dia menghantamku hingga mematahkan tulang tanganku."
Piette memaksa McGinnis untuk mendatangi kantor polisi untuk melaporkan jika ia melarikan diri dari rumah, bukan diculik
Ketika dia berusia 18 tahun, Piette menyuruh McGinnis pergi ke kantor polisi di Arizona, tempat mereka tinggal saat itu, dan memberi tahu petugas bahwa dia melarikan diri dari rumah dengan tujuan agar catatannya akan dipindahkan dari daftar orang hilang nasional, katanya kepada majalah People saat wawancara pada Agustus 2017. Namanya telah ditambahkan ke daftar orang hilang setelah ibunya melaporkan kehilangannya.
"Dia memarkir tiga blok dari Departemen Kepolisian Phoenix dan dia menyandera tiga anakku," katanya..
"Dia memberitahuku apa yang harus kukatakan pada mereka. Dia mengatakan bahwa jika aku tidak kembali dalam dua jam, aku tidak akan pernah melihat anak-anakku lagi."
Sepasang suami istri memberikan harapan baru
Sementara berada dalam keputusasaan karena selama hampir dua dekade, hidup dalam kesuraman, harapan itu kembali menyala.
Pada awal 2016, 19 tahun setelah dia diculik dari sekolah menengah Oklahoma, McGinnis dan anak-anaknya bertemu pasangan suami istri saat tinggal di Oaxaca, Meksiko.
Lisa adalah warga negara A.S dan Ian suaminya, orang Inggris. Nama belakang mereka sengaja tidak disebutkan karena khawatir akan keselamatan mereka.
McGinnis memberi tahu mereka bahwa namanya adalah Stephanie. Dan penculiknya bernama Bill. Dan itu adalah salah satu nama alias yang diberikan Piette kepada McGinnis dari sekian banyak nama lainnya.
Lisa kemudian menggambarkan saat pertama kali dia bertemu McGinnis di supermarket lokal.
"Kami mengantri dan mereka di depan kami," kata Lisa.
 |
Rosalynn McGinnis saat masih tinggal bersama penculiknya |
“Mereka memiliki dua keranjang besar bahan makanan. Yang salah satunya dipenuhi dengan stok daging, yang anak-anaknya dikemudian hari bilang kepada Lisa, jika semua itu hanya untuk Piette pribadi. Dan saat itu mereka tidak bisa membayar di kasir. Mereka kekurangan uang, jadi Ian dan Lisa memberi mereka uang.
Lisa berkata bahwa anak-anak McGinnis hampir tidak pernah memakai alas kaki dan anak anaknya seperti susah untuk diajak berbicara. Dan mereka benar benar tidak mau mengatakan apa-apa kepada Lisa sampai anak anak itu akrab dan lebih mengenal Lisa dan suaminya. Dan mereka pun tahu jika 'berbicara' dengan orang asing adalah sesuatu yang dilarang dikeluarga itu.
Ketika Lisa dan Ian berteman dengan McGinnis dan anak-anaknya, Piette sepertinya sengaja untuk menjauh, dengan membawa keluarganya pindah ke sebuah desa kecil yang terisolasi di pegunungan, di Oaxaca. Tetapi Lisa dan suaminya berhasil menemukannya.
Lisa dan Ian tetap menjaga komunikasi mereka, hingga akhirnya suatu waktu, satu kunjungan mereka ke keluarga McGinnis membuat mereka gelisah.
"Ketika kami berhenti di mobil, ada anak-anak yang tergantung di depan balkon," kata Lisa.
“[McGinnis] terlihat sangat putus asa, dan aku menyadari betapa terpencilnya tempat tinggal mereka. Mereka hanya sendirian. ”
"Dan saat itulah pikiranku berubah," kata Lisa.
“Saat itulah aku berkata, ‘Ada yang salah'. Kami harus membantu mereka karena ada sesuatu yang tidak beres dengan situasi ini."
Ketika Lisa dan Ian melihat tempat tidur anak anak, mereka pun semakin prihatin.
"Ada tiga bilik, dan mereka tidur berjejer di lantai semen," kata Lisa.
“Mereka memiliki lubang di dinding untuk pintu dan jendela tetapi tidak ada (daun) pintu dan jendelanya (hanya lubang). Dan di lantai masing-masing bilik itu, mungkin sekitar (ketebalan) seperempat inci, ada tikar busa tipis dan itu adalah tempat tidur anak-anak. Aku tidak melihat bantal, tetapi mereka mungkin memilikinya."
"Kau punya delapan anak yang tinggal di tiga bilik yang tidak lebih dari ukuran walk-in closet."
Saat mereka melakukan kunjungan itu untuk membawakan kue ulang tahun keluarga, Ian memperhatikan salah seorang gadis tidur dengan bantalnya memakai buku catatan.
"Dia (tertidur) dalam posisi seperti janin," kata Ian.
"Seolah-olah (yang ada dalam mimpinya) jika dia bisa menghilang dia akan bahagia."
“Anak-anak terlihat sangat kurus seperti garu. Dan anak-anak mengatakan bahwa ayah mereka pernah bilang kalau dia tidak menyukai siapapun dari mereka, ”kata Lisa.
“Kami tahu ada keputus-asaan. Kamu bisa merasakannya. Baik pada anak-anak ataupun ibunya. "
"Kami tahu kami perlu melakukan sesuatu untuk membantu mereka," kata Ian.
"Tapi pertanyaannya adalah bagaimana, apa, mengapa dan kapan?"
Terkejut dengan kondisi hidup keluarga itu yang menyedihkan, Lisa dan Ian terus mengunjungi mereka dan suatu hari Piette tidak sengaja mengucapkan bahwa dia berusia 62 tahun.
"Ketika kami pulang ke rumah, dan aku berkata, 'Ian, dia (McGinnis) berusia 32 tahun,'" kata Lisa.
"Anak sulungnya - pada saat itu akan berusia 17 - dan aku berkata, 'Itu salah.' Jika 17 dikurangin 32 itu berarti 15. Sementara Piette 62."
“Dia kemungkinan berusia 14 ketika dia hamil. Ini salah. Ada sesuatu yang sangat salah."
Lisa menghubungi McGinnis, dan setelah mengonfirmasi Piette tidak ada, ia mengatakan kepadanya, “Kami tahu ada sesuatu yang salah. Jika kami bisa menyeret suamimu ke penjara atau penjara rehabilitasi, untuk pecandu narkoba dan alkohol, kami akan membantumu. Dan pada saat itu, Piette pulang dan kami menutup telepon. Dan hanya itu yang pernah aku katakan."
Mereka pun melarikan diri
Beberapa minggu berlalu dan suatu hari ketika Piette tengah tak sadarkan diri karena mabuk, McGinnis menyuruh anak-anaknya mengemas beberapa pakaian dan memasukkannya ke dalam tas. Mereka melarikan diri.
McGinnis dan delapan anaknya - putra tertuanya sudah melarikan diri dan kembali ke AS saat itu - naik taksi dan berangkat untuk menemukan Lisa dan Ian. Tapi pasangan itu telah pindah rumah, tetapi untungnya, McGinnis dan Ian berpapasan saat dia sedang menuntun anjingnya jalan jalan.
Lisa dan Ian menampung keluarga itu di rumahnya. McGinnis menyusun rencana untuk menjebloskan Piette ke penjara, mengumpulkan uang dan semua yang dia perlukan untuk kembali ke AS. Lisa dan Ian merawat anak-anak dan mengetahui bahwa sebagian besar dari mereka tidak bisa membaca atau menulis. Mereka juga kelaparan.
"Aku belum pernah membuat oatmeal sebanyak ini sepanjang hidupku," kata Lisa.
"Yang membuatku jengkel adalah orang orang disekitar yang pada dasarnya menutup mata terhadap semuanya," kata Ian.
“Orang-orang telah menghakimi situasi yang sebenarnya tidak mereka ketahui dan mereka pada dasarnya hanya menghakimi mereka. Dan itu berlangsung selama 20 tahun. Aku tidak percaya bahwa tidak ada seorangpun yang tergugah untuk melakukan sesuatu. ”
McGinnis pun perlahan mulai menceritakan kepada Lisa semua penderitaannya selama ini.
"Dia mengatakan kepadaku saat itu bahwa tidak ada satu haripun yang terlewatkan tanpa dipukuli atau diperkosa atau keduanya," kata Lisa.
McGinnis pun menceritakan bahwa namanya bukan Stephanie dan Bill bukan nama Piette (saat pertama kali berkenalan, Piette memperkenalkan mereka dengan nama Stephanie dan Bill).
"Dan aku berkata, 'Siapa kamu?' Dan dia menjawab, 'Yah, dia ayah tiriku dan namanya Henri Piette. Nama asliku adalah Rosalynn McGinnis. Dia melecehkanku sejak berusia 10th dan dia telah menculikku dari sekolah ketika aku berusia 12 tahun.'" kata Lisa
Dengan penuh keterkejutan, Lisa mengetik nama Rosalynn McGinnis di Google pada komputernya dan poster orang hilang McGinnis pun muncul.
"Aku menemukannya, gambar yang tampak hampir identik ketika dia berusia dua belas tahun," kata Lisa.
“Itu terlihat mirip seperti salah satu anaknya di poster ini. Dan disana dia berasal dari Missouri. Dia menoleh kepadaku dan berkata, 'Aku sudah menunggu 20 tahun untuk seseorang melakukan perhitungan dan mengetahui bahwa anak 15 tahun atau 16 tahun seharusnya tidak memiliki anak seperti ini, dan pada usia 20 tahun aku seharusnya tidak memiliki anak yang sudah besar. Aku sudah menunggu selama ini dan aku tidak bisa berkata apa-apa. Kamu adalah orang pertama yang pernah memperhatikan bahwa ada sesuatu yang salah dan melakukan sesuatu dan aku sangat berterima kasih.'"
Lisa dan Ian memberi tahu McGinnis apa yang dia lakukan selanjutnya adalah keputusannya sendiri.
Kembali ke rumah
Khawatir kalau Piette akan datang mencari dia dan anak-anak, McGinnis menghubungi Konsulat A.S. di Oaxaca, yang setuju untuk membantu. Setelah beberapa hari, McGinnis dan anak-anak masuk ke belakang truk buah untuk melakukan perjalanan selama berjam-jam menuju konsulat AS.
"Aku sangat bahagia untuk mereka. Aku sangat sedih melihat mereka pergi tetapi aku tahu, mereka harus pergi.”
Tapi sayangnya, situasi tidak semudah itu, ketika keluarga itu tiba di Oaxaca, Konsulat AS tidak dapat membantu.
Dengan panik dan tanpa tujuan, McGinnis kembali menghubungi Lisa, yang kemudian menelepon Pusat Nasional untuk Anak Hilang dan Tereksploitasi (NCMEC) di Washington, D.C. Organisasi itu mencari nama McGinnis dan melihat dia masih terdaftar hilang.
NCMEC meminta mereka untuk melakukan perjalanan ke utara dengan bus ke Nogales, dekat perbatasan AS-Meksiko. McGinnis dan anak-anaknya melakukan perjalanan panjang, dan begitu dokumen perjalanan mereka datang dari D.C., mereka terbang melalui Tucson dan Dallas untuk dipersatukan kembali dengan keluarga McGinnis di Kansas City.
"Aku dan anak-anakku menaiki pesawat bersama untuk pertama kalinya," kata McGinnis.
"Aku takut. Mereka ketakutan. Tetapi mereka juga sangat senang. "
Berita kembalinya McGinnis mengejutkan keluarganya.
Sementara McGinnis sangat senang dengan kebebasan yang baru didapatkannya tapi itu bukan transisi yang mudah untuk McGinnis dan anak-anak pada tahun 2016. Keluarga itu memiliki sedikit uang dan masih menyesuaikan diri dengan budaya A.S. Bahkan untuk hal-hal kecil, seperti menyesuaikan diri dengan makanan Amerika pun merupakan perjuangan.
Tapi ada satu fakta lainnya, bahwa Piette di suatu tempat masih bebas. Dan itu sangat membebani pikiran McGinnis.
Anak anak McGinnis yang lebih besar, dalam wawancara dengan para penyidik FBI, merasa gugup untuk mempublikasikan ceritanya, tetapi keinginannya agar Piette bertanggung jawab atas apa yang dilakukannya lebih kuat.
Setelah kisah McGinnis muncul di People Magazine pada September 2017, penegak hukum menangkap Piette ketika dia mencoba memasuki A.S.
Dia diekstradisi ke Oklahoma, dimana dia didakwa di pengadilan federal atas satu tuduhan penculikan dan satu tuduhan bepergian dengan maksud untuk melakukan tindakan seksual dengan seorang remaja.
Piette menyatakan dirinya tidak bersalah ketika dia diborgol menuju gedung pengadilan Oklahoma, kepada seorang reporter dari FOX23.
“Omongan mereka adalah dusta. 99% perkataan mereka adalah dusta. Aku mengatakan yang sebenarnya,"katanya.
Dua dekade setelah masa kecilnya direnggut darinya, McGinnis melakukan yang terbaik untuk melangkah kedepan. Putra sulungnya sekarang hidup diluar negara bagian, tetapi delapan anak McGinnis lainnya masih tinggal bersamanya. Mereka bersekolah, tetapi kehidupan sehari-hari tidak mudah.
McGinnis tidak memiliki cukup uang untuk menafkahi 8 anaknya. Anak-anak juga membutuhkan bimbingan belajar tambahan untuk mengejar teman-teman sebayanya. Salah satu anaknya suka membaca tetapi hanya memiliki beberapa buku. Yang lain ingin menjadi pesenam, sementara yang lainnya pecinta hewan.
Untungnya, ada bantuan dan dukungan emosional yang sangat dibutuhkan untuk McGinnis dari seorang wanita muda yang mengalami trauma serupa. Jaycee Dugard yang juga menghabiskan 18 tahun hidupnya dalam penculikan di California sebelum diselamatkan pada tahun 2009. Dia membuka JAYC Foundation, yang memberikan bantuan kepada para korban pelecehan seksual jangka panjang.
"Rosalynn akan mendapatkan apa yang diharapkannya," kata Dugard kepada People Magazine.
Dia dan anak anaknya pindah ke rumah yang akhirnya mereka miliki. Dan butuh beberapa minggu untuk membersihkan rumah barunya.
"Aku ingin anak-anakku memiliki kehidupan yang tidak pernah aku miliki, termasuk rumah untuk mereka tinggal," kata McGinnis.
Sementara Lisa dan Ian juga tetap menjadi bagian dari kehidupan mereka, dengan tetap menjalin komunikasi dengan anak-anak setiap minggu dan berdiskusi tentang hari-hari dan rencana mereka untuk masa depan.
"Aku ingin melihat masing-masing dari mereka setidaknya menyelesaikan sekolah menengah dan tentu saja untuk Rosalynn," kata Lisa.
"Aku ingin melihat Rosalynn mendapatkan GED-nya karena jika dia bisa mendapatkan GED-nya, dunia akan terbuka. Dan aku tahu, anak gadisnya yang paling besar ingin kuliah. ”
"Aku harap orang-orang tidak menghakimi mereka dan berpikir bahwa ini adalah semacam luka yang diderita sendiri. Mereka pada dasarnya adalah korban dari keadaan yang tidak pernah mereka minta," kata Ian.
McGinnis mengatakan bahwa dia bersyukur masih bisa hidup.
"Ini keajaiban aku bisa duduk disini hari ini."
Hemmm,lebih suka tampilan blog yg sebelumnya.yg sekarang agak susah menurutku... Aku bahkan ngak tau dimana harus pencet beranda,,,tampilan yg sebelumnya menurutku lebih bagus.
ReplyDeleteOh ya,makasih udah bikin blog sebagus ini,aku udah baca semua artikel disini lho. Semangat !!!
Hemmm,lebih suka tampilan blog yg sebelumnya.yg sekarang agak susah menurutku... Aku bahkan ngak tau dimana harus pencet beranda,,,tampilan yg sebelumnya menurutku lebih bagus.
ReplyDeleteOh ya,makasih udah bikin blog sebagus ini,aku udah baca semua artikel disini lho. Semangat !!!
OMG, wanita hebat.. nggak kuat kubacanya sedih banget puluhan tahun menderita tapi harus kuat membesarkan anak2nya segitu banyak... terisolasi pula..
ReplyDeleteSelalu terharuuu dengan orang yang peduli akan sekitar nya...ian dan lisa harapan baru untuk roselyn... Semoga menginspirasi
ReplyDelete