Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun...
loading...

Jonestown Massacre and The Peoples Temple


Pada tanggal 18 November 1978, pemimpin Peoples Temple, Jim Jones menginstruksikan semua jemaatnya yang tinggal di Jonestown, Guyana untuk melakukan "bunuh diri masal" dengan meminum 'punch'  yang dicampur racun secara bersamaan.  Hari itu, 918 orang meninggal dunia dan hampir sepertiganya adalah anak-anak.

Pembantaian Jonestown adalah peristiwa tragis yang paling memilukan dan mematikan dalam sejarah AS sebelum terjadinya tragedi 11 September 2001.

Siapakah Jim Jones dan People Temple

Jones lahir pada 13 Mei 1931, di daerah pedesaan Crete, Indiana, dari pasangan James Thurman Jones, seorang veteran Perang Dunia I, dan Lynetta Putnam.   Jones adalah keturunan Irlandia dan Wales. Namun kelak ia mengaku masih keturunan Cherokee melalui ibunya, tetapi sepupu dari pihak ibunya mengatakan jika itu tidak benar.

Ekonomi saat itu sangatlah sulit, karena saat itu adalah masa Great Depression, yang karenanya, membuat keluarga Jones pindah menuju Lyn Indiana pada tahun 1934, tempat dimana kelak Jones dibesarkan, di sebuah gubuk tanpa saluran air

Jones gemar membaca, ia mempelajari buku buku tentang Stalin, Marx, Mao, Gandhi, dan Hitler. Dia memiliki minat yang kuat pada agama. Jones juga sosok yang merasa sulit untuk berteman. Seseorang yang pernah mengenal masa kecilnya mengatakan dia sebagai "anak yang sangat aneh" yang terobsesi dengan agama dan kematian.  Jones kerap mengadakan pemakaman untuk hewan-hewan kecil di rumah orang tuanya. Dia juga  pernah menikam seekor kucing sampai mati.

Jones mengatakan jika ayahnya terhubung dengan Ku Klux Klan, yang telah berdiri kuat di era Depression, Indiana. Jones menceritakan bagaimana dia dan ayahnya berdebat tentang masalah ras, dan bagaimana dia tidak berbicara dengan ayahnya selama "bertahun-tahun" setelah ayahnya tidak mengizinkan salah satu teman kulit hitam Jones berkunjung ke rumahnya.  Orang tua Jones kemudian berpisah dan Jones ikut bersama ibunya ke Richmond, Indiana. Pada Desember 1948, ia lulus dari Richmond High School.

Jones kemudian menikahi seorang perawat bernama Marceline Baldwin pada tahun 1949. Mereka kemudian pindah ke Bloomington, Indiana.
Jones kemudian kuliah di Indiana University Bloomington, dimana dia terkesan dengan pidatonya Eleanor Roosevelt tentang penderitaan orang Afrika-Amerika. Pada tahun 1951, pasangan itu pindah ke Indianapolis.  Jones kuliah di Universitas Indiana selama dua tahun dan kemudian mengambil kelas malam di Butler University dan ia baru mendapatkan gelar sarjana pendidikan pada tahun 1961.

Pada tahun 1956, Jim Jones membangun Peoples Temple sebuah gereja yang terintegrasi secara rasial yang berfokus untuk menolong orang yang membutuhkan.  Jones awalnya mendirikan Peoples Temple di Indianapolis, Indiana, tetapi kemudian memindahkannya ke Redwood Valley, California pada tahun 1966.

Jones memiliki visi tentang komunitas komunis, komunitas dimana setiap orang hidup bersama secara harmonis dan bekerja untuk kebaikan bersama.  Dia mampu mewujudkan impiannya ini di California tetapi dia memiliki mimpi yang lebih tinggi lagi, yaitu membangun sebuah komunitas di luar Amerika Serikat.

Komunitas ini akan sepenuhnya berada di bawah kendalinya, anggota Peoples Temple akan saling membantu di daerah itu, dan berada jauh dari pengaruh pemerintah Amerika Serikat.

Pemukiman di Guyana

Jones akhirnya menemukan lokasi terpencil di Guyana, Amerika Selatan, yang sesuai dengan keinginanya.  Pada tahun 1973, ia menyewa tanah dari pemerintah Guyana dan memerintahkan pekerjanya mulai menebangi hutan.

Pembangunan situs cukup lambat. Karena bahan baku pembangunan yang harus dikirim ke Jonestown cukup jauh.  Pada awal 1977, hanya ada sekitar 50 orang yang tinggal di komunitas itu dan Jones sendiri masih di AS.

Namun, semua itu berubah ketika Jones menerima kabar bahwa ada media yang akan menerbitkan tentang komunitasnya.  Artikel itu mencakup wawancara dengan kesaksian mantan anggota Peoples Temple.

Pada musim panas 1977, Jones dan sekitar 1000 anggota Temple pindah ke Jonestown untuk menghindari tekanan dari penyelidikan media di San Francisco. Jones menuju Jonestown di malam yang sama ketika seorang editor majalah New West membacakan sebuah artikel untuknya yang diterbitkan oleh Marshall Kilduff yang merinci tuduhan pelecehan oleh mantan anggota Temple.

Malam sebelum artikel itu akan dicetak, Jim Jones pengikutnya terbang ke Guyana dan pindah ke kompleks Jonestown.

Ada yang salah di Jonestown
Jonestown

Awalnya Jonestown ditujukan  untuk menjadi sebuah surga dan utopia.  Namun, ketika para anggota dari US tiba di Jonestown, segalanya tidak seperti yang mereka harapkan.  Karena ternyata tidak ada cukup kamar untuk menampung mereka.  Setiap kamar dipenuhi dengan ranjang susun dan penuh sesak.  Kabin juga dipisahkan berdasarkan jenis kelamin, sehingga pasangan yang sudah menikah terpaksa hidup terpisah.

Kehidupan Jonestown berubah secara signifikan. Mereka disajikan film film pendek propaganda Soviet dan dokumenter tentang masalah sosial Amerika. Pendidikan tentang pelajaran sekolah dan kuliah malam hari untuk orang dewasa diganti menjadi  diskusi Jones tentang revolusi yang berfokus pada aliansi Soviet.

Suasana yang panas dan lembab di Jonestown menyebabkan sejumlah anggota jatuh sakit.  Anggota juga diminta untuk bekerja berhari-hari dalam cuaca panas, bahkan hingga 11 jam sehari.

Pada pertengahan 1978, setelah kesehatan Jones memburuk, minggu kerja dikurangi menjadi delapan jam sehari selama lima hari seminggu. Setelah pekerjaan hari itu berakhir, para anggota Temple akan menghadiri beberapa jam kegiatan di sebuah paviliun, termasuk kelas-kelas sosialisme.  Jones membandingkan kegiatannya dengan sistem Korea Utara dari delapan jam kerja harian diikuti oleh delapan jam belajar.  Kegiatan ini yang secara bertahap menundukkan pengikutnya ke kontrol pikiran yang canggih dan teknik modifikasi perilaku yang dipinjam dari Korea Utara dan China Mao Zedong.

Jones kerap membacakan berita yang direkam dan dibagikan ke jemaatnya menggunakan speaker di menara Jonestown, sehingga semua anggota dapat mendengarnya sepanjang hari dan malam. Pembacaan berita Jones biasanya menggambarkan tentang  AS sebagai penjahat "kapitalis" dan "imperialis", dan kerap menampilkan para pemimpin "sosialis", seperti Kim Il-sung, Robert Mugabe dan Joseph Stalin dalam penyampaian yang positif.

Meskipun beberapa anggota memang suka tinggal di Jonestown, yang lain ingin keluar.  Karena kompleks itu dikelilingi hutan berkilo-kilometer dan dikelilingi oleh para penjaga bersenjata, para anggota memerlukan izin Jones untuk pergi.  Dan Jones tidak ingin ada anggotanya yang pergi.

Karena berdiri di tanah yang buruk, Jonestown tidak mandiri dan harus mengimpor sejumlah besar komoditas seperti gandum.  Para anggota Peoples Temple tinggal di rumah-rumah komunal kecil, beberapa dengan dinding yang ditenun dari pohon Troolie, dan makan makanan seperti nasi, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan kadang-kadang daging, saus, dan telur. Jones juga tinggal di rumah komunal kecil, meskipun lebih sedikit orang yang tinggal di sana daripada di rumah komunal lainnya. Tapi rumah Jones sendiri dilaporkan memiliki kulkas kecil yang kadang-kadang berisi telur, daging, buah, salad, dan minuman ringan. Masalah medis, seperti diare parah dan demam tinggi, menyerang setengah dari komunitas pada Februari 1978.

Meskipun Jonestown tidak memiliki penjara khusus dan tidak ada  hukuman mati, tapi berbagai bentuk hukuman digunakan terhadap anggota yang dianggap memiliki masalah disiplin serius.  Metode termasuk pemenjaraan dalam kotak kayu berukuran  1,8 × 1,2 × 0,9 m dan memaksa anak-anak untuk menghabiskan malam di dasar sumur, kadang-kadang dalam posisi jungkir balik.  "Lubang penyiksaan" ini, juga dibarengi dengan rumor pemukulan yang menjadi topik desas-desus di antara penduduk Guyana setempat.   Dan para penjaga bersenjata berpatroli di daerah itu siang dan malam untuk menegakkan aturan Jonestown.

Anak-anak pada umumnya dalam perawatan bersama dan kadang-kadang hanya diizinkan untuk bertemu orang tua biologis mereka sebentar di malam hari.  Jones dipanggil "Father" atau "Dad" oleh para orang dewasa dan anak-anak. Komunitas itu juga memiliki kamar bayi dimana 33 bayi lahir disana.

68% dari anggota Jonestown adalah orang Afrika-Amerika, dan selama satu tahun, komunitas mereka berjalan dengan sumber dana utama melalui cek Jaminan Sosial yang diterima oleh mereka. Pembayaran kesejahteraan sebesar $ 65.000  per bulan dari agen-agen pemerintah A.S. kepada penduduk Jonestown. Pada 1978, pejabat dari kedutaan AS di Georgetown mewawancarai penerima Jaminan Sosial beberapa kali untuk memastikan mereka tidak ditahan atas kehendak mereka. Tidak satu pun dari 75 orang yang diwawancarai oleh kedutaan menyatakan bahwa mereka ditahan atau dipaksa untuk menandatangani cek kesejahteraan, atau ingin meninggalkan Jonestown

Anggota Kongres Leo Ryan Mengunjungi Jonestown
Leo Ryan

Perwakilan A.S. Leo Ryan dari San Mateo, California mendengar laporan tentang hal-hal buruk yang terjadi di Jonestown, dan dia memutuskan akan pergi ke Jonestown dan mencari tahu sendiri apa yang sedang terjadi.  Dia juga pergi bersama penasihatnya, juru kamera dari NBC, dan beberapa orang yang peduli pada kasus Peoples Temple.

Pada awalnya, semuanya tampak baik baik saja bagi Ryan dan timnya. Ryan disambut dengan baik di Jonestown. Namun, malam itu, saat makan malam besar dan hiburan tarian di paviliun, seseorang diam-diam menyelipkan sebuah catatan kepada salah satu anggota kru NBC, catatan itu berisi daftar nama-nama orang yang ingin pergi meninggalkan Jonestown. Dan terungkap sudah bahwa beberapa orang telah 'ditawan' di Jonestown di luar keinginan mereka.

Pada hari berikutnya, 18 November 1978, Ryan mengumumkan bahwa dia bersedia membawa siapa saja yang ingin kembali ke Amerika Serikat.  Takut menghadapi Jones, hanya beberapa orang pengikutnya yang menerima tawaran Ryan.

Serangan di Bandara
Salah satu pelaku penembakan rombongan Leo Ryan

Ketika tiba saatnya untuk pergi, anggota Peoples Temple  yang telah menyatakan ingin keluar dari Jonestown naik ke atas truk bersama rombongan Ryan.  Sebelum truk melaju jauh, Ryan diserang oleh anggota Peoples Temple.

Tapi para penyerang itu gagal melukai Ryan, tetapi hal itu memperjelas bahwa Ryan dan yang lainnya dalam bahaya.  Truk mereka pun dengan segera meninggalkan Jonestown.

Truk itu sampai dengan selamat di bandara, tetapi pesawat-pesawat itu belum siap berangkat ketika rombongan tiba.  Ketika mereka sedang menunggu pesawat, sebuah traktor dan trailer berhenti di dekat mereka.  Dari trailer, anggota Peoples Temple muncul dan mulai menembaki kelompok Ryan.

Lima orang tewas, termasuk Ryan.  Dan banyak dari yang lainnya terluka parah.

Bunuh diri massal di Jonestown: dengan meminum punch beracun

Kembali ke Jonestown, Jones memerintahkan semua orang untuk berkumpul di paviliun.  Setelah semua orang berkumpul, Jones berbicara kepada jemaatnya.  Dia tampak panik dan gelisah.  Dia kesal karena beberapa anggotanya telah pergi.

Dia mengatakan kepada jemaat bahwa akan ada serangan terhadap kelompok Ryan.  Dia juga mengatakan kepada mereka bahwa karena serangan itu, Jonestown tidak aman.  Jones yakin bahwa pemerintah AS akan bereaksi keras terhadap serangan kelompok Ryan.

Jones mengatakan kepada pengikutnya,
"Mereka akan terjun payung dari udara, dan akan menembak bayi bayi kita yang tidak bersalah,"

Jones mengatakan kepada jemaatnya bahwa satu-satunya jalan keluar adalah dengan melakukan "tindakan revolusioner" yaitu bunuh diri.  Seorang wanita  menentang gagasan itu, tetapi setelah Jones memberikan alasan mengapa tidak ada harapan dan pilihan lain, jemaat yang lain kemudian menentang pendapat wanita itu.

Ketika diumumkan bahwa Ryan sudah mati, Jones menjadi semakun panik dan keadaan makin memanas.  Jones mendesak jemaat untuk bunuh diri dengan mengatakan,
"Jika mereka datang kesini, mereka akan menyiksa anak-anak kita disini. Mereka akan menyiksa orang-orang kita, mereka akan menyiksa para senior kita. Kita tidak dapat menerima ini semua".

Jones menyuruh semua orang bergegas.  Sebuah tabung besar yang diisi dengan Flavour-Aid dengan rasa anggur (bukan Kool-Aid), sianida, dan Valium ditempatkan di paviliun terbuka.

Bayi dan anak-anak diberikan terlebih dahulu.  Mereka menggunakan sebuah jarum suntik untuk menuangkan jus beracun ke dalam mulut anak anak mereka.  Para ibu meminum punch itu kemudian.

Mereka mendapatkan 'punch' mematikan itu bergantian.  Beberapa anggota sudah mati lebih dulu sebelum yang lain meminumnya.  Jika ada yang tidak kooperatif, ada penjaga bersenjata  yang siap membunuh mereka. Butuh sekitar lima menit bagi setiap orang untuk mati.

Pada hari itu, 18 November 1978, 912 orang meninggal karena meminum racun, 276 di antaranya adalah anak-anak.  Jones meninggal karena satu luka tembak di kepala, tetapi tidak jelas apakah dia melakukan ini sendiri atau tidak.

Hanya segelintir orang yang selamat, baik dengan melarikan diri ke hutan atau bersembunyi di suatu tempat di kompleks.  Total 918 orang tewas, baik di bandara atau di kompleks Jonestown.

Ketika para pejabat Guyana tiba di Jonestown pada hari berikutnya, mereka menemukan ratusan mayat bergelimpangan dengan tangan mereka saling berpegangan.

Beberapa orang berhasil melarikan diri ke hutan hari itu, sementara setidaknya beberapa lusin anggota Peoples Temple, termasuk beberapa putra Jones, berada di bagian lain Guyana pada saat itu.  Secara total, hanya 33 yang selamat.

Rekaman yang mengerikan dari peristiwa itu, yang dikenal sebagai “death tape,”  menjelaskan apa yang terjadi malam itu.  Para peneliti juga menemukan lebih dari seribu rekaman propaganda, percakapan, dan pidato yang melukiskan gambaran mengerikan tentang kegiatan Peoples Temple.

Jim Jones sang pemimpin kultus pun tewas

Setelah bunuh diri massal, Jones ditemukan tewas di lantai;  dia terbaring di atas bantal di dekat kursinya, dengan luka tembak di kepalanya yang menurut koroner Guyana, Cyrill Mootoo, Jones bunuh diri. Tubuhnya kemudian diperiksa dan dibalsem.  Otopsi resmi yang dilakukan pada Desember 1978 juga menegaskan kematiannya sebagai bunuh diri. Tapi putra Jones yang lolos dari peristiwa itu, Stephan, percaya, ayahnya mungkin telah menyuruh orang lain untuk menembaknya, tetapi itu hanya spekulasi. Sebuah tulisan tergantung ditembok di atas kursi Jones yang bertuliskan:
"Those who do not remember the past are condemned to repeat it."

Kematian Marceline Jones

Pada pagi terakhir kunjungan Ryan, istri Jones, Marceline, mengajak wartawan mengelilingi Jonestown. Di hari pembantaian itu, Marceline tewas tidak jauh dari tubuh suaminya di paviliun. Ia tewas meminum racun.

Jim Jones affair

Jim Jones menikahi Marceline Baldwin pada tahun 1949. Namun Jones memiliki affair terhadap beberapa wanita. Ia memulai perselingkuhan pertamanya pada tahun 1968 dengan seorang wanita bernama Carolyn Layton yang bersamanya sampai akhir. Pada tahun 1975, Caroline melahirkan anak Jones, Jim Jon (dikenal sebagai Kimo), yang juga turut meninggal dunia  bersama ibunya.
Carolyn Layton

Wanita lain yang paling dekat dengannya adalah Maria Katsaris.  Hubungan mereka dimulai pada tahun 1974 dan dia juga salah satu selir Jones hingga akhir hayatnya.  Dia juga memiliki banyak selir lainnya selama tahun 70-an, baik sebelum pindah ke Jonestown ataupun saat tinggal di Jonestown.
Maria Katsaris

Buku The Road to Jonestown oleh Jeff Guinn menyatakan: "Jones juga pernah berhubungan seks dengan jemaat prianya" tetapi "tidak pernah sesering yang dia lakukan dengan wanita."  Ini menyatakan bahwa dia kemungkinan besar biseksual, tetapi ketertarikan fisik dan seksual utamanya adalah pada wanita.

Pada 13 Desember 1973, Jones ditangkap dan didakwa melakukan perbuatan cabul karena melakukan masturbasi di toilet bioskop dekat MacArthur Park di Los Angeles. Namun Jones sendiri pernah mengatakan kepada para pengikutnya bahwa dia adalah "satu-satunya heteroseksual sejati."

Sementara Jones melarang terjadinya hubungan seks di antara anggota Temple di luar pernikahan, tetapi, ia sendiri terlibat dalam hubungan seksual dengan anggota Temple baik pria dan wanita. Tetapi Jones mengklaim bahwa dia membenci terlibat dalam aktivitas homoseksual dan ia melakukannya hanya untuk kebaikan pengikut Temple pria, konon untuk menghubungkan mereka secara simbolis dengan dirinya (Jones).

Paska tragedi

Paska bunuh diri massal, Jonestown diambil alih oleh pemerintahan Guyana. Pemerintah kemudian mengizinkan pengungsi Hmong dari Laos untuk menempati tempat itu selama beberapa tahun di awal 80-an.  Bangunan-bangunan itu sebagian besar hancur dilalap api pada pertengahan 80-an, setelah itu sisa reruntuhan dibiarkan rusak dan direklamasi oleh hutan.

Bangunan kosong paska tragedi

Pada tahun 2003, dengan bantuan Gerry Gouveia, seorang pilot yang terlibat dengan pembersihan Jonestown, seorang kru televisi merekam suasana di Jonestown untuk peringatan 25 tahun peristiwa mematikan tersebut.  Meskipun situs itu telah tertutup oleh tumbuh tumbuhan, tim tersebut menemukan sisa sisa pabrik singkong peninggalan mereka, sisa-sisa traktor (yang diduga sebagai traktor yang sama dengan yang digunakan oleh penembak di bandara), generator, lemari arsip,  sebuah truk terbalik di dekat lokasi rumah Jones, pompa bahan bakar, dan barang-barang kecil lainnya.  Gouveia juga memimpin tim ke tempat bekas paviliun, tempat mereka menemukan sisa-sisa drum baja dan hamparan bunga aster yang tumbuh di tempat mayat-mayat itu dulu berbaring.



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book