Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book

Image
Sebagian dari kita pasti sudah tahu cerita The Jungle Book, dengan tokoh anak kecil bernama Mowgli yang merupakan karya  terkenal Rudyard Kipling. The Jungle Book menceritakan kisah Mowgli: seorang anak laki-laki yang ditinggalkan oleh orang tuanya dan dibesarkan oleh serigala. Dimana dia hidup dan dibesarkan dalam dunia  hewan. Dia tidak pernah belajar bagaimana berinteraksi dengan manusia lain. Kisah terkenal Kipling, yang keudian diadaptasi menjadi  film keluarga oleh Walt Disney, memiliki pesan yang membangkitkan semangat tentang penemuan jati diri dan harmoni antara peradaban manusia dan alam.  Namun, hanya sedikit orang yang tahu bahwa kisah itu didasarkan pada peristiwa nyata yang tragis. Namanya Dina Sanichar, yang dikenal juga dengan sebutan “the Indian wolf-boy”, seorang anak laki-laki liar yang hidup pada abad ke-19 dan dibesarkan oleh serigala—banyak yang percaya bahwa Dina adalah inspirasi sebenarnya di balik The Jungle Book. Tapi perlu dicatat, meskipun kenyataannya, terk
loading...

Pengakuan Beth Thomas: "Child of Rage,' Seorang Anak Psikopat Yang Mengaku Ingin Membunuh Orang Tuanya


Bagi kita, anak anak tetaplah anak anak anak. Meski mereka melakukan sebuah kesalahan, mereka tetaplah imnocent. 

Namun jika kamu melihat film dokumenter yang berjudul Child of Rage: A Story of Abuse, yang ditayangkan di HBO pada tahun 1990, pasti akan membuatmu terkejut dan mungkin tidak percaya. 

Film tersebut menggambarkan seorang anak yang memiliki tanda  psikopat.

Namanya Beth Thomas. Ia berusia 6 tahun saat itu dan melakukan wawancara dengan psikolognya dimana dia menyatakan keinginannya untuk menyakiti saudara laki-laki dan orang tua angkatnya.

Kisah nyata "Child of Rage" adalah sebuah kisah miris tentang pelecehan seksual dan pengabaian masa kanak-kanak yang ekstrem yang berakibat terhadap sisi psikologis sang anak.  Terapi intensif berhasil membantu Beth mengatasi Reactive Attachment Disorder (RAD), dan dia sekarang menjalani hidup yang sehat. 


Ketika HBO merilis film dokumenter, melihat Beth berbicara secara terbuka tentang sisi gelapnya yang membuat pemirsa pastinya terkejut dan tidak percaya.  Karena sebagian besar dari kita belum pernah melihat seperti apa wajah seorang anak dengan kecenderungan psikopat, dan hal buruk apa yang bisa dia timbulkan jika dia tidak memiliki keluarga yang peduli akan kesehatan mentalnya.

Pada usia enam tahun, Beth mengaku kepada psikolog klinis, dalam sebuah rekaman, bahwa dia akan melukai orang tua angkatnya dan saudara kandungnya jika ada kesempatan.  Orang tua angkatnya, Jill dan Rob Tyler, mengunci putri kecil mereka di kamarnya pada malam hari karena mereka takut, putrinya akan melakukan hal hal yang ditakutkan mereka.

Pada akhirnya hasil rekaman sesi terapi antara Beth Thomas dan psikolog Dr. Ken Magid, jika dikompilasi menjadikannya sebuah  film dokumenter tentang efek menyeramkan dari sebuah pengabaian parah dan pelecehan seksual yang terjadi terhadap seorang anak.

Magid menggali jauh ke dalam masa lalu Beth selama sesi, khususnya ketika dia bertanya tentang mimpi buruk yang berulang yang Beth sebutkan.

Beth menjawab bahwa dalam mimpi itu, “Aku berada di rumah di lantai atas.  Dia menaiki tangga dan menyakitiku.”

Dan pria dalam mimpi buruknya, yang kerap mengganggunya adalah ayah kandungnya sendiri.

Dalam satu sesi rekaman, Dr. Magid menanyai Beth tentang ayah kandungnya dan apa yang bisa dia ingat tentang dia.

Beth Thomas, meskipun usianya masih muda, berbicara secara detail tentang ayah kandungnya,

“…Dia menyentuh vaginaku sampai berdarah.  Sakit sekali.  Dan mmmh, dia tidak pernah ngasih aku makan yang cukup.  Dia memukulku.”

Ketika ditanya tentang berapa usianya ketika pelecehan itu terjadi, Beth menyatakan bahwa dia baru berusia satu tahun.


Beth dan John Diadopsi Keluarga Tennent



Beth Thomas menunjukkan kecenderungan agresif sejak usia yang sangat muda.  Tim dan Julie Tennent mengadopsi Beth dan saudara kandungnya, Jonathan, ketika mereka masing-masing berusia 19 dan 7 bulan.  Pada beberapa kesempatan, Beth memiliki pikiran untuk membunuh adik laki-lakinya dan telah mengakui pernah menyakiti adiknya secara seksual dan fisik.

Semakin lama prilaku Beth tidak terkendali, hingga puncaknya adalah saat Beth menghantamkan kepala adik laki-lakinya ke lantai beton, yang membuat luka di kepala John dijahit.  Orang tua angkatnya akhirnya terpaksa mengunci Beth di kamarnya pada malam hari untuk keselamatan keluarga, karena Beth juga kerap mencoba melakukan penusukan.


Beth Menunjukkan Ciri Ciri Awal Yang Sama Seperti Para Psikopat  Terkenal


Beth dilaporkan menunjukkan berbagai perilaku aneh dan mengganggu setelah dia diadopsi.  Selain menyerang saudara laki-lakinya, dia menyakiti hewan peliharaan keluarga dan hewan lainnya - termasuk seluruh sarang bayi burung.  Dalam film dokumenter itu, Beth dengan senang hati menggambarkan hewan peliharaannya.  Ketika pewawancara bertanya apa yang dia lakukan pada mereka, dia mengatakan kepadanya: "Aku menusuk mereka dengan pin, untuk membunuh mereka."

Dalam film dokumenter  tersebut juga  membahas perilaku seksual yang tidak pantas yang dilakukan Beth dengan saudara kandungnya, John.  Dr Magid pertama tama bertanya kepada Beth tentang apakah kakaknya memiliki bagian pribadi.  Dan Beth pun menjawabnya, "ya dia punya".

Dokter kemudian melanjutkan, dan meminta Beth untuk memberitahunya, apa yang dia lakukan dengan alat kelamin John.  Beth pun mengakui bahwa

“Aku menyakitinya… Aku mencubitnya.  Memerasnya.  Menendangnya.”

Ibu angkatnya, Jill, berbicara lebih jauh tentang sejauh mana perilaku atipikal Beth:

“Dia mulai masturbasi di waktu waktu yang tidak tepat.  Aku ingat suatu hari, ketika kami berada di rumah sakit, dan tengah menunggu Tim keluar.  Dia ada di sana berkunjung.  Beth dan John ada di kursi belakang.  Dia merentangkan kakinya dan sedang masturbasi di tempat parkir umum.”

Ketika Jill ditanya tentang seberapa sering putrinya melakukan masturbasi, dia menjawab bahwa Beth melakukan masturbasi setiap hari.

Namun, perilaku Beth semakin membuat Jill khawatir karena menjadi berbahaya. Saat Jill menyadari bahwa beberapa pisau dirumahnya menghilang. Dan Pisau-pisau itu tetap tidak ditemukan selama beberapa minggu sampai Beth sendiri bertanya kepada Jill tentang pisau pisau itu.  Jill khawatir Beth akan menggunakan pisau untuk membunuh kakaknya.  Ketakutannya sangat beralasan, karena beberapa minggu sebelumnya, Beth pernah membenturkan kepala John ke lantai semen di ruang bawah tanah.


Badan Adopsi Merahasiakan Informasi Penting Tentang Beth Karena Hukum Kerahasiaan


Saat mengetahui perilaku putrinya diluar kewajaran, Tim dan Julie Tennent ingin tahu mengapa putri angkat mereka menunjukkan perilaku kekerasan dan mengganggu seperti itu.  Namun, ketika mereka meminta informasi kepada agen adopsi, permintaan mereka ditolak.  Agensi tersebut tidak mau memberikan informasi apapun tentang keluarga kandung Beth karena mengacu pada undang-undang kerahasiaan, sehingga sulit bagi keluarga Tennent untuk menemukan jawaban atas penyebab kemarahan putri mereka.

Hingga akhirnya Tim dan Julie mendapatkan jawaban tentang pelecehan yang dialami anak-anak angkat mereka saat keduanya meminta bantuan psikolog

 

Beth Dan Kakaknya Menderita Pelecehan dan Pengabaian Ekstrim


Akhirnya, terungkap bahwa Beth dan John pernah mengalami pelecehan ekstrem saat anak-anak.  Ibu kandung Beth dan John  meninggal dunia, tak lama setelah John dilahirkan.  Ayah kandung mereka kerap menyakiti Beth, baik secara fisik dan seksual. Dia pun sangat mengabaikan kedua anaknya yang masih kecil.  Dalam film dokumenter itu, Beth menggambarkan bagaimana ayah kandungnya melecehkannya, bahkan menunjukkan bahwa ayahnya kerap membuatnya berdarah.

Ketika perlindungan anak membawa  kedua bocah itu, para petugas menyimpulkan bahwa kepala John yang cacat adalah akibat dari pengabaian.  Keluarga Tennent juga mengatakan jika saat bayi, John hampir tidak memiliki rangsangan dan sepertinya telah ditinggalkan di tempat tidurnya begitu saja untuk waktu yang lama.


Beth Didiagnosa Dengan Gangguan Keterikatan Reaktif (RAD)


Psikiater akhirnya mendiagnosis Beth dengan Reactive Attachment Disorder (RAD), suatu kondisi yang disebabkan dari pelecehan dan pengabaian masa kanak-kanak yang parah.  Anak-anak dengan RAD gagal membentuk keterikatan dengan orang tua dan pengasuh lainnya sejak usia muda, yang mengarah ke perilaku antisosial, serta kurangnya empati dan pemahaman terhadap orang lain.


Mimpi Buruk Yang Mengerikan 

Dalam film dokumenter itu,  keluarga Tennent menceritakan bagaimana Beth mengalami mimpi buruk yang mengerikan terkait dengan pelecehannya.  Tim menjelaskan bahwa dalam mimpi Beth,  “ada seorang pria selalu menyakitinya.”

Hal ini membantu psikiater menentukan bahwa Beth telah dilecehkan saat masih bayi.  Beth ingat pelecehan ini terjadi ketika dia berusia 1 tahun di tangan ayah kandungnya.

 

Salah Satu Terapi Sukses Beth Sebenarnya Sangat Kontroversial

Julie dan Tim menghubungi psikiater khusus untuk membantu Beth.  Beth menjalani terapi modifikasi perilaku intensif, diawasi oleh terapis Connell Watkins. 

Terapi itu akhirnya berhasil, dan perilaku Beth meningkat secara substansial dalam waktu satu tahun.  Namun, terapi modifikasi perilaku Watkins tidak bekerja dengan baik terhadap anak-anak lain yang juga mengidap Reactive Attachment Disorder.

Watkins mempraktikkan suatu bentuk terapi keterikatan yang dikenal sebagai kelahiran kembali, juga disebut sebagai terapi kompresi, memegang, atau "memeluk".  Selama kelahiran kembali, anak-anak dibungkus selimut dan didorong dengan bantal selama 70 menit untuk mensimulasikan perasaan dilahirkan.  Pada tahun 2000, Candace Newmaker, 10 tahun, dari Colorado dibekap sampai mati selama terapi ini, dan Watkins dipenjara selama 7 tahun sebagai akibatnya.

 

Beth Selalu Tampak Menyesal, Tapi Tetap Tidak Bisa Mengendalikan Amarahnya



Beth tampaknya menyadari bahwa perilakunya salah.  Setiap kali dia terlibat dalam perilaku kekerasan terhadap saudara laki-lakinya, hewan peliharaan keluarga, atau hewan lainnya, dia tampak benar-benar menyesal dan meminta maaf kepada orang tuanya.  Selama sesi dengan psikiater, dia juga meminta maaf atas perilaku kekerasannya.

Namun, setelah meminta maaf, dia kemudian menyatakan niatnya untuk membunuh orang tuanya dengan pisau yang dia ambil dari dapur.  Terlepas dari pemahaman umum tentang kesalahan, Beth masih memiliki keingininan untuk menindaklanjuti niatnya.  Sebelum terapi, Julie percaya bahwa Beth tidak mengalami emosi yang sebenarnya atau masih memiliki hati nurani.

Setelah sesi terapi dengan Dr Magid berakhir, dokter memutuskan bahwa Beth harus dipisahkan sementara dari keluarga angkatnya.  Dia akan ditempatkan dalam perawatan seorang ahli perawatan  anak-anak yang memiliki gangguan mental.  Mereka segera menempatkan Beth dan memberinya jadwal dan aturan yang ketat.  Beth pun membaik di bawah asuhan mereka dan akhirnya mendaftar di sekolah umum.  Dia bahkan ikut bernyanyi di paduan suara gereja.

Beth pun lulus dari University of Colorado dengan gelar di bidang Keperawatan.  Beth saat ini bekerja dengan Nancy Thomas sebagai pembicara pada anak-anak seperti dirinya yang juga mengidap RAD (Reactive Attachment Disorder).  Beth saat ini menggambarkan dirinya sebagai bukan lagi “anak yang pemarah", melainkan "wanita fenomenal”.


Dia Menjalani Hidup Sehat Setelah Terapi Intensif

Meskipun masa kecilnya penuh gejolak, Beth kini telah menjadi orang dewasa yang sukses dan memiliki jiwa yang seimbang.  Dia membuat kemajuan besar dengan terapinya. Serta pengobatan yang dia jalani mengubah jalan hidupnya.


Beth menjadi perawat, yang mengkhususkan diri dalam perawatan intensif neonatal.  Pada tahun 2010, ia memenangkan Penghargaan Mountain West Nurse of the Year Award, sebagai mentor.  Dia telah bekerja selama bertahun-tahun untuk berbagi pengalaman pribadinya tentang Reactive Attachment Disorder dengan anak-anak yang menderita diagnosa serupa.


Beth kemudian ikut menulis buku non-fiksi, Dandelion on My Pillow, Butcher Knife Beneath: The true story of an amazing family that lived with and loved kids who killed and More Than a Thread of Hope bersama ibu angkat keduanya, Nancy Thomas.

 

Dia Dan Ibu Angkatnya Yang Kedua Menjalankan 'Families By Design' Bersama-sama


Beth dan ibu angkat keduanya, Nancy Thomas, juga menjalankan bisnis bersama, bernama Families by Design.  Organisasi ini bertujuan untuk "menawarkan informasi tentang adopsi, masalah ikatan batin, trauma dini, dan RAD kepada keluarga dan juga para profesional."

Anak-anak Dengan Gangguan Keterikatan Reaktif juga memiliki gejala yang sama

Anak dengan RAD tidak dapat membentuk ikatan dengan orang tua atau pengasuhnya. Namun tidak semuanya menunjukkan perilaku kekerasan.  Banyak yang berkepribadian ramah dengan orang lain namun secara emosional  menantang terhadap pengasuh mereka.

Beberapa anak, bagaimanapun, menunjukkan perilaku kekerasan, seperti menyakiti diri sendiri, menyakiti orang lain dan hewan kecil, dan fiksasi dengan tindakan agresif dan seksual.  Sebagai kasus ekstrem, Beth telah menunjukkan semua perilaku yang ditulis diatas.


Orang Tua dan Terapisnya Menyetujui Film Dokumenternya DiTayangkan


Terapis Beth, Dr. Ken Magid, serta orang tuanya menghadapi beberapa pro dan kontra ketika mereka menyiapkan video Beth untuk film dokumenter HBO Child of Rage.  Beberapa terapis dan spesialis anak lainnya mengecam keputusan itu, dengan mengatakan itu akan berdampak buruk pada masa depan Beth karena film dokumenter itu menggunakan nama dan citra aslinya.  Magid, bagaimanapun, tetap pada keputusan itu.

Sebagai terapis anak, Magid mengatakan dia telah melihat banyak kasus serupa dengan Beth.  Dia menyatakan bahwa anak angkat yang telah disakiti di masa lalunya  juga dapat menunjukkan kecenderungan kekerasan.  Tujuannya terhadap film dokumenter ini adalah untuk mendidik orang tua tentang penyebab perilaku tersebut dan bagaimana terapi dapat bermanfaat bagi anak-anak yang memiliki masalah.


Comments

Popular posts from this blog

Dark Disney: Kisah Original Di Balik Cerita Klasik Disney - Sleeping Beauty

Dina Sanichar, Anak Laki-Laki Yang Ditemukan Tinggal di Hutan Yang Menginspirasi Mowgli, The Jungle Book